spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Tecno Spark 20

ARTIKEL TERKAIT

Microsoft Ujicoba Data Center di Bawah Laut

Telko.id – Apakah ada terpikir untuk membangun data center di lautan bebas? Microsoft sudah memikirkan hal itu. Itu sebabnya, Microsoft melakukan percobaan untuk mengaplikasikannya. Tentu sebuah pemikiran yang radikal untuk saat ini. Tapi nanti? Siapa tahu memang dibutuhkan. Dan, Microsoft sudah pernah mencoba.

Sebenarnya, teknologi untuk menyimpan komputer di bawah air bukan hal baru. Pada kenyataannya, ada beberapa karyawan Microsoft pernah melakukannya. Hal itu juga yang melahirkan ide untuk menyimpan data center di dalam laut. Dengan melakukan percobaan ini, maka ada beberapa persoalan yang dipecahkan. Misalnya, memperkenalkan sumber tenaga baru, bagaimana melakukan penurunan biaya untuk pendinginan, mendekatkan jarak dengan populasi yang akan dihubungkan serta membuatnya lebih mudah dan lebih cepat untuk pusat data set-up.

Sebagai background, pusat data adalah tulang punggung dari komputasi awan, dan banyak di dalamnya jaringan antar komputer. Tentu hal ini membutuhkan daya yang besar untuk melakukan tugasnya. Seperti penyimpanan, pengolahan dan / atau mendistribusikan jumlah informasi yang banyak. Untuk itu semua, dibutuhkan kekuatan listrik yang besar pula yang dapat dihasilkan dari sumber daya terbarukan seperti angin dan matahari, atau, dalam hal ini, mungkin gelombang atau energi pasang surut.

Ketika pusat data yang lebih dekat ke populasi yang dituju, seperti tempat orang tinggal dan bekerja, maka “latency” akan berkurang. Itu artinya, download, web browsing dan game semua lebih cepat. Dengan organisasi yang lebih mengandalkan awan, permintaan untuk pusat data pun menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Tentu, membutuhkan biaya untuk membangun dan memeliharanya.

Semua itu menjadi tantangan yang menarik bagi tim Microsoft Research yang cukup piawai menyadiakan solusi yang out-of-the-box.

Ben Cutler, manajer proyek yang memimpin tim di belakang percobaan ini, menjuluki tim nya sebagai Project Natick yang merupakan bagian dari kelompok dalam Microsoft Research yang berfokus pada proyek-proyek khusus. “Kami lihat sesuatu permasalahan dari sudut pandang baru, perspektif yang berbeda, dengan kemauan untuk menantang kebijaksanaan konvensional. Hal itu terlihat ketika ada sebuah makalah tentang menempatkan pusat data di dalam air yang diberikan oleh Norm Whitaker, yang kini mengepalai proyek khusus untuk Microsoft dalam penelitian selanjutnya,” ujar Ben Cutker, Manajer Proyek Microsoft menjelaskan.

Salah satu yang menjadi tantangan adalah bagaimana menempatkan peralatan elektronik dari serangan air laut yang kadar garamnya sangat tinggi. Tentu, hal ini membutuhkan proses pengujian dan desain yang sangat ketat. Hal ini juga mengingatkan bagaimana fiber optic ditemukan. Dan berdasarkan itulah maka ada optimistis bahwa menyimpan data center di bawah laut pun dapat dilakukan.

Untuk merealisasikan mimpi menyimpan data center di bawah laut pun terinspirasi dari kapal selam. Dimana desain kapal selam yang bulat adalah bentuk yang terbaik agar terhindar dari benturan dan tekanan.

Pada tahap awal ujicoba, data center tidak akan ditempatkan jauh dari pantai. Hal ini untuk mempermudah dalam memperoleh jaringan listrik yang ada. Baru nantinya akan menggunakan energi HYDROKINETICT yang berasal dari gelombang laut untuk daya. Ini bisa membuat pusat data bekerja secara independen dari sumber energi yang ada, terletak dekat dengan kota-kota pesisir, didukung oleh energi laut terbarukan. Itulah salah satu keuntungan besar dari skema datacenter di bawah air – mengurangi latency dengan mengurangi jarak ke populasi dan akan mempercepat transmisi data.

Proyek ini menunjukkan hal itu mungkin dilakukan untuk menyebarkan data center dengan lebih cepat karena mengubahnya dari proyek konstruksi yang tentu saja membutuhkan beragam ijin dan memakan waktu. Sebagai perbandingan, untuk membangun kapal tempat ujicoba data center ini hanya membutuhkan waktu 90 hari saja. Padahal, jika data center di bangun di daratan, membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan, medan dan tentu akan berbeda-beda untuk setiap lokasinya. Sedangkan untuk dibawah laut, dapat diproduksi secara masal karena kondisi di bawah air relatif sama dan konsisten.

Apalagi, untuk data center, masalah pendinginan merupakan hal penting. Biasanya, dijalankan dengan menggunakan chiller agar tidak terjadi overheating. Lingkungan dingin di dalam laut, secara otomatis membuat pendinginan data center menjadi lebih murah dan lebih hemat energi. Terlebih lagi, data center itu akan dipantau secara jarak jauh dengan menggunakan kamera dan sensor lainnya. Sehingga pencatatan data seperti suhu, kelembaban, jumlah daya yang digunakan untuk sistem, bahkan kecepatan arus, tetap dapat dilakukan. Walau demikian, sebulan sekali, tetap aka nada penyelam yang turun untuk memeriksa. Sampai saat ini, tim masih menganalisis data dari percobaan tersebut, namun sejauh ini, hasil yang diperoleh cukup menjanjikan.

Saat ini, Microsoft sedang merencanakan tahap berikutnya dari proyek ini. Dengan menggunakan kapal yang berukuran empat kali dari wadah yang saat ini digunakan. Selain itu juga memiliki 20 kali kekuatan komputasi. Tim ini juga menguji kapal yang bisa di dalam air selama setidaknya satu tahun dan mengerahkan sumber energi laut terbarukan. Termasuk juga belajar melakukan konfigurasi ulang firmware dan driver untuk disk drive, agar dapat bertahan lebih lama. (Icha)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU