Telko.id, Jakarta – Ada fakta mengejutkan mengenai peredaran berita palsu. Menurut survei ada 86% warganet mengaku telah ditipu oleh berita palsu atau hoaks. Sebagian besar warganet tertipu dengan berita palsu yang ada di Facebook. Survei itu juga mengungkap negara yang menjadi “produsen hoaks” terbesar.
Dilansir Telko.id dari AsiaOne pada Sabtu (15/06/2019), selain di Facebook berita palsu juga beredar di YouTube, Blog dan Twitter. Warganet di Mesir adalah yang paling mudah ditipu dan Pakistan yang paling skeptis.
Terkait produksi hoaks, Amerika Serikat menjadi negara yang paling berpengaruh dalam penyebaran konten hoaks. Selanjutnya diikuti oleh Rusia, dan menyusul di posisi ketiga adalah China.
Jajak pendapat ini mengandalkan wawancara langsung dan via online, yang dilakukan mulai dari 21 Desember 2018 hingga 10 Februari 2019 oleh Centre for International Governance Innovation (CIGI).
{Baca juga: Twitter Ikut Perangi Berita Palsu Soal Anti Vaksin, Caranya?}
Menurut Fen Osler Hampson dari CIGI mengatakan jika survei ini menunjukan jika masyarakat mulai tidak percaya terhadap media sosial, dan khawatir dengan privasi online mereka.
“Survei sikap global tahun ini tidak hanya menggarisbawahi kerapuhan internet, tetapi juga meningkatnya ketidaknyamanan para netizen dengan media sosial dan kekuatan yang dimiliki perusahaan-perusahaan ini atas kehidupan sehari-hari mereka,” kata Fen Osler.
Responden mereka ingin pemerintah dan perusahaan media sosial untuk bersikap bijak terkait meningkatnya ketidakpercayaan mereka terhadap internet. Survei dilakukan kepada lebih dari 25.000 pengguna internet yang tersebar di 25 negara.
Berita palsu memang menjadi musuh bersama di dunia internet saat ini, termasuk di Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) selaku regulator yang mengatur dan mengawasi aktifitas Internet di Indonesia sudah melakukan beberapa langkah antisipasi.
Seperti pada tahun lalu, Kementerian Kominfo telah menggandeng Qlue untuk membuat aplikasi yang akan memerangi peredaran konten negatif, terutama berita palsu atau hoaks di dunia maya.
{Baca juga: Kominfo Pakai Qlue untuk Perangi Berita Palsu}
Kolaborasi itu diwujudkan dalam pembuatan dashboard khusus aduan konten yang diluncurkan melalui kerjasama bertajuk “Indonesia Menolak Dipecah Belah”. Melalui dashboard itu, Kominfo dapat menganalisis lebih dalam mengenai penyebaran konten negatif atau berita palsu yang dapat memecah-belah bangsa. [NM/HBS]
Sumber: AsiaOne