spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Tecno Spark 20

ARTIKEL TERKAIT

Ada SATRIA-1, Wilayah 3T Tidak perlu BTS Lagi Untuk Akses Internet

Telko.id – Tinggal menunggu hari, satelit SATRIA-1 milik pemerintah bakal diluncurkan. Dengan diluncurkan satelit ini maka akses internet di wilayah 3T – Terdepan, Terpencil dan Tertinggal tidak membutuhkan lagi BTS 4G.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama PT SNT Adi Rahman Adiwoso pada Konferensi Pers Peluncuran Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) di Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Selasa (13/06/2023).

“Sebetulnya, satelit ini bisa langsung ke terminal internet dan disebarkan melalui WiFi. Sehingga masyarakat bisa langsung menimati. Tanpa ketergantungan kesiapan BTS,” ujar Adiwoso menjelaskan.

Bahkan menurutnya, BAKTI dan pihak nya sudah memberikan 10 ribu layanan WiFi yang berbayar. Untuk kebijakan SATRIA 1 akan berbayar atau tidak, kami serahkan pada pemerintah.

Baca juga : SATRIA-1, Untuk Pemerataan Akses Internet Layanan Publik

Direktur Jenderal SDPPI Ismail menambahkan pada kesempatkan yang sama sesuai peruntukannya, SATRIA 1 ini diperuntukan untuk layanan public dan untuk pembiayaannya kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau swasta.

“Layanan ini nantinya akan langsung ditujukan pada titik-titik pusat layanan. Seperti sekolah, rumah sakit, kantor desa, TNI Polri diperbatasan,” ungkap Ismail menambahkan.

Nah, untuk masyarakat sekitar nya akan merasakannya dalam bentuk WiFi. Titik yang diterimakannya nanti akan gratis, karena ini milik pemerintah juga. Tapi bukan ditujukan pada BTS lalu kita koneksi melalui HP.

“Ini merupakan titik pelayanan tetap, yang saat ini masih blank spot. Tidak layanan dari GSM. Jadi layanan blank spot ini lah yang dilayani oleg fasilitas internet melalui satelit,” ujar Ismail.

Ismail juga menambahkan bahwa satelit merupakan komplementari dengan fiber optic.

“Negara kita ini negara kepulauan, lebih dari 17 ribu pulau tidak mungkin semua daerah terjangkau oleh fiber optic. Itu hal yang mustahil. Jadi buat kita negara kepulauan seperti Idnonesia ini, satelit adalah komplemen yang sangat penting. Jadi sifatnya tidak tergantikan. Diantara fiber optic dan satelit itu dibutuhkan secara bersamaan di republic ini,” ungkap Ismail.

Ada daerah-daerah yang sangat pelosok, yang sangat tidak ekonomis kalau dibangun fiber optic menuju ke sana. Karena juga penduduk nya sangat sedikit, rumah yang ada juga sangat terbatas, disitu lah peran satelit konektivicty yang dibutuhkan. Jadi sifat nya komplementari.

Fiber optic tetap dibangun, untuk daerah-daerah perkotaan, menghubungkan kabupaten, kota yang sangat padat. Jelas optic lebih optimal menjadi sarana connectivity.

“Saat ini fokus kita masih untuk layanan pemerintahan. Tapi BAKTI sebagai BLU atau Badan Layanan Umum, memiliki ruang sebenarnya untuk memberikan porsi untuk kebutuhan komersial. Namun, demikian, program pemerintah ini untuk fokuskan pada program-program yang terkait dengan masalah pemerintahan,” ujar Ismail.

Layanan SATRIA-1 Baru Januari 2024

Setelah diluncurkan, satelit SATRIA-1 ini tidak bisa langsung memberikan layanannya pada masyarakat. Baru pada bulan Januari 2024, masyarakat bisa mengakses internet nya.

Hal ini disebabkan karena Satria-1 ini termasuk satelit yang modern sekali. “Jadi satelit ini mempergunakan bahakn bakar jenis electric propulsion, untuk orbit raising dari titik satelit dilepaskan. Dan ini menggunakan 4 roket kecil yang bahan bakarnya elektronik, plasma dari zynone. Dan itu membutuhkan waktu 145 hari,” ujar Adiwoso.

Electric propulsion ini sendiri diperlukan agar agar satelit menjadi enteng sekali karena tidak menggunakan bahan bakal chemical. Sehingga jumlah peralatan didalam satelit ini bisa banyak dan bisa mencapai ke 150 Gbs.

“Itu sebabnya, kita membutuhkan waktu 145 hari, dari peluncuran tanggal 19 Juni, sampai ditempat orbit itu November, lalu kita akan test satelit nya dulu dan test seluruh sistem nya, sehingga bisa dimanfaatkan pada akhir bulan Desember 2023. Dan siap digunakan layanannya pada bulan Januari 2024,” sahut Adowoso menjelaskan.

Sebagai informasi, seluruh biaya satelit ini atau capex dari staria 1 ini, dari satelit, ground stateion dan lainnya diperkirakan 450 juta dolar. Namun, terjadi cost of run (pembengkakak baiya) sebesar 90 juta dolar, sehingga total cost nya adalah 540 juta dolar atau lebih dari 8 triliun rupiah.

Hal ini disebabkan karena satelit Satria-1 yang dirakit di Thales Alenia Spaces, Prancis ini perlu diangkut ke Florida. Seharusnya menggunakan pesawat kargo Antonov, lantaran perang proses tersebut terhambat.

“Mestinya diangkut antonov, karena perang dan mungkin karena rusak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Rusia nggak bisa masuk ke Amerika, jadi diangkut lewat darat sehingga memerlukan waktu, belum lagi harus dah harus dipotong-potong juga (bagian satelitnya),” ungkap Usman Kansong, Dirjen IKP Kominfo. “Jadi costnya meningkat, salah satunya karena transportasi pengangkutan,” tegasnya.

Satria-1 dijadwalkan mengangkasa pada 19 Juni 2023 waktu Indonesia. Satelit ini akan dibawa oleh Roket Falcon 9 dari Cape Canaveral, Florida, AS menuju orbit 146 derajat Bujur Timur. (Icha)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU