Telko.id – Baidu kembali menggelar riset bagi dunia digital di Indonesia. Sekadar informasi, riset kedua yang lebih berfokus mengenai masalah aplikasi yg sering digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Riset ini diambil berdasarkan umur 13 tahun hingga 55 tahun. Sementara untuk kelasnya lebih ke ABC. Dari studi terbaru Baidu yang dilaksanakan oleh lembaga riset independen terkemuka GfK Indonesia bertajuk Mobile Apps Market Study Indonesia memperlihatkan bahwa penetrasi aplikasi mobile di kalangan pengguna perangkat bergerak ternyata memang lebih tinggi (97%) dibandingkan dengan penetrasi browser (76%). Mereka rata-rata meluangkan waktu 60 menit per hari untuk berinteraksi dengan aplikasi mobile yang telah diunduh ke dalam perangkat bergerak mereka.
Bao Jianlei, Managing Director Baidu Indonesia mengungkapkan, “Aplikasi Mobile telah menjadi warna tersendiri dalam mendorong pertumbuhan bisnis di industri kreatif berbasis teknologi informasi. Dengan menggelar temuan-temuan baru tentang perilaku serta minat pasar Indonesia terhadap aplikasi mobile, Baidu sebagai perusahaan pengembang teknologi terkemuka dunia berkomitmen untuk kian menguatkan pemahaman para stakeholders industri ini tentang semakin pentingnya keberadaan aplikasi mobile dalam mendukung produktivitas dan gaya hidup masyarakat masa kini, sekaligus turut mendorong semakin tumbuhnya bisnis pengembangan aplikasi, khususnya di Indonesia,” ujarnya pada saat media update di Jakarta (7/4).
Berdasarkan riset tersebut, aplikasi mobile menawarkan pendapatan yang semakin menjanjikan dari tahun ke tahun. Di tahun 2013, pendapatan yang berasal dari aplikasi mobile di Indonesia mencapai USD62,1 juta. Tak perlu berselang lama, pendapatan atau revenue yang dihasilkan oleh aplikasi mobile di tahun 2015 di Indonesia mencapai USD118,2 juta. Diperkirakan, di tahun 2016 ini akan mencapai USD142,1 juta dan di tahun 2018 nanti akan mencapai USD197,6 juta.
Aplikasi yang sering diunduh oleh pengguna yakni, Games (38%), Instant Messaging (27%) dan Media Sosial (19%) tercatat sebagai aplikasi mobile yang paling sering diunduh oleh pengguna perangkat bergerak di Indonesia.
Untuk segmen Communication, bbm masih menjadi nomor satu dengan persentase 92 persen. Sementara ada gmail, WhatsApp dan line yang membuntuti dari belakang.
Sedangkan social networking, facebook berhasil menduduki peringkat pertama, dengan google plus, instagram, path dan twitter.
Total revenue mobile apps mencapai 21.2 juta USD dollar dengan sumbangan terbesar dari mobile advertising.
Riset ini juga menyebutkan mengenai alasan seseorang mendelete aplikasi mobile dari smartphon mereka. Aplikasi yang paling sering didelet oleh penggunanya adalah Games, communications, social media, shopping dan transportation. Dengan total 16 persen pengguna menghapus aplikasi mereka tiap bulan. Dari jumlah tersebut, terlihat bahwa Games (50%), Instant Messaging/Komunikasi (29%) dan Media Sosial (16%) sebagai aplikasi yang paling sering dihapus.
Sementara alasan terpopuler dari pengguna ketika menghapus aplikasi mereka adalah karena memakan terlalu besar memori internal serta si pengguna yang sudah jarang menggunakan aplikasi tersebut.
Disinggung mengenai OTT/aplikasi asing yang masih mendominasi riset tersebut, Iwan Setiawan selaku Head of Marketing Baidu Indonesia menjelaskan bahwa developer lokal masih perlu menghadirkan aplikasi yang lebih mudah untuk digunakan oleh end user.
“Harus diakui, developer di Indonesia sudah cukup banyak, namun untuk menghasilkan apps yang bagus, masih perlu usaha besar. Sementara pengguna di Indonesia lebih menginginkan aplikasi yang cukup baik dari segi User Xperience dan User Interface. Selain itu, banyak juga para developer yang belum tau bagaimana cara mempromosikan aplikasi mereka sehingga aplikasi asing masih mendominasi di Indonesia” ujar Iwan.
Iwan juga memprediksi bahwa pada tahun 2018 nanti, jumlah revenue yang bisa dihasilkan dari mobile application berada pada angka 197,6 USD dollar, dengan pertumbuhan mobile advertising yang encapai 53,9 % di tahun tersebut.