spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Tecno Spark 20

ARTIKEL TERKAIT

Lika-liku Perjalanan Grab Menjadi Decacorn Pertama di Asia Tenggara

Telko.id – Siapa menyangka, jika aplikasi transportasi berbasis internet bisa berjaya seperti sekarang ini. Sudah banyak masyarakat yang bergantung setiap kegiatan kesehariannya. Apakah pergi bekerja, ke kantor, ke sekolah maupun kegiatan lainnya. Termasuk juga kegiatan lainnya, antar jemput dokumen atau barang, bahkan untuk makan pun bergantung pada aplikasi transportasi. Salah satunya adalah Grab.

Grab, sendiri baru dinobatkan menjadi decacorn belum lama ini. Dan, menjadikannya transportasi online di Asia Tenggara pertama yang menyandang status ini. Status ini pun diraih hanya dalam jangka waktu tujuh tahun saja.

Laporan Grab yang sudah berstatus decacorn ini tertuang dalam riset Google Temasek bertajuk e-Conomy Sea 2018 yang resmi dipublikasikan 19 November 2018.

Dari riset ini, Grab dilaporkan berhasil mengumpulkan lebih dari USD6 miliar dan membukukan valuasi sebesar USD11 miliar, yang menjadikannya sebagai decacorn pertama dan satu-satunya dari Asia Tenggara.

Lalu, siapa dibalik kesuksesan Grab ini? Sepak terjang apa saja yang dilakukan sehingga mampu mencapai posisi ini?

2011

Anthony Tan ialah sosok pendiri transportasi online asal Malaysia ini, beliau lulusan MBA Harvard Business School. Sebelumnya, pria ini bekerja sebagai kepala marketing di perusahaan ayahnya, Tan Heng Chew sang konglomerat Malaysia yang memiliki Tan Chong & Sons Motor Company yang merupakan distributor tunggal mobil Nissan di Malaysia.

Ide pembuatan transportasi online inipun muncul ketika sedang kuliah di Harvard Business School, Amerika Serikat yang mengeluhkan betapa sulitnya mendapatkan taksi di Malaysia.

Seperti dilansir dari Bloomberg. “Apa yang salah dengan sistem taksi?”, kata Anthony, mengenang perkataan temannya tentang masalah transportasi umum di negarannya tiga tahun lalu. Temannya menegaskan, “Kakek buyut mu adalah seorang supir taksi, kakekmu memlulai industri otomotif Jepang di Malaysia, ayo lakukan sesuatu tentang ini.”

Berbekal konsep ride sharing milik Garrett Camp, Anthony memutuskan menjadikan masalah tersebut sebagai proyeknya saat kuliah di Harvard Business School.

Ketika ia mempresentasikan proyek tersebut kepada para profesor pengajarnya, mulanya mereka menilai proyek itu sulit untuk diimplementasikan, meskipun ada bukti keberhasilan dari layanan ride hailing lain di Amerika Serikat (AS) seperti Uber.

Tapi ternyata, proyek tersebut akhirnya memenangkan posisi kedua dalam Business Plan Contest di Hardvard Business School. Kemudian juga terpilih sebagai finalis pada penghargaan Minimum Viable Product Funding Hardvard.

2012

Hingga akhirnya Anthony bersama rekannya sesama lulusan Hardvard, Tan Hooi Ling, meluncurkan aplikasi My Teksi di Malaysia, atau yang dikenal sebagai GrabTaxi di beberapa negara lain pada 2012. Bersaing dengan Uber yang sudah duluan hadir.

Tan bertugas membuat perencanaan bisnis untuk mempromosikan aplikasi tersebut, sementara Anthony menjadi CEO perusahaan. GrabTaxi diluncurkan dengan dana awal sebesar US$ 25 ribu dari Hardvard Business School dan modal pribadi Anthony.

2013

Pada Juni 2013, My Teksi ini sudah mampu mendapatkan booking setiap 8 menit atau 10 ribu booking setiap harinya. Pada bulan Agustus, My Teksi ekspansi ke Filipina dengan brand GrabTaxi. Brand ini juga akan dipakai setiap ekspansi di luar Malaysia.

Pada bulan Oktober 2013, langkah ekspansi ini berlanjut ke Singapur dan Thailand.

2014

Pada bulan Februari GrabTaxi masuk ke Ho  Chi Minh, Vietnam. Kembali pada bulan April, GrabCar memperoleh pendanaan seri A dari Vertex Ventures sebesar US$10M.

Lalu, pada bulan Mei, GrabTaxi berubah nama menjadi GrabCar. Di Malaysia dan Singapura duluan mengubah brand. Pada bulan yang sama, GrabCar memperoleh pendanaan seri B yang dikepalai oleh GGV Capital sebesar US$15M.

Baru pada bulan Juni, GrabCar ini masuk ke Indonesia. Sebulan berikutnya, Juli mulai aktif di Cebu, Filipina.

Masuk bulan ke 10, Oktober, GrabTaxi memperoleh kembali pendaan seri C dari Tiger Global, Vertexs Ventures, GGC dan Qunar, perusahaan travel besar dari Cina. Pada bulan yang bersamaan juga Grac Taxi meluncurkan versi beta di Davao City, Filipina dan Pattaya, Thailand.

Dengan banyak nya pendanaan yang masuk, Grab bertambah agresif dan pada bulan November meluncurkan GrabBike, on demand taksi motor di Ho Chi Minh, Vietnam sebagai service tambahan.

Menutup tahun yang agresif ini, Grab pun mendapatkan pendanaan lagi seri D dari Softbank sebesar US$250 M. Sebuah pendanaan terbesar di Asia Tenggara untuk startup. Total, hanya dalam 12 bulan saja, Grab memperoleh pendanaan sebesar US$340M.

Pada Desember tahun ini juga, Grab dinobatkan menjadi Billion Dolar Startup Club oleh Wall Street Journal. Sekaligus membuatnya menjadi satu dari unicorn yang waktu itu jumlah nya masih sedikit di Asia Tenggara.

2015

Pada bulan Februari, GrabTaxi masuk ke kota Lloillo, sebagai kota ke empat di Filipina.

Lanjut pada bulan Maret, GrabCar meluncurkan GrabCar+ yang menawarkan kepastian kualitas layanan mulai dari mitra pengemudi, tarif, kemudahan proses pemesanan, jalur perjalanan hingga kenyamanan ekstra saat berkendara. Kendaraan pun premium, bisa midsize sedan atau SUV seperti Camry maupun Fortuner bahkan bisa Mini Cooper juga. Layanan ini pertama kali diperkenalkan di Filipina.

Pada bulan Maret, GrabTaxi masuk juga ke Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia. Dua bulan kemudian, GrabBike masuk ke Jakarta sebagai kompetitor aplikasi yang sama dari lokal yakni Gojek.

2016

Pada bulan Januari 2016, GrabTaxi diganti nama menjadi “Grab” yang mencakup semua produk perusahaan di bawah satu atap yakni GrabCar (mobil pribadi), GrabBike (taksi motor), GrabHitch (carpooling) dan GrabExpress (pengiriman).

Pada tahun ini juga Grab mandapatkan dana US$ 750 juta di pendanaan seri F dari Softbank, Didi Chuxing dan produsen otomotif Jepang Honda. Pendanaan ini didapatkan pada September 2016.

Lalu, pada Oktober Grab meluncurkan logo baru yang dirancang ulang. Sekaligus juga meluncurkan layanan baru yakni “GrabChat” yang diharapkan dapat memudahkan komunikasi sederhana antara pengendara dan pengemudi. GrabChat bahkan dapat menerjemahkan pesan jika bahasa yang digunakan pengemudi dan penumpang berbeda.

Pada bulan November, Grab meluncurkan GrabPay, yang memberikan opsi pembayaran tanpa uang tunai baru yang memungkinkan pengisian ulang melalui berbagai sumber pendanaan lokal yang tersedia luas untuk solusi pembayaran mobile dalam aplikasi GrabPay.

Pada akhir tahun, Desember 2016, Grab layanan yang inovatif yakni memperkenalkan “GrabShare” yang menawarkan layanan berbagi taksi dan mobil.

2017

Pendanaan Grab berlanjut pada seri G senilai US$ 2,5 miliar. Kerja sama pendanaan didapatkan pada Agustus 2017 dari Softbank, Didi Chuxing dan Toyota.

2018
Pada Maret 2018 Grab memperoleh pendanaan sekitar US$ 3 miliar dari Toyota, Microsoft, Booking Holdings dan Yamaha Motors. Namun, beberapa media seperti TechCrunch telah melaporkan Grab meningkatkan target pendanaan jadi US$ 5 miliar.

Pada bulan Maret ini juga, Grab mengakuisisi Uber, di mana berdasarkan kesepakatan tersebut, Uber tetap akan memiliki 27,5 persen saham di Grab dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung dengan dewan direksi Grab. Saat diakuisisi tersebut, nilai Uber sebesar US$6 M.

Pada bulan April, GrabPay menjalin kemitraan dengan Visionet International (PT VI), perusahaan platform pembayaran dan keuangan lokal di Indonesia dengan merek OVO.

Pada bulan oktober, kembali Grab memperoleh pendanaan dari Booking Holdings atau sering kenal juga dengan Priceline sebesar $200 million.

TechCrunch melaporkan perusahaan ini terakhir kali bernilai US$ 11 miliar, ketika Toyota menginvestasikan US$ 1 miliar di Seri H ini pada Juli 2017. Namun belum jelas berapa peningkatan valuasi Grab ketika putaran seri H tersebut selesai.

Pada bulan November, Hyundai Motor Company (“Hyundai”) dan Kia Motors Corporation (“Kia”) akan memberikan investasi tambahan sebesartambahan US$250M ke Grab dan membangun kemitraan untuk mengujicobakan program EV di seluruh Asia Tenggara.

Pada akhir 2018 ini, Grab yang sudah berstatus decacorn. Hal ini tertuang dalam riset Google Temasek bertajuk e-Conomy Sea 2018 yang resmi dipublikasikan 19 November 2018. Artinya, valuasi dari Grab sudah berada di atas US$10 miliar atau setara Rp 140 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.000).

2019

Menutup tahun 2018 dengan mencatatkan pendapatan sekitar US$ 1 miliar. Sama seperti perusahaan lain, Grab juga memiliki target agar pendapatan tersebut naik di tahun 2019 ini.

Menurut Co-founder Grab Tan Hooi Ling, pada 2019 Grab menargetkan pendapatan perusahaan naik dua kali lipat dari tahun ini. Dengan kata lain, perusahaan ingin menaikkan pendapatan menjadi US$ 2 miliar.

“Kami sudah mencatatkan pendapatan US$ 1 miliar di 2018 dan akan menggandakannya di tahun depan,” tuturnya saat bertemu dengan awak media di Jakarta, Selasa (11/12/2018).

Kendati demikian, Ling tidak merinci lebih lanjut layanan Grab mana yang akan menjadi andalan di tahun depan agar target tersebut dapat terpenuhi. Namun, dia memastikan seluruh layanan Grab hingga sekarang masih terus bertumbuh. (RIZ/Icha)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU