Latest Phone

Welcome to BESPOKE AI, Cara Samsung Pamer Teknologi AI Home

Telko.id - Welcome to BESPOKE AI merupakan cara Samsung...

Tecno Perkenalkan Robot Anjing Lucu di MWC Barcelona

Telko.id – Tecno kembali ikut meramaikan MWC Barcelona 2024...

Oppo Pad Air2

Indosat tunggu Aturan Yang Jelas Dulu, Baru Merger

Telko.id – CEO dan Presiden Direktur Indosat Ooredoo, Chris Kanter optimis, jika ada aturan yang jelas, maka ada kemungkinan perusahaannya akan mengakusisi operator lain juga terbuka. Yang menurutnya, bukan hanya Indosat, semua operator juga menunggu hal tersebut.

“Industri telekomunikasi saat ini menanti kejelasan aturan kepemilikan spektrum jika kelak ada kesepakatan merger akuisisi antar dua perusahaan seluler,” ujar Chrsi Kanter pada media, beberapa waktu lalu di Yogayakarta.

Foto: Chris Kanter CEO dan Presiden Direktur Indosat Ooredoo

Apakah frekuensi itu bisa dibawa ketika merger atau tidak? Pasalnya, ketika dulu XL mengakuisisi Axis, frekuensi nya harus dikembalikan. Padahal, frekuensi itu merupakan asset yang sangat berharga bagi sebuah perusahaan itu tidak masuk dalam variable yang diperhitungkan dalam proses akuisisi. Itu sebabnya, masalah frekuensi ini juga ‘harus’ terang benderang, supaya operator yang ingin melakukan akuisisi atau merger ini juga bisa lebih clear saat melakukan pra akuisisi.

Pemerintah mendorong merger akusisi operator telekomunikasi demi menciptakan bisnis seluler yang kondusif, tapi tidak didukung dengan aturan yang jelas.

Bagi Indosat, merger akusisi ini sangat kompleks. Mulai dari kepemilikan spektrum hingga perizinan aset perusahaan, seperti salah satunya izin operasional satelit.

“Saat ini aturannya ngga jelas, apakah spektrum akan masuk sebagai bagian dari kesepakatan bisnis atau engga. Belum soal ijin lainnya apakah masuk dalam kesepakatan bisnis juga?,” imbuhnya.

Chris coba membandingkan dengan industry lain. Misalnya, di industri perbankan. Ada Bank BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha) 4 ada lima di sini (Indonesia), semua bikin untung, nggak ada yang banting-bantingan interest, kemudian ada bank BUKU 3, ada 15 di sini, mereka pun bikin untung karena segmentasinya jelas, (walau) nggak ada yang ngatur,” jelasnya.

Namun, Chris menilai bahwa untuk di Industri telekomunikasi tidak bisa di berlakukan tarif batas bawah seperti di industri penerbangan. Kalau di industri penerbangan dimungkinkan, itu menurutnya karena alasan keamanan dan keselamatan. “Kalau di industri beginian (telekomunikasi), siapa yang berani matok minimum pulsa dijual segini,” ujarnya.

Sebenarnya, jika aturannya jelas, Indosat akan cepat bereaksi. Pasalnya, Chris mengaku sudah melakukan pembicaraan dengan beberapa pihak tentang merger akuisisi ini sejak tahun lalu. Sayang, mantan komisari Indosat ini tidak mau mengungkapkan, siapa yang diajak bicara. Hanya saja, santer dibicarakan Indosat Ooredoo bakal melakukan merger akuisisi dengan operator XL Axiata.

Bahkan, menurut Chris juga sudah dibicarakan oleh para investor pada 2018 lalu. Dan, kalau merger akusisi ini benar terjadi maka Chris yakin bahwa Indosat akan imbang dengan Telkomsel.

“Sebenernya paling enak saya nyaplok (mengakusisi-red) perusahaan lain, kalau nyaplok kita akan imbang dengan Telkomsel. Kalau levelling, nggak bunuh-bunuhan nanti,” kata Chris.

Jadi, sesama operator seluler bisa seimbang atau levelling, yang akan membuat iklim usaha pun sehat, antar-operator seluler. “Tidak akan terjadi “bunuh-bunuhan”, seperti perang harga atau menjual pulsa dengan harga semurah-murahnya demi akuisisi pelanggan,” ujar Chris menjelaskan.

Sebagai informasi, Telkomsel saat ini masih menjadi pemimpin di industri telekomunikasi dengan pangsa pasar sebesar 50 persen, sementara Indosat 35 persen dan XL Axiata 15 persen.

Diketahui konsolidasi antar operator seluler di Indonesia memang telah digaungkan sejak beberapa tahun lalu. Termasuk juga Kemenkominfo. Tujuannya agar perusahaan telekomunikasi di Indonesia menjadi semakin kuat dan sehat.

Rudiantara pun telah beberapa kali berbicara soal konsolidasi antaroperator seluler di Indonesia. Terakhir, dirinya kembali melontarkan pernyataan soal konsolidasi operator seluler, pada November 2018 lalu.

Menurut dia merger sangat penting kalau perusahaan telekomunikasi ingin menjadi lebih kuat.

“Konsolidasi perusahaan telekomunikasi atau operator tak melulu soal kebijakan. Namun memang aturannya itu (konsolidasi) belum ada. Kami sedang menyiapkan. Kami juga tidak ingin kebijakan konsolidasi dibuat, tetapi malah tidak ada konsolidasi,” terang Rudiantara, kala itu. (Icha)

 

Latest

Ini Tiga Kunci Transformasi Digital di Indonesia

Telko.id - Transformasi digital menjadi sangat penting saat ini...

Indosat SheHacks 2024, Kembali Hadir Dukung Pemberdayaan Perempuan

Telko.id - Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melalui...

Pemerintah Sambut Baik Minat Jepang Kembangkan 5G Open RAN di Indonesia

Telko.id – Pemerintah, dalam hal ini Menteri Komunikasi dan...

Menkominfo: Pemerintah Kaji Regulasi Tata Kelola AI

Telko.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah menyiapkan pengaturan...

Rekomendasi

Indosat SheHacks 2024, Kembali Hadir Dukung Pemberdayaan Perempuan

Telko.id - Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) pilar Pemberdayaan Masyarakat kembali menggelar SheHacks 2024. Tujuannya untuk menginspirasi perempuan Indonesia dalam...

Lebaran, Indosat Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17%

Telko.id - Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mencatatkan peningkatan trafik data sebesar 17% sepanjang periode Hari Raya Idulfitri 1445 H. Pada saat yang sama...

Paska Merger, Indosat Bersaing Ketat Dengan Telkomsel di Pedesaan dan Luar Pulau Jawa

Telko.id - Berdasarkan hasil analisis dari Open Signal, penggabungan Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 telah mengubah dinamika pasar seluler Indonesia dan menjadikannya sebagai operator...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini