Telko.id – konsumen di Cina nyatanya lebih awal dalam pengadopsi teknologi, dan memimpin pengembangan kawasan Asia-Pasifik dalam minat pembelian produk tenologi secara online.
Penelitian baru dari Consumer Technology Assosiation (CTA) menunjukkan bahwa ketika mempertimbangkan pembelian produk teknologi berikutnya semisal smartphone, konsumen Cina jauh lebih mungkin untuk berbelanja online (62%) daripada pembelian di toko offline (38%).
Dilaporkan TelecomAsia(13/5), Hal ini berbeda dengan di Indonesia yakni hanya 38% perencanaa pembelian online, Malaysia dengan 33%, Vietnam 29% dan Filipina yang hanya menyentuh angka 24% saja. Hal ini menggambarkan bagaimana negara-negara di Asia Tenggara belum sekuat China dalam minat belanja produk teknologi secara online.
“Mengingat pasar online yang kuat di negara itu dan antusiasme untuk teknologi, itu tidak mengherankan apabila China jauh meninggalkan negara lain di APAC ketika datang ke adopsi teknologi awal dan pembelian produk teknologi secara online,” kata Gary Shapiro, presiden dan CEO CTA.
Antara konsumen online di wilayah APAC, China juga memiliki persentase tertinggi pengadopsi teknologi awal yang dilaporkan sendiri, dengan 59% menunjukkan mereka membeli produk teknologi dengan segera, atau tak lama setelah produk tersebut tersedia. Di belakang China adalah Malaysia dan Indonesia yang sama-sama memperoleh presentase 49%, Vietnam (40%) dan Filipina (32%).
Lebih lanjut, diantara konsumen online di Cina, smartphone adalah teknologi yang paling dimiliki, disusul oleh komputer desktop, komputer laptop, kamera digital dan headphone. Smartphone juga merupakan perangkat teknologi yang paling populer di Indonesia, Vietnam dan Malaysia. Sedangkan Di Filipina, headphone on atau over-the-ear menduduki peringkat teratas sebagai perangkat teknologi yang paling milik.
“Perusahaan teknologi di Cina dan konsumen memainkan peran kunci dalam ekonomi global, konsumen di seluruh wilayah APAC mengembangkan beragam dalam kebiasaan konsumsi teknologi mereka, tetapi ‘nafsu makan’ yang jelas untuk mobilitas adalah tren pemersatu,” kata Steve Koenig, direktur senior riset pasar, CTA.
Di negara-negara APAC lain, pembelian di toko offline masih menjadi bentuk yang paling populer dari sebuah pembelanjaan, menurut penelitian ini.
Filipina memimpin di sini dengan 74% konsumen mereka mengatakan berencana untuk pergi ke toko untuk pembelian produk teknologi berikutnya. Menyusul Vietnam (71%), Malaysia (66%) dan Indonesia (60%).
CTA mencatat bahwa pembelian di toko didorong oleh keinginan untuk mencoba produk, sementara pembelian online terutama didorong oleh harga dan kenyamanan.
Khusus untuk Indonesia, meskipun angka pertumbuhan e-commerce meningkat, namun total transaksi melalui jalur internet itu jauh lebih sedikit dibandingkan toko offline. Lebih lanjut, hadirnya pusat tradisional market untuk smartphone, seperti yang berada di kawasan Roxy serta Mangga Dua yang masih berdiri megah, menjadikan banyak pengguna yang lebih nyaman untuk berbondong-bondong membeli produk smartphone disana.
Sebaliknya, salah satu alasan mengapa konsumen Indonesia membeli produk teknologi seperti smartphone pada situs e-commerce adalah karena harga yang kompetitif serta ingin mendapatkan smartphone tersebut ketika pre order.
Selain itu, hadirnya peraturan TKDN yang menyebabkan banyak produsen smartphone seperti Apple dan Xiaomi tidak bisa menjual produk mereka di Indonesia secara offline, juga menjadi alasan pengguna membeli produk tersebut di situs belanja online. Pasalnya, pada beberapa situs belanja online populer di Indonesia, menyajikan smartphone-smartphone yang belum lolos TKDN dan bisa dibeli kapan saja oleh end user.