Telko.id – Berdasarkan keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika yang waktu itu dijabat oleh Tifatul Sembiring, Smartfren diwajibkan untuk mengikui tata ulang frekuensi 850 Mhz serta pindah dari frekuensi 1900 Mhz. Kompensasi dari kepindahannya itu, Smartfren mendapatkan alokasi frekuensi sebesar 30 Mhz di frekuensi 2.300 Mhz. Frekuensi ini pula yang digunakan oleh Smartfren untuk menggelar layanan 4G LTE.
Setelah ‘meleset’ dari deadline yang ditentukan yakni Desember 2015, akhirnya Smartfren janji untuk menyelesaikan proses ‘penggeseran” frekuensi 850 Mhz pada bulan September 2016 ini. Hal ini diungkapkan oleh Merza Fachys, Presiden Direktur Smartfren Telecom dalam Halal Bihalal di Morissey, Jakarta.
“Saat ini, frekuensi 850 MHz yang dipakai Smartfren harus bergeser dikit, dari band B ke band A. Proses itu harus selesai akhir September,” ujar “Merza Fachys menjelaskan.
Apa yang harus dilakukan oleh Smartfren ini bukan persoalan mudah. Pasalnya, tidak semua pelanggan Smartfren saat ini memiliki handset yang sudah mendukung untuk digunakan pada frekuensi 850 Mhz Band A. Padahal, masih ada 10 juta pelanggan Smartfren yang masih menggunakan teknologi CDMA.
Ditambah lagi, tidak semua pelanggan Smartfren bisa beralih dari frekuensi 850 Mhz Band B ke Band A dengan berbagai alasan. “Salah satu kendala yang dihadapi adalah pelanggan tidak bisa beralih karena masih menggunakan feature phone dan tidak memiliki kemampuan untuk mengganti ponselnya,” ujar Munir Syahda Prabowo, Vice President Special Project Network Smartfren menjelaskan.
Munir menambahkan bahwa baru 80% ponsel pelanggan yang sudah ready all band CDMA. Jadi bisa menggunakan nya di 850 Mhz, baik Band A maupun Band B. Untuk kelompok ini tidak masalah. Artinya, dari sekitar 10 juta pelanggan, ada 8 juta pelanggan yang bisa memakai di Band A maupun Bank B. Sisanya, sekitar 2 juta pelanggan lagi itulah yang menggunakan feature phone atau hanya dapat digunakan untuk satu band saja yakni Band B saja.
Namun, Munir menegaskan bahwa angka itu masih merupakan hasil analisis. Secara real nya masih dikalkulasi lebih dalam lagi. Hanya saja, Munir yakin bahwa angka sebenarnya akan lebih kecil. Jika pun nanti ada persoalan, Munir menyatakan akan menanganinyha case by case.
Yang pasti, untuk pertama kali, Smartfren akan menawarkan para pelanggannya untuk langsung pindah menggunakan smartphone 4G LTE. Harga yang relatif terjangkau, hanya seharga Rp.700 ribuan, diharapkan pelanggan tidak keberatan. Namun, jikapun tidak mau, akan ditawarkan untuk menggunakan MiFi yang kini harganya sudah berkisar Rp.300 ribuan.
Selain itu, Smartfren pun sedang mempersiapkan program baru. Tujuannya untuk meringankan para pelangganya untuk migrasi, selain juga tentu untuk akusisi pelanggan baru. (Icha)