spot_img
Latest Phone

Facebook Gelar Tiga Hari Festival bertajuk Nyasar ke Dimensi Facebook, Ini Targetnya

Telko.id – Facebook Indonesia siap meramaikan akhir pekan ini...

Garmin Manfaatkan Data Wearable, Pengendalian Diabetes Personal

Telko.id - Memperingati Hari Diabetes Sedunia, Garmin Indonesia menyoroti...

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...

ARTIKEL TERKAIT

Pekerja Wanita Lebih Berpotensi Tergusur Robot

Telko.id, Jakarta – Wanita dua kali lebih mungkin kehilangan pekerjaan karena robot daripada pria. Studi think tank London IPPR mengungkapkan, hampir dua pertiga (64 persen) pekerja wanita bidang industri di Inggris berisiko tinggi tergusur oleh robot.

Ada alasan kuat yang mengemuka. Menurut laporan New York Post, seperti dikutip Telko.id, Rabu (17/7/2019), wanita lebih mungkin bekerja dalam pekerjaan di bidang ritel dan administrasi . Dua pekerjaan itu sangat bisa digantikan oleh mesin.

{Baca juga: Rusia Mulai Gunakan Robot Sebagai Pembaca Berita}

Karenanya, IPPR menyimpulkan, satu dari 10 pekerja wanita berisiko tinggi keluar dari pekerjaan untuk digantikan oleh robot. Sebaliknya, hanya empat persen pekerja pria yang berada di zona bahaya. Angka itu jelas sangat berbanding terbalik.

Carys Roberts, kepala ekonom di IPPR serta penulis utama laporan, mengatakan bahwa pemerintah Inggris harus berbuat lebih banyak untuk memungkinkan perempuan mencari pekerjaan di bidang teknologi yang membutuhkan keterampilan tinggi.

“Pemerintah  serta perdana menteri baru  perlu terlibat sepenuhnya di ranah bisnis dan industri untuk mempercepat otomatisasi ekonomi Inggris. Dengan demikian, semua keuntungan bakal bisa diakomodasi,” kata Roberts dalam laporan IPPR.

Ia melanjutkan, perdana menteri baru harus memungkinkan perempuan bekerja untuk memimpin proses sehingga tidak dirugikan di tempat kerja. Ia juga perlu memastikan bahwa perempuan bisa mengakses pekerjaan baru yang baik pada masa depan.

{Baca juga: Para Pekerja di Jepang Tidak Takut Digantikan Robot}

Jika ternyata sebuah perusahaan gagal mencapai target 30 persen wanita menduduki kursi pimpinan pada 2020, maka undang-undang baru harus diperkenalkan untuk memaksa pembagian porsi 50:50 antara bos wanita dan pria pada 2025 mendatang. [SN/HBS]

Sumber: NY Post

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU