Operator Telko Kini Hadapi Babak Baru Perang Harga, Kok Bisa?

Operator Telko

Telko.id – Operator Telko kini sedang menghadapi babak baru perang harga. Pasalnya, setiap operator mengeluarkan paket unlimited yang dipicu oleh ada nya pandemic covid-19. Akibatnya persaingan pun akan semakin sengit. Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini dalam media update Kinerja XL Axiata Q3 2020, Jumat (6/11/2020).

Lebih lanjut, Dian juga menyebutkan bahwa pendapatan industry telekomunikasi di 2020 diprediksi akan tumbuh negatif akibat dampak dari pandemi Covid-19. Bahkan pada tahun depan, 2021 Sektor telekomunikasi diperkirakan juga belum bisa pulih sepenuhnya.

“Kemungkinannya 0 persen hingga minus 1 persen di tahun 2020 perkiraan pendapatan kasarnya atau sekitar Rp 135,9 triliun, yang kita kalkulasi minus 0,8 persen industri dan diperkirakan tahun depan pertumbuhannya tidak jauh dari pertumbuhan ekonomi secara makro di level 3,5 persen hingga 3,6 persen sekitar Rp 140,8 triliun,” ungkap nya.

“Sebetulnya perang harga ini tidak diinginkan oleh semua operator telko, jadi kita harus mengarahkan kompetensi ke arah yang lebih rasional. Sedangkan resesi membuat spending untuk industri telekomunikasi menurun, karena kehilangan pekerjaan sehingga pendapatan berkurang. Untuk itu, tidak mungkin kami naikkan tarif selama resesi. Justru kami banyak berikan bantuan untuk kuota,” jelas Dian.

Walau demikian, Dian menilai bahwa ada nya kebijakan Omnibus Law memberikan angin segar terhadap industry telekomunikasi. Terutama bagi operator telko yang kecil. Pasalnya, kebijakan bahwa operator dapat melakukan spektrum atau infrastructure sharing membuatnya bisa menghemat biaya.

Sementara itu, terkait target kinerja keuangan, XL tahun ini diyakininya akan tumbuh positif dibandingkan industri. “Covid memberikan dampak negatif, namun kami perkirakan tetap tumbuh positif, pendapatan tahun lalu kan Rp 25 triliun. Di tahun 2021 perkiraan kami lebih baik dari pasar atau paling tidak sama. Secara EBITDA kami perkirakan di 2020 dan 2021 kami bisa pertahankan EBITDA margin di kisaran 50 persen,” sebutnya.

Dian menambahkan, untuk mengejar target tersebut ada tiga hal yang akan diterapkan XL. Yaitu, meningkatkan layanan network, meningkatkan kemampuan dalam penggunaan kanal digital, dan meningkatkan fokus ke pelanggan.

Hingga kuartal III 2020, XL Axiata mencatat peningkatan pendapatan layanan sebesar Rp 18,3 triliun atau meningkat 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Demikian pula, pendapatan dari layanan data juga terus tumbuh 12 persen yoy, dan sekaligus meningkatkan kontribusinya terhadap total pendapatan layanan perusahaan menjadi sebesar 92 persen.

Operator ini juga meraih EBITDA sebesar Rp 9,9 triliun, meningkat 34 persen yoy. Laba bersih setelah pajak pada sembilan bulan ini tercatat Rp 2,1 triliun. Secara kuartal, EBITDA juga berhasil tumbuh 3 persen lebih tinggi dari kuartal sebelumnya dan laba bersih setelah pajak mencapai sebesar Rp 331 miliar.

Selain itu, trafik data meningkat 47 persen yoy dari 2.386 Petabyte menjadi 3.496 Petabyte. Sementara itu jika dihitung per kuartal, trafik data meningkat 4 persen. Peningkatan trafik tidak terlepas dari bertambahnya jumlah total pelanggan, yaitu menjadi 56,9 juta, meningkat dari kuartal sebelumnya sebanyak 55,7 juta.

Sementara, tingkat penetrasi smartphone pelanggan meningkat tipis dari 87 persen di kuartal sebelumnya menjadi 88 persen. Di sisi lain, rerata pendapatan per pelanggan atau ARPU campuran meningkat dari sebelumnya Rp 34.000 menjadi Rp 36.000 di periode yang sama tahun ini. (Icha)

Artikel SebelumnyaEraVersary 2020 Baru Saja Berakhir, Ini Pemenangnya!
Artikel SelanjutnyaStrategi XL Axiata Hadapi Persaingan Ketat di 2021 dan 5G

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini