Telko.id – Salah satu cara dalam mengendalikan sebuah perusahaan agar tetap eksis di industri adalah dengan melakukan beberapa efisiensi. Telkom, walaupu merupakan BUMN yang cukup memiliki keuntungan besar di Indonesia, juga tetap melakukan efisiensi. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan Green ICT.
Beberapa waktu lalu, Telkom melakukan pemadaman (shutdown) STO (Sentral Telepon Otomat) ke-84 di Makassar, Sulawesi Selatan. Tepatnya, Rabu, 11 Mei 2016 lalu. Hal ini merupakan bagian dari rangkaian implementasi Green Information and Communications Technology (ICT) di lingkungan Telkom.
Pada tahun 2016 Telkom secara umum memiliki setidaknya 4 program untuk mensukseskan implementasi Green ICT, yaitu Shutdown STO, Rehosting, Scrap Cable dan penerapan Always-On Cloud. “Keseluruhan aktivitas implementasi Green ICT Telkom memberikan benefit efisiensi konsumsi energi dan penghematan biaya secara signifikan mencapai triliunan rupiah,” ujar Abdus Somad, Direktur Network IT & Solution Telkom Indonesia menjelaskan.
Abdus Somad menambahkan bahwa program shutdown STO adalah pemadaman sentral telekomunikasi yang merupakan lokasi beroperasinya kebanyakan perangkat sentral berbasis TDM (Time-Division Multiplexing). “Perkembangan layanan telekomunikasi dalam beberapa dekade terakhir mendorong penyesuaian teknologi. Seperti yang telah diketahui bahwa pada era 1990-an layanan telephony mendominasi dunia telekomunikasi namun semenjak 2010-an trend ini bergeser kepada layanan IP (Internet Protocol) di mana telephony sudah semakin menurun,” jelas Abdus Somad Arief.
Pemadaman STO memberikan dampak luar biasa baik dari sisi efisiensi energi, beban electricity atau listrik, maupun pembebasan idle space atau ruang lahan. Berdasarkan data eksekusi program di Triwulan I-2016 saja, telah dilakukan pemadaman terhadap 9 STO di Pulau Jawa. Program ini terus bergulir, pada awal April 2016 Telkom melakukan pemadaman 10 STO dengan kapasitas lebih kecil di Sumatera, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara, serta Sulawesi. Rencananya pada tahun 2016 ini sebanyak 71 STO akan dipadamkan.
Program kedua adalah Rehosting yang merupakan proses re-engineering atau rekayasa terhadap komponen host sentral TDM di STO melalui migrasi ataupun pemindahan host atau induk. Rehosting ini masih berkaitan erat dengan program Shutdown STO, karena dengan pemindahan induk tersebut, maka induk yang ditinggalkan dapat dinon-aktifkan dan dipadamkan. Tahun lalu Telkom berhasil meraih efisiensi cukup signifikan dari program Rehosting dan Downgrade 15 host yang dilakukan pada Triwulan IV-2015.
Adapun Scrap Cable merupakan program ketiga yang dilakukan dalam rangka implementasi Green ICT Telkom. Scrap Cable sendirimerupakan dampak dari pemindahan jaringan akses tembaga menjadi kabel serat optik maupun pemadaman sentral TDM. Akibat pemindahan jaringan tersebut maka terdapat residu kabel tembaga yang tidak tergunakan yang sering disebut sebagai scrap copper cable.
Program keempat wujud implementasi Green ICT Telkom 2016 adalah Always-On Cloud, yaitu layanan penyediaan resource/sumber daya yang disediakan melalui jaringan data ataupun Internet, di antaranya Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS). Konsep layanan yang disediakan adalah sistem yang selalu online setiap saat dan siap digunakan senantiasa selama 7×24 jam.
Ditegaskan Abdus Somad Arief, pelaksanaan empat Program Green ICT tersebut, Telkom secara akumulatif telah sukses meraih cost leadership yang signifikan di tahun 2015, yakni sebesar Rp 766 miliar. Sementara di tahun 2016, hingga bulan April saja Telkom telah meraih cost leadership sebesar Rp 319,22 miliar. “Angka itu diproyeksikan mampu mencapai Rp 1,018 triliun hingga penghujung tahun 2016 dengan asumsi seluruh program akan terlaksana tepat waktu dan seluruh target tercapai sesuai rencana,” pungkasnya. (Icha)