Telko.id – Pada ajang MWC tahun ini banyak operator besar dunia yang menghadirkan solusi terkait 5G. Namun, perlu diketahui bahwa penawaran layanan 5G kepada konsumen sebenarnya tidak melulu soal kecepatan pada konektivitas, melainkan pada solusi layanan secara M2M.
Hal ini juga menjadi fokus yang diulang beberapa kali di dua panel terpisah pada ajang Mobile World Congress 2016 yang berlangsung di Barcelona, Spanyol.
Pada dua panel tentang bagaimana 5G akan menciptakan nilai bagi konsumen, Bruno Jacobfeuerborn, CTO dari Deutsche Telekom, mengingatkan bahwa konteks konsumen secara radikal akan berubah dalam beberapa tahun ke depan. Konsumen tidak hanya terhubung pada satu perangkat saja, melainkan mereka sudah jauh lebih terhubung ke berbagai perangkat, entah itu smartphone, wearable device, peralatan rumah tangga, mobil dan lain-lain. Bahkan, banyak dari mereka yang akan menjadi “digital natives” dan memiliki harapan yang sama sekali berbeda dari generasi sebelumnya kepada penyelenggara telekomunikasi.
“Digital Natives sadar bahwa mereka memerlukan konektivitas, namun mereka tidak fokus terhadap hal tersebut. Mereka akan memiliki harapan yang jauh lebih tinggi dari pengalaman digital,” ucap Bruno seperti dilansir dari laman TelecomAsia (23/2).
Ia juga mengungkapkan, bahwa 5G sejatinya merupakan teknologi yang engelola kehidupan konsumen digital, konektivitas, perangkat dan layanan serta menyediakan perlindungan untuk privasi dan keamanan.
Sementara itu, CTO Turkcell, Ilker Kuruoz mengatakan bahwa perusahaan seluler tidak akan mampu menjual 5G sebagai sebuah teknologi dengan cara yang sama seperti pada jaringan 3G dan 4G.
“Mendorong generasi sebagai payung dari sebuah merek adalah langkah penting, tetapi dari sudut pandang konsumen. Ini bukan tentang konektivitas, ini tentang layanan. Jadi industri dapat fokus pada branding layanan yang dimungkinkan oleh 5G, dan bukan hanya mengenai konektivitas saja,” ujarnya.
Hal senada diutarakan oleh Ralph de la Vega, Vice Chairman AT&T dan CEO AT&T untuk Solusi Bisnis dan AT&T Internasional. Ia mengaku setuju bahwa konektivitas memng penting, namun tidak akan menjadi ‘nilai jual’ bagi calon pelanggan 5G.
“Kami tidak bisa menjual konektivitas, kami harus menjual solusi karena hal ini akan membuat 5G lebih kompetitif dan sukses,” tuturnya.
Banyak yang beranggapan bahwa layanan 5G hanya tentang kecepatan 20Gbps saja. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah pengguna memerlukan kecepatan seperti itu hanya sekedar untuk streaming film, dan bersosial media? Nantinya, bukan tidak mungkin jika layanan dari teknologi 5G akan digunakan untuk mengembangkan robot atau menggerakan sebuah mobil dari jarak jauh. Kita tunggu saja. [ak/if]