spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Oppo Reno11 (China)

ARTIKEL TERKAIT

Setelah Tol Darat dan Tol Laut Kini Giliran Indonesia Bangun Tol Langit

Telko.id – Tol Langit adalah istilah yang digunakan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk infrastruktur telekomunikasi broadband yang menggunakan fiber optik dan satelit.

Untuk fiber optik, yang disebut sebagai proyek Palapa Ring sudah hampir selesai semua. Tinggal Paket Timur, yang rencananya bakal selesai tahun ini juga.

Sedangkan untuk satelit yang diberi nama Satelit Republik Indonesia (Satria), nantinya akan menjangkau daerah pelosok yang berada di wilayah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) yang tidak terjangkau oleh fiber optic sehingga nantinya masyarakat dapat mengakses internet cepat atau 4G bukan lagi 2G.

Namun, saat ini masih tahap tender yang rencananya akan selesai pada April 2019.  Setelah itu, baru pengerjaannya mulai tahun 2020 dan di akhir 2022 diharapkan dapat meluncur ke luar angkasa. Baru pada tahun berikutnya, layanan akses internet melalui satelit sudah bisa dirasakan.

Pengadaan satelit itu sendiri akan dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI). Di mana, satelit yang akan diorbitkan itu berbasis High Throughput (HTS).

Menurut Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementrian Kominfo, Anang Latif, Satelit Satria yang berbasis satelit High Throughput  ini memiliki keunggulan yaitu biayanya yang efisien dan cakupan jangkauan Internetnya yang luas.

Sebagai perbandingan, satelit konvensional mengharuskan BAKTI menggelontorkan uang sewa sebesar Rp18 juta untuk setiap megabite per detik (Mbps).

Sedangkan, satelit multifungsi berbiaya per Mbps, dapat menjadi lebih murah yaitu Rp1 juta per Mbps.

Satria ini sendiri, nantinya akan memberikan sinyal broadband ke daerah terluar Indonesia khususnya di Kalimantan dan Papua.

Setidaknya ada 140 ribu titik yang tidak dapat diakses oleh fiber optik. Satelit ini akan mendukung jaringan komunikasi untuk 93.900 sekolah, 47.900 kantor pemerintahan, 3.700 puskesmas, dan 3.900 markas polisi dan TNI yang sulit dijangkau kabel optik.

Namun, dikarenakan beroperasinya Satria masih lama, maka pemerintah pun memutuskan untuk melakukan penyewaan satelit.

“Sembari menunggu penyelesaian Satria (Satelit Indonesia Raya) yang ditargetkan selesai 2023, kita menyediakan akses internet cepat untuk kebutuhan layanan pendidikan, kesehatan dan pertahanan keamanan dengan kerja ini dengan melakukan penyewaan satelit,” ungkap Anang.

Setelah melalui proses lelang, ada lima perusahaan terpilih untuk kerja sama dan akan menyediakan kapasistas satelit sebesar 21 Gbps, yaitu PT Aplikasinusa Lintasarta, PT Indo Pratama Teleglobal, Konsorsium iforte HTS, PT Pasifik Satelit Nusantara dan PT Telekomunikasi Indonesia dalam kurun waktu lima tahun dengan memperhatikan Service Level Agreement (SLA).

Mengenai sewanya, kata Anang, BAKTI mengalokasikan anggaran sebesar Rp 7,5 triliun untuk ‘nebeng’ satelit kelima operator itu sampai lima tahun, terhitung tahun 2019 – 2024.

“Dengan penyewaan ini, target kita bisa melayani 5.000 BTS (Base Transceiver Station) dengan titik internet juga 5.000, jadi 10.000 titik,” ungkap Anang menambahkan. 

Anang menyebutkan sewa dari kelima operator satelit turut memperhatikan Service Level Agreement (SLA). Ditambahkannya, penyediaan kapasitas satelit ini juga untuk mengejar target upaya pemerataan akses internet di seluruh Indonesia atau merdeka sinyal pada tahun 2020. 

PSN sebagai salah satu mitra pemerintah yang menyediakan satelit nya untuk disewa, baru saja meluncurkan Satelit nya yakni  Nusantara 1 dari Stasiun Angkatan Udara Cape Caneveral, Florida, Amerika Serikat (22/02).

Direktur Utama Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso mengatakan, satelit Nusantara Satu ini akan mulai beroperasi pada bulan April 2019 mendatang. Adi berharap, satelit ini sebagai upaya dalam mengurangi kesenjangan jaringan komunikasi internet cepat di Tanah Air.

“Kebutuhan internet atau broadband sangat tinggi, kami memperkirakan ada 25 ribu desa yang tidak memiliki koneksi komunikasi internet memadai. Jadi, target kami untuk membantu mencakup mereka,” kata Adi sebelum proses peluncuran dilakukan, seperti dikuti dari Berita Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Nusantara Satu merupakan satelit Indonesia pertama yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) berkapasitas hingga 15 Gbps. Teknologi ini, diyakini mampu memberikan layanan internet broadband dengan kapasitas jauh lebih besar dibandingkan satelit konvensional yang saat ini ada di Indonesia.

Dan, mulai Mei 2019 akan dimulai penyediaan kapasitas satelit komunikasi dengan melakukan penambahan 2000 BTS menjadi total 3010 titik ditahun 2019 dan tahun 2020 ditargetkan bisa bertambah hingga 5000 titik. Akhirnya, diharapkan Indonesia merdeka sinyal pun akan terwujud. (RIZ/Icha)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU