Telko.id – Di Indonesia, ada wacana untuk melakukan pengurangan jumlah operator selular. Hanya saja, pemerintah berharap, kondisi itu terjadi karena adanya pertemuan dua perusahaan. Bukan karena pemerintah yang menentukan. Harapannya, Indonesia hanya memiliki 3 – 4 operator saja. Padahal, pasar Indonesia begitu besar.
Beda di Indonesia, beda pula di Singapura. Negara tetangga ini adalah salah satu negara yang memiliki penetrasi yang luar biasa. Berdasarkan data dari IDC, negara ini memiliki penetrasi 150% dengan populasinya yang hanya 5.5 juta saja. Artinya, banyak penduduk di negara ini yang memiliki device lebih dari satu. Namun, ternyata masih ada yang melihat bahwa masih memungkinkan ada satu operator lagi yang melayani data di negara ini.
Hal ini diungkapkan oleh Malcolm Rodrigues, founder dan Chief Executive Officer MyRepublic, perusahaan internet service provider bahwa “masih ada ruang untuk penambahan operator di Singapura,” seperti dilansir dari CNBC.
“Melihat iklim data secara keseluruhan, kami perkirakan pasar mobile di Singapura akan tumbuh 8 hingga 9 juta di tahun depan dan permintaan terhadap internet of things atau IoT akan lebih dari 50 juta device yang terhubung hingga 5 tahun ke depan,” ujar Rodrigues, yang juga mantan eksekutif senior di StarHub, salah satu dari tiga perusahaan telekomunikasi Singapura menjelaskan. Lebih lanjut, Rodrigues juga menyebutkan bahwa operator yang ada sekarang ini, menurut Rodrigues belum siap untuk menghadapi kondisi tersebut.
Ternyata, pemikiran bahwa masih ada peluang untuk hadirnya perusahaan baru ditengah persaingan yang ketat ini, Rodrigues tidak sendirian
Ryan Tay, Senior Research Manager of Telecoms di IDC Asia Pacific pun memiliki pemikiran yang sama. Bahwa, masih ada ruang untuk kehadiran operator ke empat di Singapura ini. Alasannya, saat ini sedang tumbuh fenomena bahwa masyarakat memiliki lebih dari satu device. Terlebih kini, pekerja banyak yang bekerja secara mobile dan konsumerisme.
Pemerintah pun mengisyaratkan bahwa dengan menambah kompetitor akan memberikan teknologi terdepan pada masyarakat Singapura. Infocomm Development Authority of Singapore (IDA) menyampaikan pada CNBC bahwa dengan permintaan yang meningkat akan layanan mobile broadband service, teknologi baru dan perkembangan layanan di industri seperti machine-to-machine communication, maka masih ada peluang bisnis dan pasar untuk pemain baru.
MyRepublic sendiri memiliki target bahwa dalam waktu 5 tahun dapat menguasai pasar hingga 9%, target yang menurut Rodrigues sangat konservatif. MyRepublic berencana untuk menawarkan layanan home broadband di Singapura. Paling tidak bisa memperoleh 50 ribu pelanggan.
Namun, belum terlalu jelas benar, seberapa besar kue yang diperebutkan. Data dari IDC menyebutkn bahwa SingTel saat ini menguasai 50% pasar di Singapura. Sedangkan Starhub menguasai 27% dan M1 menguasai 23%. Ketiganya menanti dengan seksama, bagaimana nantinya kompetisi yang akan terjadi ketika operator baru masuk.
Pada awal Maret lalu, Singtel, Starhub dan M1 mengumumkan bahwa ada pemangkasan harga untuk para pelanggan pasca bayarnya. Hal ini dilakukan untuk merangsang penggunaan mobile data. Media di Singapura pun secara luas melaporkan, bahwa yang terjadi sekarang ini adalah perang harga mobile.
“Perang harga untuk data dan menambah pilihan mobile data menjadi salah satu taktik untuk melawan MyRepublic yang rencananya juga akan bermain di mobile data,” ujar Jonathan Koh, analis UOB Kay Hain. Langkah tersebut juga dinilai sebagai bentuk ‘perlawanan’ dari tiga operator yang sudah ada untuk mempertahankan pangsa pasar yang dimilikinya dengan cara apapun.
“Kami percaya setiap pemain baru yang potensial tidak mungkin memiliki keunggulan kompetitif pada struktur biaya untuk membangun rencana bisnis yang layak,” ujar analis Deutsche Bank menjelaskan.
Pemain baru juga akan melawan pemain terintegrasi StarHub dan Singtel menawarkan beberapa layanan, seperti internet broadband dan televisi kabel, yang memungkinkan mereka untuk mempekerjakan bundling strategi, kata Deutsche Bank.
Tapi Rodrigues dari MyRepublic ini melihat bahwa basis pelanggan M1 adalah yang paling beresiko karena penawaran layanannya yang terbatas. Terutama layanan mobile dan broadband di perumahan. “M1 terlihat paling agresif di pasar untuk mencoba mempertahankan pelanggannya,” ujar Rodrigues.
MyRepublic memiliki rencana pada tahap awal akan bermain dari pinggir. Dengan mensasar segmen low end atau para pengguna pra-bayar. Dalam perencanaanya itu juga, MyRepublic memiliki dua paket harga. Pertama, paket 2 gigabyte data di jaringan 4.5G dengan harga S$8 perbulan dan tambahan biaya S$8/GB. Paket kedua adalah unlimited data usage dengan harga S$80 per bulan. Rencana tersebut menjadikan MyRepublic sebagai operator telko pertama di Singapura yang menawarkan rencana unlimited penggunaan data seluler. Paket termurah yang ditawarkan oleh StarHub dan Singtel adalah 3GB dengan harga S $ 21,45 dan S $ 20 . Bandingkan dengan rencana MyRepublic yang akan memberikan paket 3GB hanya S $ 16.
Rodrigues, mengatakan bahwa cukup gembira dengan penduduk Singapura yang melakukan pendaftaran melalui website nya. Hanya dalam waktu kurang dari seminggu, sekitar 15.000 orang telah mendaftarkan dan 80 persen dari jumlah tersebut tertarik pada rencana unlimited mobile data.
Sayang, upaya MyRepublic masuk ke pasar masih mengalami halangan. Yang pertama adalah lelang spektrum oleh pemerintah baru akan dilakukan pada kuartal ketiga tahun ini. (Icha)