Telko.id, Jakarta – Huawei akhirnya angkat bicara soal kasus embargo Huawei yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat (AS). Embargo ini membuat perusahaan asal China itu ditinggalkan oleh para mitra strategisnya, seperti Google, Qualcomm, Intel, sampai ARM.
Menurut Chief Representative to the EU Institutions, Abraham Liu, pihaknya merupakan korban “penindasan” AS.
DIkutip dari Reuters, pada Kamis (23/05/2019), ia mengatakan, kalau mereka sedang bekerja sama dengan Google untuk menanggapi embargo yang diberlakukan AS pekan lalu. Meski demikian, Google enggan memberikan komentarnya.
{Baca juga: Setelah Google, Giliran Intel dan Qualcomm Musuhi Huawei}
“Kami menjadi korban penindasan oleh pemerintah AS. Ini bukan hanya serangan terhadap Huawei. Ini adalah serangan terhadap tatanan liberal, berdasarkan aturan,” tegasnya.
Liu sendiri menegaskan bahwa mereka tidak menyalahkan raksasa pencarian tersebut atas keputusannya yang memilih untuk embargo mereka. Asal tahu saja, Alphabet sebagai induk perusahaan Google telah menghentikan kerja sama bisnisnya dengan Huawei.
{Baca juga: Huawei Ditinggal ARM, Nasib P30 Pro dkk Terancam?}
Ini membuat smartphone Huawei terancam tidak bisa memanfaatkan berbagai layanan, termasuk software, hardware dan sistem operasi Android, kecuali yang tersedia secara publik melalui lisensi open source.
“Mereka (Google) tidak memiliki motivasi untuk memblokir kami. Kami bekerja sama dengan Google untuk mencari tahu bagaimana Huawei dapat menangani situasi dan dampak dari keputusan Departemen Perdagangan AS,” jelasnya. (FHP)