Telko.id – Tarif sewa infrastruktur di jalur MRT dianggap terlalu tinggi oleh beberapa operator. Tak heran, tidak semua operator sinyal nya ‘manteng’ di jalur MRT ini. Hanya ada Telkomsel dan Smartfren.
Smartfren sendiri, benar-benar memanfaatkan peluang uji coba yang diberikan oleh Tower Bersama group sebagai mitra strategis penyedia konektivitias seluler dan jaringan internet nirkabel/wifi yang ditunjuk oleh MRT Jakarta. Sambil, terus bernegosiasi untuk memperoleh titik temu tarif yang menguntungkan kedua belah pihak.
Yang sebenarnya, pihak penyelenggara, memberikan kesempatan trial pada semua operator. Ya, kalau kemudian yang melakukan trial adalah Smartfren dan Telkomsel ya ndak apa-apa. Mungkin yang lain sudah pengalaman.
Penyediaan sinyal di jalur MRT ini memang tidak mudah. Pasalnya, ada sebagian kereta cepat ini melalui tunnel atau terowongan. Lalu, area MRT ini juga banyak berada dibawah tanah, jadi, perlu infrastruktur khusus agar pengguna MRT tetap dapat nyaman berkomunikasi.
“MRT Jakarta ini kan melewati tunnel yang bisa dipastikan, signal dari luar tidak bisa masuk. Kebetulan TBG telah menyiapkan antena-antena dan kita tinggal nyantel ke sana untuk uji coba atau trial,” jelas Deputy CEO of Commercial Smartfren, Djoko Tata Ibrahim kepada awak media usia menjajal layanan Smartfren di MRT Jakarta, Selasa (9/4).
Menurut Djoko, proses negosiasi telah dilakukan Smartfren dan TBG semenjak tiga bulan yang lalu. Diklaim dia, sudah mulai terlihat titik temu dari proses negosiasi tersebut. Proses uji coba ini dilakukan sampai pada akhirnya Smartfren dan TBG menyepakati biaya sewa dan tidak ada biaya yang dikeluarkan selama proses uji coba.
Sejauh ini, belum ada konfirmasi resmi dari TBGI atau pun operator seluler mengenai tarif pasti penyewaan infrastruktur jaringan MRT. Sebelumnya sempat beredar laporan, TBIG menetapkan tarif sewa Rp 600 juta per bulan.
Smartfren sendiri sedang melakukan uji coba yang baru dimulai sejak dua minggu belakangan ini.
“Sudah dua mingguan lebih, kami melakukan koneksi dengan infrastruktur telekomunikasi di MRT ini. Dalam rangka uji coba atau trial. Kami monitoring semua. Apakah sinya stabil tidak, apa yang menyebabkan sinyal up and down nya bisa kita ukur, kalau kereta lewat bagaimana. Semua nya kita monitoring untuk mengantisipasi apa yang perlu di improved,” ujar Merza Fachys, Presiden Direktur Smartfren, ketika ditemui usai uji coba jaringan Smartfren di MRT Jakarta, Selasa (9/4).
Sampai kapan akan melakukan uji coba? Merza berharap trial ini dapat berlangsung sampai negosiasi selesai karena itu yang tertulis dalam surat perjanjian trial ini.
“Untuk harganya belum tahu, karena kami ingin lihat bisnis modelnya dulu bisa seperti apa saja. Apakah bisa biayanya naik pelan-pelan per bulan, per terowongan (bawah tanah), atau seperti apa. Sejauh ini belum ada ketetapan biaya,” tutur Merza.
“Kita akan cari solusi yang saling menguntungkan, pasti ada. Ini masih kami diskusikan,” ungkap Merza mempertegas.
Negosiasi tarif sewa ini berlangsung antara para ATSI atau Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia yang terdiri dari perwakilan para operator seluler dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG) sebagai mitra strategis yang ditujuk oleh MRT Jakarta untuk penyedia konektivitas seluler dan jaringan nirkabel atau WiFi di wilayah operasional MRT Jakarta.
TBIG, ini membangun leakage cable di terowongan jalur MRT agar para provider seluler bisa meletakkan Base Transceiver Station (BTS) mereka di sana. BTS ini yang kemudian akan menyalurkan sinyal seluler ketika konsumen berada di jalur bawah tanah MRT.
Sementara itu, dari sisi teknologinya, menurut VP Technology Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo, sepanjang jalur MRT Jakarta pihaknya telah menyematkan teknologi 4G Advanced.
“Untuk di indoor, kami memakai teknologi yang namanya cable leak yang dipasang oleh partner kami, TBIG. Kalau Smartfren tugasnya memberikan ‘suntikan sinyal’ ke kabel yang telah disediakan TBIG dari BTS yang kami miliki,” terangnya.
Untuk melayani para penumpang MRT Jakarta, Smartfren memasang 4 BTS di transportasi ini. Smartfren diklaim dapat menampung 2.000 pelanggan per BTS-nya secara bersamaan dan tidak akan lemot saat menggunakan jaringannya.
Sedangkan untuk bisa melayani sepanjang jalur MRT, Smartfren akan memasang 10 BTS supaya sinyal bagus, bukan hanya di dalam tunnel tetapi juga di semua area MRT. (Icha)