Telko.id, Jakarta – Epic Games Store belakangan ini dikabarkan mendapat protes keras dari para gamers di China. Menurut laporan Abacus, protes ini datang karena Epic Games Store tidak mau menjual game ke gamers China.
Para gamers menilai, tidak bisa mendapatkan sejumlah game yang mereka inginkan. Berbeda dengan Steam yang bisa diakses meski ilegal.
Gamers China juga tidak sepenuhnya dapat mengandalkan WeGames, platform milik Tencent. Sebab, layanan ini belum tentu memiliki game populer yang dirilis global di luar China.
{Baca juga: Gamers di India Cuma Bisa Main PUBG Enam Jam per Hari}
Pihak Epic Games Store akhirnya membeberkan alasan mengapa kejadian tersebut bisa dialami oleh gamers di Negeri Tirai Bambu. Menurut Head of epic Games Store, Steve Allison, pihaknya enggan berurusan dengan pemerintah China.
Ada kebijakan di China yang menyebutkan bahwa developer game asing dilarang menjual game secara langsung ke gamers di China, termasuk menyediakan akses game online.
Seperti yang diketahui, di China, konten game juga harus melewati pengawasan badan sensor pemerintah. Konten yang berseberangan dengan ideologi atau keinginan pemerintah negara tersebut tidak diperbolehkan beredar.
“Mereka (Steam) tidak memiliki kantor di China. Kami memiliki tim yang bekerja di sana, jadi status legal menjadi hal sensitif bagi kami. Kami ingin memastikan keamanan pekerja kami,” tutur Allison.
{Baca juga: Bandai Namco akan Rilis Game Baru “Rad”}
Penjelasan ini tidak meredakan emosi para gamers. Mereka tetap membandingkan Epic Games Store dengan para pesaing, seperti Valve (Steam), Ubisoft (Uplay), Electronic Arts (Origins), dan CD Projekt (GOG) yang tetap membuka akses layanan di China.
Bahkan beberapa di antara gamers ini mengambil kesimpulan bahwa Epic Games Store menolak beroperasi di China karena takut bersaing dengan WeGame milik Tencent. Memang, Tencent adalah pemegang 40 persen saham dari Epic Games.
“Tencent sama sekali tidak berkontribusi langsung dalam bisnis kami. Mereka tidak membahas Epic Games Store dengan kami. Mereka tidak membuat keuputusan untuk kami atau memberikan saran. Mereka juga tidak berada di kantor kami,” sanggah Allison. (BA/FHP)