spot_img
Latest Phone

OpenAI Siapkan Browser dengan AI, Saingan Google Chrome

Telko.id - OpenAI sebagai induk perusahaan dari ChatGPT sedang...

TECNO Luncurkan POVA 7 Series, Desain Futuristik dan Performa Gaming AI

Telko.id - TECNO resmi meluncurkan POVA 7 Series di...

Google Akhirnya Gabungkan Android dan ChromeOS, Apa Kelebihannya?

Telko.id - Google secara resmi mengonfirmasi rencana besar mereka...

Garmin Venu X1 Resmi Dirilis: Smartwatch Teringan dengan Layar 2 Inci

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan Venu X1,...

OPPO Reno14 Pro Berbekal MediaTek Dimensity 8450, Performa Lebih Cepat

Telko.id - OPPO resmi memperkenalkan Reno14 Pro sebagai smartphone...
Beranda blog Halaman 1403

XL : MVNO Untungkan Negara

0

Telko.id – Isu mengenai hadirnya model sharing MVNO (Mobile Virtual Network Operator) kembali menguat. Hal ini tidak lain karena rencana revisi dua perubahan terbatas terhadap 2 peraturan pemerintah di bidang telekomunikasi. Masing-masing adalah perubahan terhadap PP Nomor 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan perubahan terhadap PP Nomor 53/2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

Kedua PP ini merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Pokok perubahan terhadap 2 PP tersebut intinya mengatur masalah backbone network sharing dan akses jaringan antaroperator.

Menurut XL Axiata, sebagai salah satu operator terbesar di Indonesia menegaskan jikalau model sharing MVNO dapat menciptakan efisiensi dan menguntungkan negara.

“XL sangat serius terkait dengan model MVNO. Kami yakin masih ada jaringan yang bisa dimaksimalkan, sementara di sisi lain ada keterbatasan untuk menjangkau semua segmen yang tidak bisa dipenuhi,” ujar Yessie D. Yosetya, Chief Service Managment XL Axiata.

Yessie juga menegaskan, jika dilihat dari tiga aspek, yakni operator, mitra bisnis dan konsumen. Model sharing MVNO tentu sangat menguntungkan dan memberikan efisiensi bagi industri telekomunikasi di Indonesia.

Berbicara mengenai MVNO, beberapa pengamat merasa model ini adalah model yang dapat menghasilkan efisiensi yang cukup tinggi di industri telekomunikasi di Indonesia, seperti halnya  yang dilakukan pada industri telelkomunikasi di Jepang pada tahun 2001 silam.

Secara sederhananya, perusahaan penyedia layanan telekomunikasi atau Operator Mobile memberikan layanan komunikasi bergerak kepada pelangganya tanpa harus memiliki infrastruktur jaringan sendiri, melainkan melakukan kerja sama dengan operator telekomunikasi yang ada  melalui pola MOU atau Minutes of Use, yang berarti membayar menit atau lamanya komunikasi yang digunakan oleh pelanggan.

Di dalam MVNO itu terjadi pemisahan yang jelas antara tanggung jawab penyedia jaringan (Network Provider) dengan penyedia layanan (Service Provider). Jadi dalam hal ini si penyedia layanan hanya membeli kapasitas jaringan yang ada dari si penyedia jaringan. Nantinya akan dipakai untuk layanan komunikasi suara, data atau juga SMS.

Sistem kerjasama dalam pola MVNO bisa bermacam-macam, tergantung dari kesepakatan kedua pihak. Salah satu nya adalah lewat MOU (minute of use) dengan pembayaran berdasarkan pada lamanya penggunaan jaringan. Dalam skema MVNO terdapat pemisahan tanggung jawan antara penyedia jaringan (network provider) dan penyedia layanan (service provider).

Sampai dengan saat ini, XL Axiata sendiri sejatinya telah mengimplementasikan passive network sharing dengan Indosat Ooredoo. Namun, model network sharing ini masih baru sebatas MORAN (Multi Operator Radio Acces Network) yang dirasa masih kurang ‘Joss’.

DPR Minta Kominfo ‘Tunda’ Revisi Peraturan Interkoneksi

0

Telko.id – Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara berserta jajarannya dipanggil untuk melakukan Rapat Kerja dengan Anggota Komisi I DPR RI (24/08). Dalam Rapat Kerja tersebut, di minta untuk menjelaskan mengenai rencana penurunan tarif interkoneksi serta Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

Berkaitan dengan penurunan biaya interkoneksi, Komisi I DPR RI dapat menerima penjelasan Menteri Kominfo. Secara khusus, Komisi I akan melakukan pendalaman mengenai kebijakan itu dan meminta Kementerian Kominfo memberikan hasil perhitungan biaya interkoneksi antar operator.

Mengenai revisi peraturan pemerintah, Komisi I DPR RI akan mengadakan rapat lanjutan yang melibatkan Kementerian Kominfo dan kementerian terkait lainnya.

Sebelumnya, penurunan tarif interkoneksi ini dianggap dapat merugikan negara karena berpotensi membuat Telkom merugi hingga 50 triliun. Artinya, akan ada kaitannya dengan pendapatan negara dari pajak dan deviden Telkom serta berpotensi menggangu APBN 2017 mendatang.

Padahal, salah satu alasan penurunan tarif interkoneksi sendiri dikarenakan tarif interkoneksi yang ada saat ini sudah terlalu tinggi dan harus diturunkan agar tidak terlalu membebankan konsumen retail. Selain itu, turunnya tarif interkoneksi juga diharapkan dapat menghasilkan sebuah efisiensi bagi para pelaku usaha di industri telekomunikasi.

“Fokus kerja tetap pada dua hal yakni efisiensi dan penyebaran broadband yang merata. Bagaimana mencapai hal itu, tentu butuh inovasi baik dari sisi regulasi atau pelaku usahanya,” ujar Menkominfo Rudiantara beberapa waktu lalu. (Icha)

Telkomsel Sudah Bangun 70 BTS di Alor Untuk Dukung Kedaulatan NKRI

0

Telko.id – Daerah perbatasan, menjadi daerah yang sangat rawan bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, pemerintah melakukan kegiatan Gerakan Pembangunan Terpadu Perbatasan atau Gerbangdutas 2016. Kegiatan ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah untuk percepatan pembangunan di daerah perbatasan.

Telkomsel pun kembali mempertegas komitmennya untuk mendukung kedaulatan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), melalui hadirnya akses telekomunikasi di daerah-daerah perbatasan di berbagai lokasi di Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah di sela-sela kegiatan Gerakan Pembangunan Terpadu Perbatasan (Gerbangdutas) 2016 bersama Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo di Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Hadirnya jaringan Telkomsel hingga wilayah perbatasan negara merupakan bentuk nyata komitmen kami membuka akses telekomunikasi kepada seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali. Penggelaran jaringan telekomunikasi yang menjangkau setiap jengkal wilayah Indonesia ini kami lakukan untuk memerdekakan seluruh masyarakat di NKRI dari keterisolasian komunikasi,” ungkap Ririek.

Ririek lebih lanjut menambahkan bahwa hadirnya akses telekomunikasi bagi masyarakat setempat juga diharapkan dapat mendorong pembangunan di daerah perbatasan, diantaranya mempercepat pertumbuhan perekonomian dan kemasyarakatan sekaligus mampu menjadi katalisator dalam mempromosikan potensi daerah, serta meningkatkan daya tarik investasi, peluang usaha, bahkan lapangan kerja baru.

Di sisi lain, melihat posisi penting wilayah-wilayah perbatasan yang secara geopolitik sangat strategis, kehadiran layanan Telkomsel di lokasi tersebut tentunya semakin memperkokoh terpeliharanya NKRI sebagai negara kepulauan. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di pulau terluar maupun perbatasan negara merupakan bentuk dukungan Telkomsel dalam memelihara keutuhan NKRI, meningkatkan ketahanan nasional sekaligus mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di berbagai pulau yang ada di negara kepulauan Indonesia ini.

Saat ini sebanyak kurang lebih 200.000 jiwa masyarakat di Kabupaten Alor telah dilayani oleh lebih dari 70 base transceiver station (BTS) Telkomsel. Terbukanya akses komunikasi di wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Republik Demokrat Timor Leste ini, diharapkan juga dapat membantu TNI khususnya dalam menunjang berbagai kegiatan operasional tentara yang bertugas di garda terdepan.

Adapun secara nasional, saat ini Telkomsel telah mengoperasikan 627 BTS yang berlokasi di perbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Australia, Filipina, dan Papua Nugini. Dari 627 BTS yang berbatasan langsung dengan tujuh negara tetangga tersebut, 148 di antaranya merupakan BTS 3G yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam mengakses layanan data.

Dari seluruh BTS Telkomsel di perbatasan negara, 16 BTS berlokasi di Batam dan Bintan yang berbatasan dengan Singapura; 202 BTS berbatasan dengan Malaysia di Dumai, Rokan, Bintan, Karimun, Anambas, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sumatera bagian Utara, Rokan Hilir; 63 BTS di Natuna dan Anambas berbatasan dengan Vietnam, 173 BTS di Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste; 64 BTS di Pulau Rote dan Maluku berbatasan dengan Australia; 70 BTS di Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina; dan 39 BTS di Papua bagian Timur berbatasan dengan Papua Nugini.

Ke depannya, Telkomsel berupaya memperluas jangkauan jaringan di wilayah Kepulauan Anambas dan Kepulauan Natuna yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Secara nasional Telkomsel telah menggelar lebih dari 118.000 BTS hingga penjuru Tanah Air yang menjangkau hingga 95% wilayah populsi penduduk Indonesia.

Bantuan Kepedulian Sosial untuk Masyarakat Alor

Sebagai bagian dari kontribusi kepada masyarakat di lokasi tempat beroperasinya perusahaan, dalam kegiatan kali ini, Telkomsel juga menyerahkan bantuan kepedulian sosial kepada masyarakat di Desa Welai Timur, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, NTT, berupa satu unit mobil tangki air bersih, 150 lampu mandiri, dan 10 paket lampu penerangan lingkungan mandiri.

Kami berharap bantuan ini dapat memberikan nilai tambah bagi pemerintah, petugas penjaga daerah perbatasan , dan masyarakat yang berada di Alor, yang tentunya bermanfaat dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Ririek. (Icha)

Huawei Dorong Terbentuknya Ekosistem Cloud Di Indonesia

0

Telko.id – Masa depan dunia digital akan terbentuk dengan baik jika ekosistem juga terbangun dengan sempurna. Salah satu ekosistem dari dunia digital ini adalah adanya IT dalam bentuk Cloud Computing dan Big Data secara luas digunakan di seluruh industri. Di mana, bisnis tradisional akan melakukan transformasi dengan cloud dan menetapkan standar baru.

Cloud nantinya akan membentuk sebuah ekosistem sendiri yang mampu terintegrasi dengan ekosistem digital secara keseluruhan. Hal ini yang menjadi fokus Huawei Tech Investment atau Huawei Indonesia, penyedia solusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam acara Huawei Cloud Conference Indonesia (HCC Indonesia 2016), sebagai bagian dari acara the 3rd Indonesia ICT Carnival 2016 – New ICT New Games yang berlangsung selama dua hari, di Raffles Hotel, Jakarta. Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta yang berasal dari berbagai industri.

Dalam HCC Indonesia 2016, Huawei bersama-sama dengan Accenture, Cloudera, Anabatic, IDPRO, Infosys dan Telkomsigma juga meluncurkan solusi terbaru yaitu Huawei FusionSphere 6.0. Produk terbaru ini adalah sebuah sistem operasi cloud kelas enterprise yang membantu pelanggan menggunakan server virtual, private clouds, public clouds, hybrid clouds, desktop clouds, dan NFVI, memungkinkan layanan utama di cloud dan memfasilitasi inovasi produksi yang berkesinambungan.

Huawei FusionSphere 6.0 mengusung konsep open source yang digunakan dalam komponen, arsitektur, dan ekosistem sehingga memungkinkan pelanggan untuk memiliki lebih banyak pilihan dalam perangkat lunak.

Huawei FusionSphere 6.0 bekerja sama dengan komunitas open-source OpenStack, sesuai dengan standar OpenStack asli, dan mendukung antarmuka pemrograman aplikasi (APIs) OpenStack. Aplikasi pihak ketiga yang dikembangkan berdasarkan OpenStack asli dapat berjalan pada Huawei FusionSphere 6.0 tanpa harus melakukan perubahan. Dengan tingkat kemampuan open source, produk terbaru ini cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan kebutuhan unik dari setiap pelanggan.

“Huawei sangat antusias untuk membangun “win-win cloud ecosystem” dengan para mitra. Kami ingin berbagi kesuksesan dalam pengimplementasian di sektor TIK secara global dan menggunakan teknologi, produk dan solusi TIK yang paling inovatif dan kompetitif untuk mendukung mitra bisnis strategis kami di Indonesia, menciptakan nilai-nilai dan manfaat baru bagi pelanggan mereka di era cloud saat ini,” Liu Haosheng, CEO Huawei Indonesia mengungkapkan dalam pembukaan HCC Indonesia 2016 (24/08)

Huawei FusionSphere 6.0 dirancang untuk membantu perusahaan mengatasi tantangan yang dihadapi selama tahap-tahap transformasi TI, membuat bisnis dan alur kerja perusahaan semakin efektif dan efisien dalam menghadapi perubahan pasar, menurunkan investasi pada aset TI dan sumber daya manusia.

“Kami juga berfokus pada infrastruktur TI, platform perangkat lunak, serta layanan cloud perusahaan saat membuat ekosistem cloud. Bersama-sama dengan mitra perusahaan di Indonesia, kami optimis akan membuat sebuah ekosistem cloud yang terbuka untuk mencapai kesuksesan bersama,” ungkap Alex Cheng, Chief Technology Officer, IT, Data Centre and Cloud Solution Sales, Global Solutions Elite Team APAC Branch, Huawei Technologies menjelaskan.

Pada acara ini, Huawei Indonesia juga mengungkapkan kisah suksesnya dalam hal transformasi cloud yang dilakukan oleh perusahaan bersama Accenture, sebagai mitra, untuk Telkomsigma. Kisah sukses ini menunjukkan bahwa Huawei Indonesia berkomitmen untuk melakukan inovasi bersama mitra untuk membangun cloud ecosystem yang terbuka sehingga dapat membantu pelanggan perusahaan dalam mempercepat transformasi ke arah solusi cloud. (Icha)

Semester Pertama, Laba China Telecom Meningkat

0

Telko.id – China Telecom telah melaporkan peningkatan sebesar 6,3% untuk laba bersih pada semester pertama 2016 yang berasal dari pertumbuhan pendapatan yang kuat.

Dilaporkan TelecomAsia (24/8), Laba bersih sendiri mencapai 11,67 miliar yuan dengan pendapatan usaha naik 7,2% menjadi 176800000000 yuan dan pendapatan jasa tumbuh 5,6% ke 155,22 miliar yuan.

Sementara itu, pendapatan layanan seluler tumbuh sebesar 8,3% menjadi 67,5 miliar yuan, atau 43,4% dari total pendapatan layanan.

China Telecom berhasil menambahkan 9 juta total pelanggan seluler selama periode ini menjadi 206.940.000 pelanggan, sedangkan basis pelanggan 4G operator tumbuh dari 31.650.000 pelanggan menjadi 90.100.000. pelanggan broadband nirkabel tumbuh 118 juta.

Sementara pendapatan layanan fixed line naik walaupun kecil, yakni sebesar 3,6% menjadi 87,7 miliar yuan, dengan perusahaan menambahkan 4,9 juta pelanggan broadband wireline untuk 118 juta.

Sementara basis pelanggan FTTH China Telecom tumbuh sebesar 17,35 juta menjadi 88,34 juta atau hampir tiga perempat dari total pelanggan wireline broadband operator.

Ke depannya, Chairman China Telecom Yang Jie berkomentar bahwa strategi nasional “CyberPower” China akan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pembangunan yang berkesinambungan dari industri telekomunikasi China.

Perusahaan ini menghadapi persaingan pasar intensif tapi rencana untuk secara proaktif merespon dengan berfokus pada peningkatan bisnis inti sementara mengejar pertumbuhan di lima wilayah berkembang utama, katanya.

M1 Segera Deploy NB-IOT

0

Telko.id – M1 dan Nokia telah bekerja sama untuk menggelar jaringan narrowband Internet of Things (NB-IoT) yang pertama di Singapura pada 2017 mendatang.

Ketika selesai, Nokia selaku vendor pertama untuk penyebaran skala besar dengan mitra operator dalam Asia memperkirakan bahwa hal ini menjadi salah satu penyebaran komersial pertama di dunia untuk NB-IOT.

Dilansir dari TelecomAsia (24/8), jaringan NB-IOT dan perangkat yang dirancang bertujuan untuk memberikan peningkatan kinerja jaringan untuk komunikasi M2M (machine-to-machine). Seperti diketahui, M2M membutuhkan bandwidth rendah, penetrasi dalam ruangan yang kuat, dan konsumsi daya yang rendah, sementara NB-IOT memberikan manfaat spektrum berlisensi seperti kehandalan jaringan dan keamanan .

Standar NB-IOT telah diselesaikan oleh Standar GSMA 3GPP pada bulan Juni 2016. Sedangkan perangkat Commercial NB-IOT diharapkan akan tersedia pada pertengahan 2017.

Menurut Bell Labs Consulting, sejatinya akan ada hingga lima miliar perangkat IOT yang terhubung melalui jaringan seluler pada tahun 2020. Sementara Di Singapura, penyebaran NB-IOT akan mendukung perjalanan mereka ini untuk menjadi Smart Nation dengan didukung oleh data untuk memberikan layanan antisipatif kepada rakyatnya.

“NB-IOT yang segera hadir akan menjadi teknologi yang berpotensi menghadirkan jenis aplikasi dan layanan untuk machine-to-machine dan smart city. Kami berharap dapat bekerja sama dengan mitra NB-IOT untuk mengeksplorasi penggunaan NB-IOT dalam mengembangkan layanan Smart Nation inovatif yang meningkatkan kehidupan warga negara kita dan membuat bisnis kita menjadi lebih produktif, “kata Jacqueline Poh, Chief Executive-designate, Government Technology Agency (GovTech).

Sementara itu, Sandeep Girotra, Senior Vice President Nokia untuk Asia-Pasifik dan Jepang mengungkapkan bahwa kerjasama Nokia dengan M1 untuk penyebaran NB-IOT meletakkan sebuah dasar yang penting untuk aplikasi lebih lanjut dari layanan IOT berbasis LTE.

M1 juga baru-baru ini mengumumkan tengah bekerja sama dengan Nokia pada penyebaran HetNet komersial pertama di Singapura.

Riset : 2017 Perusahaan Telko Gunakan NFV

Telko.id – Michael Howard, senior research director Carrier Networks, IHS Markit mengatakan bahwa sebagian besar penyedia layanan telekomunikasi akan berusaha untuk mendeploy network functions virtualization (NFV) pada 2017 mendatang.

Dilansir dari TelecomLead (24/8), sebanyak 100 persen dari penyedia layanan telekomunikasi yang berpartisipasi dalam survei strategi IHS Markit NFV mengatakan mereka akan mendeploy NFV di beberapa titik. Sementara 81 persen operator jaringan telekomunikasi juga mengharapkan untuk melakukan investasi di NFV 2017.

Lebih lanjut, survei tersebut juga menjelaskan sekitar 59 persen dari operator jaringan telekomunikasi telah mendeploy atau akan mendeploy solusi NFV pada tahun ini.

Namun, mengintegrasikan NFV ke jaringan yang ada adalah masalah bagi sebagian besar responden survei, seperti kurangnya produk carrier-grade.

IHS Markit juga berujar bahwa penyedia layanan telekomunikasi bergerak tengah menuju kearah NFV. Operator-operator percaya bahwa NFV dan pendsmpingnya yakni software-defined network (SDN) merupakan perubahan mendasar dalam sebuah arsitektur jaringan telekomunikasi.

Sekadar informasi, otomatisasi, layanan lebih gesit, lebih banyak pendapatan, efisiensi operasional dan penghematan Capex merupakan manfaat utama dari NFV.

Selain itu, Banyak operator pada tahun 2016 mulai memindahkan Proof of Concept (PoC) NFV mereka, uji laboratorium dan evaluasi untuk bekerja dengan vendor yang mengembangkan dan memproduksi perangkat lunak, yang sedang digunakan secara komersial.

Riset tersebut memprediksi, mayoritas penyebaran NFV di awal tahun depan lebih ditujukan untuk bisnis virtual enterprise customer premises equipment (vE-CPE), atau juga dikenal sebagai vBranch atau enterprise vCPE. Bisnis vE-CPE dapat membantu dengan generasi pendapatan karena memungkinkan operator telekomunikasi untuk mengganti CPE fisik dengan software sehingga mereka dapat dengan cepat berinovasi dan meluncurkan layanan baru.

Laporan IHS Markit juga mengatakan industri telekomunikasi saat ini berada pada tahap awal dari transisi ke jaringan SDN dan NFV architected. Operator akan belajar bahwa beberapa jalan yang tidak berbuah seperti yang diharapkan, produsen peralatan telekomunikasi dan pemasok perangkat lunak juga dapat menciptakan pendekatan baru dan berpeluang menemukan aplikasi baru.

Office 365 Jadi Solusi XL Bertansformasi Digital

0

Telko.id – Sebagai perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi, transformasi digital menjadi sebuah keharusan bagi XL agar mampu bertahan hidup dan menghasilkan efisiensi.

Berkaca dari hal tersebut, XL Axiata kini tengah melakukan transformasi digital untuk karyawan mereka dengan menggandeng Microsoft sebagai penyedia platform. XL sendiri memanfaatkan layanan Office 365 milik Microsoft untuk mulai bertransformasi dari bagian internal perusahaan.

“Langkah pertama yang kami tempuh adalah dengan melihat sisem yang kami gunakan dapat membantu transformasi digital di intermal kami. Kedepannya komputasi awan jauh lebih efektif dan efisien dari segi proses dan kami mulai beralih kearah sana,” ujar Yessie D. Yosetya, Chief Service Management Officer XL pada Jumpa Media di Jakarta (23/8).

Ia menambahkan bahwa penerapan solusi ini sejalan dengan rencana XL yang akan sehera melakukan transformasi di lingkungan kerja dengan menggunakan konsep modern open space dan business process.

Senada dengan Yessie, Riza Aditya selaku Head of IT Service Delivery XL menegaskan bahwa transformasi digital XL berasal pada karyawan internal XL, mulai dari tempat kerja dan tools meeting sehingga memberikan efisiensi dan meningkatkan produktifitas karyawan.

IMG-20160823-WA0002

“Sebagai perusahaan telekomunikasi dan yang paling dekat dengan dunia digital, XL harus bertransformasi. Di era Digital, semuanya harus saling terkoneksi, dengan begitu pencarian sebuah solusi menjadi lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Sementara itu, Kustiawan Kusumo selaku Enterprise Partner Group Director Microsoft Indonesia mengungkapkan bahwa digital transformasi adalah keharusan agar setiap perusahaan mampu bertahan. Sedangkan Office 365 sendiri saat ini telah memiliki sekitar 70 juta akun aktif di seluruh dunia.

Office 365 sendiri merupakan sebuah platform berbasis cloud yang menghadirkan rangkaian aplikasi Microsoft Office seperti Email Exchange, penyimpanan OneDrive yang terkoneksi ke layanan cloud.

Dengan Office 365, meeting bisa dilakukan dimana saja, sehingga menghasilkan efisiensi bagi perusahaan melalui fitur Skype for Business.

Lebih lanjut, mereka menargetkan tiga objektif dari transofmasi digital yakni produktifitas, efisiensi, serta perubahan gaya hidup. Berbicara mengenai Capex saving, XL menargetkan dengan transformasi digital ini mampu memberikan efisiensi kepada perusahaan sebesar 20% untuk Capex hingga akhir tahun. Jika peraturan Network Sharing jadi diberlakukan, kita bisa menghitung berapa efisiensi Capex mereka.

Myanmar Lelang Spektrum 2600MHz Oktober Mendatang

0

Telko.id – Kementerian Transportasi dan Komunikasi Myanmar, melalui Departemen Pos dan Telekomunikasi akan meluncurkan lelang spektrum 2600 MHz pada 17 Oktober mendatang. Nantinya, spektrum ini hanya bisa digunakan untuk penyediaan layanan data broadband.

Dilaporkan Telecompaper, Selasa, (23/8), sekitar 40MHz total spektrum di band 2600MHz (2575-2615 MHz) akan tersedia pada lelang ini, terdiri dari 2x20MHz (2575-2595 MHz, 2595-2615 MHz) yang dibagi ke dalam tiga wilayah.

Setiap penawar akan dapat memenangkan sampai dua lisensi regional sehingga memungkinkan untuk tiga sampai enam pemegang lisensi regional secara total. Lot spektrum akan berada dalam mode TDD.

Kementerian Transportasi dan Komunikasi baru-baru ini menerbitkan daftar perusahaan yang telah menunjukkan ketertarikannya pada lelang Oktober nanti, dan daftar mereka-mereka yang terpilih sebagai penawar potensial. Dua diantaranya adalah Telenor dan MPT, yang tak hanya menunjukkan ketertarikannya pada lelang ini, tetapi juga dipilih sebagai penawar potensial. Sementara itu, Ooredoo diketahui tidak ikut mendaftar.

Penawar yang memenuhi syarat akan diumumkan pada tanggal 28 September, sementara pemenang lelang akan diumumkan pada tanggal 20 Oktober.

Indosat Rangkul Para Disable Untuk Manfaatkan Teknologi Digital

0

Telko.id – Kemajuan dunia digital dan teknologi sangat pesat dan telah menghadirkan berbagai solusi bagi kehidupan sehari-hari masyarakat, dengan munculnya aplikasi-aplikasi dan layanan content lainnya. Kemajuan tersebut juga selayaknya bisa dinikmati oleh semua orang, termasuk untuk mereka yang berkebutuhan khusus.

Mewujudkan semangat menghadirkan dunia digital bagi semua, Indosat Ooredoo baru-baru ini menyelenggarakan kegiatan Disabled Community Gathering yang merupakan salah satu rangkaian Indosat Ooredoo Wireless Innovation Contest ke 10 (IWIC 10). Acara ini mengangkat pentingnya teknologi dan dunia digital yang bisa memudahkan aktivitas para penyandang disabilitas, termasuk mengajak mereka untuk turut aktif menciptakan aplikasi yang bermanfaat untuk sesama.

“Indosat Ooredoo percaya bahwa teknologi dan dunia digital harus accessible, affordable, dan simple untuk semua, tanpa terkecuali bagi saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus. Melalui IWIC 10, kami ingin membangun Indonesia Digital Nation dengan mengajak semua pihak agar memanfaatkan teknologi untuk menciptakan ide dan aplikasi mobile yang keren, berkualitas world-class, dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat,” ujar Deva Rachman, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo menjelaskan.

Disable Community Gathering diisi dengan focus group discussion pembuatan proposal ide yang kemudian didaftarkan langsung di Disable Category IWIC 10. Acara ini dihadiri oleh komunitas Kartunet yang merupakan sebuah situs web yang dikelola oleh Komunitas Kartunet Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang didirikan oleh empat orang tunanetra. Kartunet melaksanakan program-program yang fokus pada pemanfaatan media baru dan pemberdayaan penyandang disabilitas. Program digagas oleh kaum muda yang memiliki empati dan pandangan bahwa disabilitas bukan halangan seseorang untuk berkarya.

Selain itu hadir juga komunitas dari Kejabilitas.com yang merupakan sistem informasi berbasis piranti lunak website dan seluler yang menjadi penghubung antara penyandang disabilitas pencari kerja dan penyedia kerja. Dengan sistem informasi ini, penyandang disabilitas bisa menempatkan profil mereka sebagai pencari kerja dan mengakses informasi tentang kesempatan kerja yang tersedia. Sistem ini juga menampung berbagai konten baik visual, audio, dan video, tentang kecakapan hidup (life skill) dan pengembangan diri untuk membantu penyandang disabilitas meningkatkan kemampuan mereka dalam persaingan dunia kerja.

Pada penyelenggaraan IWIC 10 yang bertemakan #changetheworld kali ini, beberapa kategori bisa diikuti oleh peserta diantaranya Special Category for Women & Girls, Disable Category, Kids, Teens, University Student and Public, serta Developers Category yang dapat diikuti oleh peserta sesuai jenjang usia. Seluruh kategori akan berkompetisi untuk ide dan aplikasi di bidang Communications, Lifestyle, & Education; Multimedia & Games; Utility (tools, security, ideas/apps for disabled); tourism; dan Social Innovation. Peserta dapat membuat ide dan aplikasi untuk diaplikasikan di sistem operasi Android, Apple, Symbian, Blackberry, dan Windows Phone. (Icha)