spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Oppo Reno11 (China)

ARTIKEL TERKAIT

Mengapa Developer Lokal Sulit Berkembang?

Telko.id – Sudah menjadi rahasia umum, bahwa developer lokal di Indonesia terganjal sejumlah permasalahan untuk berkembang dan menuai sukses. Padahal, tak terhitung banyaknya, dengan bakat yang mengesankan, mulai dari mahasiswa, para konseptor hingga mereka yang benar-benar developer.

Pakar sekaligus praktisi IT, Budi Rahardjo mengurai beberapa alasan mengapa developer lokal jarang menyentuh kata sukses dalam bisnis aplikasi yang mereka rintis. Salah satu diantaranya, dan yang paling unik adalah karena perilaku masyarakat di Indonesia cenderung lebih menyukai aplikasi yang bersifat hiburan semata, ketimbang aplikasi kreatif yang sebenarnya dapat membantu serta mempermudah aktifitas masyarakat dan membuat suatu kota menjadi lebih ‘smart’.

“Kalau dulu hambatannya adalah kurangnya sumber daya kretaif, saat ini bukan itu lagi permasalahannya. Uniknya, masyarakat kita lebih senang dengan aplikasi yang bersifat hura-hura, seperti dubsmash dan lainnya. Sedangkan aplikasi kreatif lebih susah dijual, karena aplikasi yang dibutuhkan justru kurang diminati oleh masyarakat seperti micro finance,” kata Budi ketika ditemui tim Telko.id di Jakarta, Rabu (11/5).

Ia menambahkan, aplikasi seperti Micro Finance sejatinya dapat mengembangkan bisnis UKM di Indonesia. Pasalnya, transaksi online yang tidak terlalu membutuhkan banyak uang masih sulit dalam hal pembayaran.

“Jika terealisasi, mungkin saja ketika kita pergi ke toilet umum, kita hanya tinggal melakukan tapping di smartphone untuk membayar jasa toilet tadi yang hanya berjumlah seribu rupiah,” tandasnya.

Menurut Budi, ada tiga faktor utama yang menghambat perkembangan para developer lokal, seperti Infrastruktur, kurangnya wawasan serta kurang wadah untuk menampung ide mereka.

“Saat ini internet di Indonesia masih lemot, sehinga banyak developer yang terkesan enggan menciptakan aplikasi yang berbau internet. Banyak juga developer yang kurang wawasan karena kurang banyak melihat developer kelas dunia ketika sedang melakukan aktivitas coding, sehinggamembuat mereka kurang percaya diri,” tuturnya.

Ke depannya, Ia berharap infrastruktur internet di Indonesia bisa lebih baik lagi dan merata hingga ke pelosok. Selain itu, perlu juga para pemangku kepentingan untuk mendatangkan developer kelas dunia untuk mengajarkan dan memberikan pengalaman mereka bagi para developer lokal.

“Sesekali boleh lah kita undang developer yang mengembangkan MiUI ke Indonesia, terus juga kita ciptakan playstore-nya Indonesia untuk para developer lokal meletakan karya mereka. Karena di playstore syaratnya juga cukup ribet,” tutupnya. [ak/if]

spot_img

ARTIKEL TERBARU