Telko.id,Jakarta – PT Datascrip selaku distributor printer Canon mengaku terjadi penurunan penjualan sejak tahun 2018. Dikatakan, penyebab terjadinya penurunan itu karena berubahnya perilaku masyarakat yang kini beralih ke dokumen digital alias digitalisasi dokumen.
Division Director PT Datascrip, Merry Harun tidak menjelaskan presentase penurunannya, namun dia menganalisa jika penyebab penurunan salah satunya adalah disebabkan oleh digitalisasi dokumen.
“Kalau dulu banyak yang manual, tapi sekarang pengiriman dokumen itu bisa lewat e-mail, WhatsApp dan berbagai platform digital lainnya. Kalau sekarang pakai print malah lebih mahal,” kata Merry di acara peluncuran Canon PIXMA G6070 di Jakarta, Selasa (25/06/2019).
{Baca juga: Printer Canon PIXMA G6070 Bisa Cetak 8.300 Halaman}
Merry menambahkan, bahwa tidak hanya printer saja yang mengalami penurunan penjualan, tapi penjualan tinta pun ikut menurun. Pasalnya, tinta menjadi zat yang dibutuhkan ketika ingin mencetak dokumen atau foto.
“Penjualan tintanya tidak sebanyak dulu. Kalau dulu penggunaan tinta cukup besar kalau sekarang agak berkurang, presentasenya belum berasa sih, karena kita bikin campaign seperti cashback dan lainnya,” ungkap Merry.
Isu lain yang menjadi sorotan adalah kampanye meminimalisir penggunaan kertas atau paperless. Namun Merry menilai sangat berlebihan jika kampanye paperless memberikan dampak besar bagi industri printer di Tanah Air. Karena sejatinya perilaku mencetak dokumen tidak akan berubah walaupun gaung paperless semakin kencang.
“Sebetulnya kita tidak percaya paperless, tapi hanya akan less paper. Karena kalau sama sekali tidak ada kertas agak tidak mungkin. Sebab kadangkala kita menerima dokumen digital yang perlu di print juga. Jadi kalau sampai paperless itu mungkin tidak dalam waktu singkat,” ucapnya.
{Baca juga: Bisa Cetak 8.300 Halaman, Berapa Harga PIXMA G6070?}
Menyikapi perubahan perilaku konsumen, Datascrip pun melakukan ekspansi. Mereka mulai menyasar pangsa pasar di Indonesia Timur, seperti di Sulawesi dan Papua, untuk menggaet konsumen baru yang mau membeli produknya.
“Menghadapi kondisi ini kita membuka pasar-pasar baru di daerah, kalau dulu kan konsentrasinya Jawa, kalau sekarang Sulawesi mau tidak mau Papua karena sudah dimudahkan dengan transportasi yang semakin mudah,” tambah Merry. [NM/HBS]