Telko.id – smart city menjadi salah satu topik terhangat yang sedang melanda setiap negara berkembang di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia sendiri tren smart city memang sedang berkembang, terlihat dari beberapa kota besar yang mencoba menerapkan tren ini, namun sangat disayangkan penetrasi smart city tersebut tidak berlangsung di berbagai aspek yang sebetulnya menjadi sebuah kebutuhan bagi warga di kota tersebut.
Microsoft Sendiri, melalui Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia menyebutkan bahwa setidaknya terdapat beberapa kota di Indonesia yang telah menerapkan smart city, meskipun Ia enggan menyebutkan nama kota tersebut.
“Kita pernah melakukan survey di 12 kota secondary di Indonesia, ke 12 kota tersebut sudah cukup baik implementasi dari smart city nya. jadi kalau kita bicarakan smart city sampai level mana di Indonesia, ya setiap kota memiliki leve smart city yang berbeda,” ujar Tony pada diskusi tertutup dengan tim Telko.id di kantor Microsoft Indonesia (26/4).
Ia juga menyebutkan setidaknya ada satu standar yang bisa menjadi tolak ukur untuk smart city yakni ISO 18091. “ISO 18091 berbicara mengenai empat hal, yakni tata kelola pemerintahan, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan sosial yang inklusif yang setiap orang dilibatkan, serta pelestarian lingkungan,” sebutnya.
Tony menyebutkan jikalau empat hal ini berbeda-beda levelnya di setiap kota yang mereka survey tadi. Ia juga mengungkapkan bahwa di Indonesia masih banyak kepala daerah yang kurang paham dengan konsep dari smart city sendiri.
Baca Juga : IDC Cerita Tentang Tren Smart City di Indonesia
“Mereka hanya berfikir bahwa smart city adalah kota yang sistem IT nya canggih, atau misalnya kota yang semuanya serba elektronik, padahal gak seperti itu. Karena smart city adalah masyarakatnya smart,Dia bisa membangun social economy yang bagus berdasarkan resources yang baik juga,” ucap Tony.
Tony menambahkan, kalau dari sisi akademis smart city membutuhkan masyarakat pintar dan ada Universitas di dalamnya, karena Universitas ini nantinya akan mencetak orang-orang pintar.
“Orang-orang pintar nantinya akan menjadi sebuah motor penggerak dari smart city di suatu wilayah,” tambah Tony.
Ia juga mengungkapkan bahwa smart city di setiap wilayah tentu berbeda-beda tema nyaseperti tem pembangunan ekonomi ataupun pariwisata. “Kita (Microsoft) bekerjasama dengan ISO, yakni organisasi standar dunia dan pembangunan smart city berpaduan pada pendekatan itu. Jadi untuk setiap kota itu tergantung mau nya apa dan kita telah mempersiapkan aplikasi-aplikasi smart city dengan tenaga programmer lokal sebagai pembuatnya.” ungkapnya.
Microsoft juga sejatinya memasukan berbagai aplikasi untuk smart city tadi ke cloud dan kedepanya akan memasukan aplikasi tersebut kedalam e-katalog mereka, sehingga mempercepat pengadaan dari peragkat ataupun platform smart city di sebuah wilayah atau kota.
Tony juga menjelaskan alasan mengapa smart city di setiap kota tersebut berjalan sendiri-sendiri. ia menyebutkan, “karena adanya otonomi daerah yang menginginkan berbeda. Ini merupakan suatu tugas dari Kominfo utuk menjadika smart city ini menjadi suatu framework yang nasional yang mana di dalam fraework tersebut terdapat ‘interoprabilitas’, namun saat ini belum ada aturan atau undang-undang yang mendorong adanya interoperabilitas sehingga kota A membuat sebuah solusi dan kota B membuat sebuah solusi, maka kota A dan B tidak akan nyambung,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan solusi smart city apa yang dibutuhkan oleh Ibukota Jakarta. “Saya itu pernah melakukan survey di Jakarta, ada beberapa yang dinilai urgent mengenai kepastian hukum di Jakarta yang dinilai belum terlalu bagus,”
Kepastian hukum yang dimaksud adalah, jikalau seorang karyawan melakukan sebuah kegiatan sesuai dengan prosedur, namun tidak ada kepastian kalau karyawan tersebut pasti aman dan tidak akan dipecat.
“Jadi di Jakarta itu, Kepastian hukum tersebut yang masih kurang,” tutup Tony.