Telko.id, Jakarta – Kaum Bumi datar bakal punya hajatan akbar. Tahun depan, mereka berencana melakukan perjalanan ke Antartika untuk membuktikan kebenaran teori konspirasi tersebut. Menariknya, YouTuber Logan Paul kabarnya akan ikut hadir. Seperti apa pembuktiannya?
Mereka yang akan berangkat ke Antartika adalah orang-orang yang mengikuti acara Flat Earth International Conference (FEIC) pada November 2018 lalu.
Selain acaranya sendiri, hal menarik lainnya adalah kabar yang menyebutkan bahwa Youtuber kondang Logan Paul tertarik untuk bergabung ke Antartika.
Sebelumnya, Logan sempat tertangkap kamera mengikuti FEIC 2018 di Denver, Amerika Serikat. Ia bahkan mengunggah video terkait teori konspirasi Bumi datar berjudul “The Flat Earth: To The Edge and Back” di kanal YouTube.
Menurut laporan The Next Web, kaum Bumi datar ke Antartika untuk melihat dinding es setinggi hampir 50 meter dengan tebal ratusan meter yang menjadi kawasan paling ujung di sekeliling Bumi sekaligus batas dengan luar angkasa.
{Baca juga: Tak Ada Lagi “Bumi Datar” di Google Maps}
“Antartika berada di sepanjang keliling Bumi. Sebagian besar penganut Bumi datar percaya bahwa manusia berada di sebuah kubah mirip salju, seperti yang ada di Antartika,” katanya, seperti dikutip Telko.id dari The Next Web, Jumat (22/3/2019).
Sebelumnya dilaporkan, YouTube ternyata menjadi pemicu kenapa jumlah penganut Bumi datar meningkat pesat. Menurut riset terbaru, banyak orang percaya soal Bumi datar setelah menonton video konspirasi yang ada di YouTube.
Menurut Asheley Landrum, asisten profesor ilmu komunikasi di Texas Tech University, 29 orang dari 30 penganut Bumi datar mengaku mulai yakin dengan teori tersebut setelah menonton video-video konspirasi di saluran YouTube.
Ahli AI Guillaume Chaslot pun menjelaskan fenomena tersebut. Ia menyebut, video konspirasi sering dipromosikan oleh YouTube karena algoritma menjadi bias berkat sekelompok kecil pengguna yang sangat aktif di platform.
{Baca juga: Penganut Bumi Datar Bertambah Gara-gara YouTube}
Landrum menegaskan, YouTube tidak salah. Namun, ia berpendapat, YouTube bisa melakukan sesuatu untuk melindungi penggunanya dari informasi salah. [SN/HBS]
Sumber: The Next Web