spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...

Garmin Venu 4 Resmi Dirilis, Bawa Wellness Adaptif ke Indonesia

Telko.id - Garmin secara resmi meluncurkan Venu 4 di...

Strava Integrasikan Kacamata Oakley Meta Vanguard AI untuk Aktivitas

Telko.id - Strava, aplikasi pendukung gaya hidup aktif dengan...

ARTIKEL TERKAIT

Pasien “Merana” Gara-gara Klinik Gigi Diserang Malware

Telko.id, Jakarta – Ratusan klinik gigi di Amerika Serikat (AS) tidak bisa melayani para pasiennya akibat malware berbahaya. Malware itu menyerang core system dari dua perusahaan yang melayani jaringan internet ke seluruh klinik gigi di AS.

Kedua perusahaan tersebut diserang ransomware, yang membuat seluruh saluran distribusi terkena dampak yang serupa.

Dikutip Telko.id dari Ubergizmo, Senin (01/09/2019), Shae Johnson, Koordinator Klinis di Desain Kedokteran Gigi di McFarland, Wisconsin, mengaku tidak memiliki akses ke grafik pasien, jadwal, rontgen, atau buku pembayaran setelah jaringan terserang oleh virus.

{Baca juga: Aplikasi CamScanner Disusupi Malware, Segera Uninstall!}

Akibatnya, dokter tidak dapat mencabut gigi secara tepat tanpa riwayat grafik dan rontgen pasien. Brenna Sadler, juru bicara Digital Dental Record, mengatakan bahwa proses restorasi telah dimulai tetapi sangat sulit.

“Kami tidak memiliki akses ke grafik pasien, jadwal, x-ray, atau buku pembayaran. Dokter tidak dapat melakukan perawatan yang tepat tanpa riwayat grafik dan rontgen,” kata Shae.

{Baca juga: Bahaya! Ini Konsekuensi Kalau Gunakan Konverter YouTube ke MP3}

Sekadar informasi, serangan ransomware mengenkripsi semua konten di perangkat keras korban. Korban perlu membayar tebusan kepada peretas untuk mendapatkan kembali kunci dekripsi yang telah “dikerjai”.

Kasus ini bukan kali pertama terjadi di sebuah institusi medis. Beberapa tahun lalu, sejumlah rumah sakit di Amerika Serikat juga diserang oleh peretas dan harus membayar USD 17.000 untuk meminta kembali data-data. (SN/FHP)

Sumber: Ubergizmo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU