Telko.id, Jakarta – Game PUBG tengah menjadi sorotan di beberapa negara, termasuk Indonesia. Game PlayerUnknows’s Battlegrounds itu dituding memberikan dampak buruk atau mudarat pada para pemainnya. Benarkah?
Game PUBG dinilai dapat memotivasi orang untuk melakukan aksi kekerasan, bahkan nekat melakukan aksi pembunuhan. Sudah separah itukah?
Menurut Psikolog Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani bahwa konten game yang mengandung kekerasan seperti PUBG bisa mengandung apa yang disebut referensi perilaku.
Dijelaskan Anna, bisa saja timbul referensi pemain bahwa tindakan saling membunuh itu diperbolehkan di dunia nyata.
“Jadi ini yang dikhawatirkan orang-orang kalau referensinya seperti itu, maka perilaku pemainnya adalah membunuh. Tapi kita juga tahu bahwa referensi perilaku tidak langsung serta merta menjadi perilaku pembunuh,” jelas Anna kepada Tim Telko.id pada Jumat (22/03/2019).
Ia menyebutkan, bahwa ada beberapa filter dulu sebelum sebuah referensi perilaku bisa menjadi perilaku negatif yang agresif, seperti aksi kekerasan.
{Baca juga: Di Kota Ini, Main PUBG Bisa Ditangkap Polisi}
Menurutnya, jika orang tersebut berpikir bahwa membunuh adalah perilaku yang salah ataupun tidak pandai menggunakan senjata api, maka bermain game kekerasan tidak akan berpengaruh pada perilaku mereka.
“Begitu pula kalau pada dasarnya mereka adalah orang yang penuh dengan cinta kasih, maka mereka tidak akan begitu saja membunuh orang lain,” tutur Anna.
Dia berpendapat, sebaiknya masyarakat dan pemerintah perlu menguatkan filter-filter tersebut. Caranya dengan menggalakan pendidikan karakter di rumah dan sekolah.
“Jadi bagaimana caranya seseorang gak gampang terpengaruh dengan apa yang ditonton, dimainkan, bagaimana caranya mau benci sekalipun sama orang lain, tapi masih tetap mengedepankan toleransi kehidupan bersama,” kata Anna.
Selain itu, ia menilai bahwa asupan konten agresif bukan hanya dari game atau tontonan film saja. Pergaulan di lingkungan masyarakat dan dunia pendidikan juga mempertontonkan muatan agresif yang berdampak para perilaku masyarakat, khususnya anak-anak.
{Baca juga: Dianggap Bawa Mudarat, MUI Bakal Haramkan PUBG?}
“Contohnya ketika di sekolah dibiarkan adanya bullying atau di masyarakat orang banyak berkata kasar, itu akan jadi asupan agresivitas,” sebutnya.
“Menurut saya kalau fatwa haram betul-betul dibuat, tapi pendidikan kehidupan bermasyarakat masih cenderung agresif dan dibiarkan saja, nggak akan terlalu banyak berpengaruh,” tegas Anna.
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan mengkaji game PUBG. Mereka akan mempertimbangkan untuk mengeluarkan fatwa haram PUBG atau tidak, karena game tersebut dinilai telah menimbulkan mudarat atau dampak buruk.
Nah, bagaimana menurut Anda, apakah setuju dengan rencana MUI yang akan mengeluarkan fatwa haram PUBG? Silahkan kasih komentar. [NM/HBS]