Telko.id – Palo Alto Networks membeberkan prediksi penting mengenai lanskap keamanan siber di Asia Pasifik pada tahun 2025.
Prediksi ini memberikan wawasan mendalam untuk membantu organisasi mempersiapkan diri menghadapi tantangan keamanan digital yang semakin kompleks.
Menurut Simon Green, President, Asia Pacific and Japan at Palo Alto Networks, pada tahun 2025, kawasan Asia Pasifik akan menghadapi badai ancaman siber berbasis AI yang kian meningkat dalam skala, kecanggihan, hingga dampak.
Masa di mana strategi keamanan yang tidak terpadu telah berakhir, kini organisasi perlu beralih ke platform yang terintegrasi dan didukung oleh teknologi AI yang transparan dan dapat diandalkan untuk tetap menjadi yang terdepan.
Baca juga :
Apalagi ketika serangan kuantum bermunculan dan serangan deepfake berkembang menjadi metode penipuan, perusahaan harus terus berinovasi atau terancam tertinggal oleh aktor jahat.
“Ini adalah taruhan yang tidak bisa dianggap sepele, kepercayaan menjadi ‘mata uang’ penting di era baru keamanan siber ini. Tidak hanya risiko terkena serangan, tetapi pihak yang gagal beradaptasi juga berisiko mengalami reputasi yang jatuh dan ketahanan yang tidak dapat diperbaiki,” ungkap Simon menjelaskan.
Berikut adalah lima tren utama yang akan mendominasi:
#1 Transparansi sebagai Landasan Kepercayaan di Era AI
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam berbagai sektor bisnis terus meningkat. Namun, pada tahun 2025, para pemangku kepentingan di Asia Pasifik akan menekankan pentingnya transparansi dalam teknologi AI. Perlindungan data, kejelasan mekanisme pengumpulan data, dan pengambilan keputusan berbasis AI menjadi prioritas utama. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan pelanggan sekaligus mendorong inovasi yang aman.
#2 Deepfake sebagai Ancaman Siber Baru
Deepfake, teknologi manipulasi digital berbasis AI, diperkirakan menjadi alat utama dalam serangan siber pada tahun 2025. Dari penyebaran misinformasi politik hingga serangan penipuan berbasis suara, pelaku kejahatan siber akan semakin mahir memanfaatkan teknologi ini. Perusahaan perlu mengadopsi sistem deteksi dan mitigasi yang canggih untuk menghadapi ancaman ini.
#3 Fokus pada Keamanan Rantai Pasokan dan Integritas Produk
Tahun 2025 akan menjadi tonggak penting dalam memastikan integritas rantai pasokan. Dengan meningkatnya kompleksitas lingkungan cloud, visibilitas real-time terhadap seluruh ekosistem menjadi sangat penting. Organisasi di Asia Pasifik perlu melakukan asesmen risiko yang mendalam dan memprioritaskan solusi keamanan komprehensif untuk menjaga keberlangsungan bisnis.
#4 Platform Keamanan Terpadu untuk Mengatasi Kompleksitas
Keterbatasan sumber daya manusia di bidang keamanan siber akan mendorong adopsi platform terpadu pada tahun 2025. Platform ini memungkinkan organisasi mengintegrasikan berbagai alat keamanan, mengoptimalkan efisiensi, dan meningkatkan visibilitas terhadap ancaman. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat membangun struktur keamanan yang lebih tangguh.
#5 Keamanan Quantum-Resistant
Seiring dengan kemajuan komputasi kuantum, ancaman terhadap enkripsi konvensional akan meningkat. Pelaku ancaman negara diperkirakan mulai mengadopsi strategi “harvest now, decrypt later”, yang menargetkan data sensitif untuk dipecahkan di masa depan. Organisasi perlu mengadopsi standar kriptografi pasca-kuantum dan teknologi quantum-resistant untuk melindungi aset digital mereka.
Strategi Menghadapi Lanskap Keamanan Siber 2025
- Investasi dalam AI Transparan: Organisasi harus memastikan penggunaan teknologi AI yang etis dan transparan.
- Deteksi dan Mitigasi Deepfake: Menggunakan alat berbasis AI untuk mendeteksi deepfake secara real-time.
- Keamanan Rantai Pasokan: Meningkatkan visibilitas terhadap seluruh rantai pasokan untuk mengantisipasi risiko keamanan.
- Adopsi Platform Keamanan Terpadu: Mengurangi fragmentasi alat keamanan untuk menciptakan efisiensi operasional.
- Persiapan Keamanan Kuantum: Beralih ke algoritme quantum-resistant untuk menghadapi ancaman di masa depan.
Prediksi Palo Alto Networks menunjukkan bahwa tahun 2025 akan menjadi masa krusial dalam menghadapi ancaman keamanan siber di Asia Pasifik.
Dengan adopsi teknologi AI yang masif dan kemajuan komputasi kuantum, organisasi perlu mempersiapkan diri dengan strategi keamanan yang inovatif dan adaptif.
Transparansi, integritas data, dan platform keamanan terpadu adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan daya tahan di era digital ini. (Icha)