Latest Phone

Welcome to BESPOKE AI, Cara Samsung Pamer Teknologi AI Home

Telko.id - Welcome to BESPOKE AI merupakan cara Samsung...

Tecno Perkenalkan Robot Anjing Lucu di MWC Barcelona

Telko.id – Tecno kembali ikut meramaikan MWC Barcelona 2024...

Oppo Pad Air2

Alasan Huawei Pekerjakan Tenaga Asing Asal China

Telko.id – Perkembangan teknologi dan tumbuhnya kebutuhan akan berbagai layanan seolah memaksa operator seluler untuk terus meremajakan infrastruktur jaringannya. Inilah mengapa vendor jaringan seperti Huawei, ZTE atau bahkan Ericsson seolah tak pernah sepi order.

Khusus untuk vendor asal China seperti Huawei dan ZTE, mereka adalah primadona bagi para operator seluler di Indonesia. Sebagai contoh, pada saat proses refarming di frekuensi 1800 Mhz saja, kedua Vendor asal Tiongkok ini menjadi vendor yang mendominasi proyek tersebut.

Salah satu alasan mengapa para operator lebih memilih vendor asal China ketimbang Vendor Eropa disinyalir karena hal efisiensi dan juga waktu pengerjaan.

Sebagai informasi, dalam setiap tender yang digelar oleh tiap operator, setidaknya terdapat tiga poin penting yakni, ‘Cost, Time and Quality’.

Vendor Eropa seperti Ericsson dan NSN menawarkan kualitas yang sangat baik namun untuk Cost dan juga waktu pengerjaan akan jauh melambung.

Sementara vendor asal Tiongkok menyediakan harga yang rendah serta waktu pengerjaan yang relatif lebih singkat dari vendor asal Eropa. Lalu, bagaimana dengan kualitas? Well, tergantung siapa yang menjawabnya, tapi logikanya kualitas cenderung inline dengan harga.

Sebuah pertanyaan kembali terselip, bagaimana para vendor asal China bisa melakukan pekerjaan dalam sekejap dan biaya yang lebih murah?

Salah seorang tenaga profesional yang bekerja di Huawei menuturkan kepada tim Telko.id bahwa banyaknya karyawan Huawei asal China menjadikan mereka bisa mengerjakan proyek dengan lebih cepat.

Hal ini juga sekaligus menjawab pertanyaan mengapa Huawei sangat menyukai para pekerja asal China dengan atau tanpa memperdulikan persyaratan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia.

Ia juga membeberkan, para pekerja dari RRC tidak kenal waktu, untuk weekday saja mereka bisa bekerja hingga 10-11 jam perhari. Selain itu, mereka juga bekerja pada akhir pekan.

Sementara untuk para pekerja lokal, akhir pekan biasanya digunakan untuk istirahat dan berkumpul dengan keluarga atau teman. Sementara pekerja asal RRC memiliki teman yang bekerja di perusahaan yang sama yang tentunya membuat para pekerja asal Negeri Tirai Bambu ini seakan tidak memerlukan waktu libur. Dengan demikian, pihak management akan lebih untung jika banyak karyawan asal China bekerja di Perusahaan mereka karena akan menambah waktu pengerjaan dengan biaya yang sama.

Hal ini yang tidak bisa dimiliki oleh vendor asal Eropa. Para vendor asal Eropa sejatinya lebih bersahabat dan menghargai budaya Indonesia yang memiliki sanak family yang cukup banyak.

Namun, sangat disayangkan karena pihak operator seluler sebagai pengguna jasa vendor asal China ini seakan tutup mata terhadap formula yang dilakukan oleh Huawei, terutama dalam hal ketenagakerjaan.

Operator cenderung tidak memperhatikan mengenai waktu pengerjaan yang cepat dan harga murah yang dideliver oleh Huawei sejatinya tidak menghormati peraturan ketenagakerjaan di Indonesia dan cenderung mengabaikan budaya Tanah Air yang memiliki ‘extended family’.

Di sisi lain, pola bisnis yang dilakukan Vendor jaringan asal China sejatinya berimbas ke industri turunannya. Misal sub kontraktor dan pekerjanya. Tuntutan untuk mengerjakan projek secara cepat dengan harga yang cenderung terus menurun, seolah menggiring industri telko ke sistem perbudakan.

Yup, sekarang seperti sudah jadi hal lazim jika seorang pekerja telko yang tengah berjuang membangun jaringan, di pelosok-pelosok negri, justru belum mendapatkan gajinya hingga berbulan bulan. Belum lagi masalah standar gaji kecil untuk pekerja lapangan, atau beragam jenis penalty yang siap membebani jika projek tidak selesai pada waktunya.

Ini adalah persoalan tersendiri di industri telekomunikasi, tapi sama seperti masalah work permit, perlu ada kesungguhan dari seluruh stake holder telekomunikasi untuk menciptakan ekosistem yang nyaman untuk pekerja. Tidak hanya perkeja lokal tapi juga pekerja asing.

 

Latest

Yuk Bisa Yuk, Produktif Lagi Setelah Liburan dengan Galaxy A55 5G

Telko.id - Setelah merayakan hari kemenangan di Hari Raya...

Telin dan Dialog Axiata, Kolaborasi Demi Keamanan Yang Lebih baik

Telko.id - Telin, anak perusahaan Telkom Indonesia yang melayani...

LG Gelar Better Life Festival, Inspirasi Bagi Generasi Muda

Telko.id – LG gelar Better Life Festival sebagai upaya...

Apresiasi Buat Fans, Xiaomi Luncurkan Redmi Note 13 Pro+ 5G Edisi Khusus

Telko.id – Xiaomi sadar bahwa merek ini besar dikarenakan...

Rekomendasi

LG Gelar Better Life Festival, Inspirasi Bagi Generasi Muda

Telko.id – LG gelar Better Life Festival sebagai upaya menginspirasi generasi muda Indonesia untuk memulai gaya hidup berkelanjutan. Kegiatan ini merupakan kelanjutan kampanye besar LG...

Mudik Pakai Mobil Listrik, Ini 5 Hal Yang Harus Diketahui

Telko.id - Jelang lebaran 2024, sebagian masyarakat Indonesia, terutama mereka yang tinggal di perkotaan, tengah disibukkan dengan persiapan mudik. Selain memanfaatkan moda transportasi umum, tidak...

Sony Hadirkan Tiga Mikrofon Nirkabel Berkualitas Suara Luar Biasa

Telko.id - Sony memperkenalkan mikrofon nirkabel ECM-W3 dan ECM-W3S, serta mikrofon streaming nirkabel ECM-S1. Mikrofon mutakhir ini menggabungkan pengambilan suara berkualitas tinggi dengan desain...

5 KOMENTAR

  1. gw ga perduli tenaga asing ato pun lokal,,yg penting LEGALL..kalo gini dah terang2an negara kita di sepelein masalah hukum…
    satu lagi..pekerja telko tuh bukan kerjaan gampangan,…butuh ke ahlian khusus tuk kerjain nya…tapi gaji pekerja telko slalu di bawah umr/ pun paling rendah di banding buruh2 lain…

  2. Pertanyaannya apakah para pekerja China dari luar itu masuk secara legal?
    Legal dalam artian mereka masuk menggunakan visa untuk kerja. Nyatanya mereka masuk ke Indonesia sini dengan visa Wisata tapi di salahgunakan untuk bekerja. itulah yang terjadi…

  3. 11-12 nih HUAWEI n ZTE, gaya2an kejar target kerjaan… giLiran dikejar INVOICE mLempem … smp hrs berbuLan2 baru di bayar subcon2nya ….

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini