Telko.id – Artificial Intelligence (AI) memiliki banyak dampak terhadap kehidupan manusia dizaman modern ini. Tidak hanya sebagai alat bantu dalam belajar dan bekerja, namun juga sebagai alat bantu untuk bisa menghasilkan gambar.
Disisi lain kehadiran teknologi ini disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan Deepfake.
Deepfake merupakan jenis teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang digunakan untuk dapat membuat gambar, video, dan rekaman audio “palsu” yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya sehingga terlihat sangat meyakinkan.
Teknologi ini menjadi sangat berbahaya jika dipakai untuk membuat konten dimana seseorang seolah – olah melakukan sesuatu yang padahal tidak pernah mereka lakukan.
Konten yang dihasilkan dari Deepfake bukan hanya berasal dari video atau gambar yang diedit menggunakan aplikasi lain seperti photoshop atau yang lainnya, namun Deepfake sendiri membuatnya menggunakan algoritma khusus yang dapat memadukan rekaman lama dan baru.
Sebagai contoh, wajah orang dalam gambar akan dianalisis melalui pembelajaran mesin (machine learning/ML). kemudian bahan analisis tersebut nantinya akan digunakan untuk dibuat versi “tiruannya” dalam konten video lain.
Adapun cara kerja teknologi ini yaitu untuk menggunakan kombinasi dua algoritma yaitu generator dan diskriminator. Dimana kedua algoritma ini akan mengasilkan sistem Bernama Generative Adversarial Network (GAN).
Sistem GAN ini kemudian akan bekerja dengan mengenali pola dalam gambar atau video dari sumber asli yang ingin direkayasa, lalu pola tersebut digunakan untuk membuat konten palsu sesuai keinginan penggunanya.
Saat akan membuat konten foto deepfake, misalnya, sistem GAN akan melihat foto sumber dari berbagai sudut dan menangkap semua detail serta perspektif supaya dapat ditiru semirip mungkin dan sedetail mungkin.
Cara kerja ini juga mirip seperti saat akan membuat video konten deepfake. Namun bedanya, sistem akan menganalisis jauh lebih detail sampai ke perilaku, gerakan dan pola bicara dari video sumber.
Setelah menganalisis pola – pola tersebut, sistem akan menangkap semua informasi dan menjalankannya lewat diskriminator selama beberapa kali untuk menyempurnakan realisme gambar atau video sampai semirip mungkin dengan sumbernya.
Deepfake dapat memalsukan wajah dan suara seseorang nyaris realistis dan tampak meyakinkan. Konten yang dihasilkan diklaim bisa meniru gerakan bibir, bahkan ekspresi, bahkan intonasi suara orang yang akan direkayasa.
Baca juga:
- Awas! AI Jadi Senjata Baru Penjahat Siber, Ini Modus nya!
- Lima Tren Keamanan Siber Utama di Asia Pasifik Tahun 2025
Konten yang akan digunakan biasanya melewati dua metode. Pertama memakai konten asli sebagai sumber yang ingin direkayasa berisi wajah atau gerakan tubuh. Kedua, menukar wajah seseorang tersebut ke konten lain (face swap).
Bukan hanya gambar dan video, namun teknologi ini juga dapat memalsukan suara yang dipadukan dengan lip-sync.
Dikutip dari laman TechTarget, konten yang dihasilkan dari teknologi ini akan sangat berbahaya apabila disalahgunakan untuk penipuan, pemerasan, merusak reputasi, hingga membuat pornografi.
Adapun oknum pelaku kejahatan kerap memanfaatkan Deepfake untuk menyebarkan informasi palsu yang bahkan sampai melibatkan politisi atau publik figure supaya terlihat lebih meyakinkan.
Berikut tips untuk dapat mendeteksi konten Deepfake:
Dihimpun dari KompasTekno, dari laman TechTarget, ada tiga tips utama yang dapat dilakukan untuk mendeteksi konten – konten yang beredar di internet dan kemungkinan dihasilkan oleh teknologi Deepfake.
Pertama, perhatikan gerak wajah atau mata didalam video. Disebutkan, posisi wajah pada konten palsu biasanya akan cenderung terlihat tidak wajar dan matanya jarang berkedip, berbeda dengan video atau merekam manusia asli.
Kedua, lihat pencahayaan atau bayangan subjek yang muncul divideo. Konten – konten Deepfake menampilkan pencahayaan yang kurang optimal dan terkesan tidak alami. Selain itu, Ketika videonya diperbesar juga akan tampak aneh.
Ketiga, cek sinkronisasi antara pergerakan bibir dengan audio yang dikeluarkan. Video palsu biasanya menunjukkan perbedaan antara gerakan bibir dengan suara yang dihasilkan.
Semoga dengan pengetahuan dan tips tadi, pembaca dapat lebih waspada dan tehindari dari informasi palsu. (Icha)