Telko.id – Peraturan Tingkat kandungan lokal yang harus dipenuhi oleh para vendor smartphone 4G adalah sebesar 30% dari keseluruhan komponen smartphone tersebut. Seperti diketahui, peraturan ini akan mulai berlaku pada awal tahun 2017 mendatang yang hanya tinggal menyisakan beberapa bulan saja.
Bagi Lenovo, yang setidaknya telah memenuhi jumlah presentasi TKDN sebesar 20% dengan kerjasama pabrikasi mereka di Indonesia tentunya bukan menjadi permasalahan yang serius dalam menambah jumlah tersebut menjadi 30%. Pasalnya, vendor smartphone asal negeri Tirai Bambu ini selalu berusaha compile dengan peraturan pemerintah yang sejatinya ingin mengatrol industri smartphone di Tanah Air melalui kontribusi pabrik (hardware) ataupun startup lokal (software).
Salah satu cara untuk memenuhi 10% kekurangan TKDN mereka adalah melalui preloaded game besutan developer lokal kedalam smartphone 4G mereka yang mampu mengkonversi game biasa menjadi VR melalui fitur Theater Max.
Adalah Anvid Erdian selaku MBG 4P Manager, Lenovo Indonesia yang menyebutkan bahwa pihaknya akan terus berkomitmen untuk menghadirkan teknologi VR (Virtual Reality) sekaligus mengajak para developer game Indonesia untuk ikut berpartisipasi dengan mereka dalam menghadirkan game berteknologi VR tersebut.
Anvid juga menuturkan, melakukan preloaded game buatan para developer lokal bisa menjadi solusi untuk memenuhi peraturan TKDN dari Pemerintah.
“Bisa jadi kearah sana sih, tapi saat ini kita fokus dengan developer karena kita memiliki experience Virtual Reality dan itu semua membutuhkan konten. Namun bisa jadi kearah sana, kalau nanti TKDN membutuhkan software, why not kita akan menggunakan mereka (developer game lokal,” ujar Anvid pada saat peluncuran Lenovo Vibe K5 Plus di Jakarta (19/7).
“Saat ini yang kita pahami adalah ada dua jalur kan, hardware atau software. Untuk hardware kita sudah compile 100% dengan adanya pabrikasi, jika nanti dibutuhkan untuk arah software, tentu kita akna mencari developer ataupun aplikasi dan ini salah satu aplikasi yang sudah di tes di tempat kita sehingga bisa menjadi salah satu kandidat lah untuk di preloaded,” tambahnya.
Sementara itu, disinggung mengenai peraturan TKDN yang baru yakni 100% software ataupun 100% hardware, Anvid berujar bahwa yang terpenting hanya ikut peraturan pemerintah saja dan yang pasti mereka juga siap akan kemungkinan dibutuhkan software untuk TKDN.
Sekadar informasi, peraturan TKDN juga menjadi salah satu alasan mengapa hingga saat ini mereka belum juga menghadirkan smartphone dengan brand Motorola di Indonesia. Sejatinya mereka masih menimbang-nimbang untuk memenuhi 100% software ataupun 100% hardware pada diri Motorola.
Pada skema hardware, komposisinya adalah manufaktur 70 persen, pengembangan 20 persen dan aplikasi 10 persen. Sebaliknya, pada skema software, aplikasi mendapat komposisi besar yaitu 70 persen, pengembangan 20 persen dan manufaktur 10 persen. Perlu diketahui juga mengenai adanya takaran harga impor piranti keras (hardware) bagi investasi ponsel 4G dengan skema TKDN 100% software.