Telko.id – Amazon berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap hingga 30.000 karyawan corporate mulai Selasa (29/10).
Langkah ini diambil perusahaan untuk menekan biaya dan mengkompensasi kelebihan perekrutan selama puncak permintaan pandemi, menurut tiga sumber yang familiar dengan masalah tersebut.
Angka tersebut mewakili persentase kecil dari total 1,55 juta karyawan Amazon, namun hampir 10% dari sekitar 350.000 karyawan corporate-nya. Ini akan menjadi PHK terbesar Amazon sejak akhir 2022, ketika perusahaan mulai mengeliminasi sekitar 27.000 posisi.
Juru bicara Amazon menolak berkomentar mengenai rencana ini. Amazon telah memangkas jumlah pekerjaan yang lebih kecil selama dua tahun terakhir di berbagai divisi, termasuk perangkat, komunikasi, dan podcasting.
Pemotongan yang dimulai pekan ini mungkin mempengaruhi berbagai divisi, termasuk sumber daya manusia (yang dikenal sebagai People Experience and Technology atau PXT), operasi, perangkat dan layanan, serta Amazon Web Services, menurut sumber-sumber tersebut.
Manajer tim yang terdampak diminta menjalani pelatihan pada Senin (28/10) tentang cara berkomunikasi dengan staf setelah pemberitahuan email yang akan mulai dikirim pada Selasa pagi.
CEO Amazon Andy Jassy sedang melakukan inisiatif untuk mengurangi apa yang dia gambarkan sebagai kelebihan birokrasi, termasuk dengan mengurangi jumlah manajer.
Dia memasang saluran pengaduan anonim untuk mengidentifikasi ketidakefisienan yang telah memunculkan sekitar 1.500 tanggapan dan lebih dari 450 perubahan proses, katanya awal tahun ini.
Jassy mengatakan pada Juni bahwa peningkatan penggunaan alat kecerdasan buatan kemungkinan akan menyebabkan PHK lebih lanjut, terutama melalui otomatisasi tugas yang berulang dan rutin.
“Langkah terbaru ini menandakan bahwa Amazon kemungkinan menyadari cukup banyak peningkatan produktivitas berbasis AI dalam tim corporate untuk mendukung pengurangan tenaga kerja yang substansial,” kata Sky Canaves, analis eMarketer seperti dikutip dari Reuters.
“Amazon juga berada di bawah tekanan jangka pendek untuk mengimbangi investasi jangka panjang dalam membangun infrastruktur AI-nya,” ungkap Sky menambahkan.
PHK besar-besaran di Amazon ini terjadi dalam konteks gelombang pemutusan hubungan kerja yang melanda industri teknologi global.
Beberapa raksasa teknologi lainnya juga telah mengumumkan rencana pengurangan tenaga kerja dalam beberapa bulan terakhir, termasuk Ericsson yang berencana memangkas 1.200 pekerja di Swedia.
Perusahaan teknologi menghadapi tekanan untuk meningkatkan efisiensi operasional sambil tetap berinvestasi dalam pengembangan teknologi masa depan seperti AI. Dell juga mengumumkan rencana PHK 6.650 karyawan menyusul penurunan penjualan PC yang signifikan.
Saham Amazon naik 1,2% menyusul kabar rencana PHK ini, mencerminkan respons positif investor terhadap langkah efisiensi perusahaan.
Pasar tampak merespons positif upaya perusahaan untuk menyesuaikan struktur biaya dengan kondisi bisnis saat ini.
Fenomena otomatisasi dan AI yang menggantikan peran manusia tidak hanya terjadi di perusahaan konvensional. Bahkan di Jepang, ratusan robot pernah “kena PHK” karena menimbulkan masalah operasional, menunjukkan kompleksitas transformasi digital di berbagai sektor.
Rencana PHK Amazon ini diperkirakan akan memiliki implikasi signifikan terhadap pasar tenaga kerja teknologi, terutama bagi profesional di bidang sumber daya manusia, operasi, dan layanan teknologi.
Perusahaan berencana menyelesaikan proses pemberitahuan PHK dalam beberapa minggu ke depan, dengan kompensasi dan paket pesangon yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. (Icha)


