Jakarta – Teknologi berkembang seiring berjalannya waktu. Tak terkecuali sistem seluler. Dalam perjalanannya, sistem ini telah berevolusi dalam empat fase utama atau generasi. Generasi pertama, atau teknologi 1G hanyalah transmisi analog untuk panggilan suara saja. Generasi kedua, atau 2G, memperkenalkan transmisi digital dan menawarkan dukungan pertama untuk data, meskipun fokus utamanya masih pada panggilan suara. Saat itu, ponsel generasi kedua didasarkan pada salah satu dari dua standar, yakni GSM dan CDMA. Dengan kecepatan rata-rata jaringan 2G baik GSM maupun CDMA sekitar 9,6 Kbps, atau hampir sama dengan modem yang ada di era 90-an.
Di ranah GSM, sebuah standar yang disebut GPRS kemudian datang dengan menawarkan kemampuan transmisi data yang lebih baik. Tahapan ini dikenal sebagai 2.5G. GPRS lantas berkembang menjadi jaringan EDGE (kecepatan data sampai 400 kbps) yang masih digunakan oleh banyak ponsel saat ini. Sementara di dunia CDMA, 2.5G disebut sebagai 1XRTT, atau hanya 1X dan menjanjikan kecepatan download mulai dari 600 kbps sampai 1,4 Mbps.
Setelah itu, hadirlah generasi ketiga, atau 3G. Generasi ini terbagi menjadi 2 standar yaitu W-CDMA atau biasa dikenal dengan UMTS dan CDMA EV-DO. Namun, karena teknologi 3G dianggap belum sempurna, maka teknologi 3,5G pun muncul. Teknologi ini merupakan penyempurnaan dari teknologi 3G, dengan peningkatan transfer data yang lebih tinggi dibandingkan teknologi sebelumnya.
Tahap berikutnya, adalah 4G.
Apa itu 4G?
Kita telah mendengar banyak cerita tentang 4G LTE, khususnya selama beberapa tahun terakhir ini. Kita diberitahu bahwa 4G LTE itu lebih cepat, 4G LTE itu bisa mengunduh lebih banyak file gambar, dan memungkinkan kita menonton film serta melakukan video-chat dimana pun dan kapan pun.
Well, semua orang telah mendengar klaim itu sebelumnya, tapi apakah sudah semua orang juga paham dengan apa arti 4G LTE sebenarnya?
4G LTE pada dasarnya terdiri dari dua kata yang masing-masing memiliki makna tersendiri. 4G berarti fourth-generation technology, yang umumnya mengacu pada pengembangan teknologi telepon seluler sebagai kelanjutan dari teknologi 3G (atau third generation), sementara LTE merupakan kependekan dari Long Term Evolution yang merupakan jenis dari teknologi 4G itu sendiri. Nama resmi dari teknologi 4G sendiri, menurut IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) adalah “3G and beyond.”
4G hadir untuk menawarkan pengguna mobile internet broadband yang tak hanya berkali-kali lipat lebih cepat tetapi juga handal untuk perangkat seperti smartphone, tablet ataupun laptop. secara teori, 4G mampu memberikan kecepatan transfer data 100 megabit hingga 1 Gb per detik. Sebuah kecepatan yang mengesankan, bukan? Meski mungkin dalam kenyataannya tidak akan mungkin dicapai.
Sistem 4G akan dapat menyediakan solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan pun dan dimana pun, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Namun sistem 4G ini masih membingungkan dan masih belum memiliki definisi yang formal. Ada yang mengatakan bahwa 4G merupakan sistem yang berbasis IP terintegrasi penuh.
Ini akan dicapai setelah teknologi kabel dan nirkabel dapat dikonversikan dan mampu menghasilkan kecepatan 100Mb/detik hingga 1Gb/detik baik di dalam maupun di luar ruang dengan kualitas premium dan keamanan tinggi. 4G akan menawarkan segala jenis layanan dengan harga yang terjangkau. Setiap handset 4G akan langsung mempunyai nomor IP v6 dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan internet telephony yang berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Semua jenis radio transmisi seperti GSM, TDMA, EDGE, CDMA 2G, 2.5G akan dapat digunakan, dan dapat berintegrasi dengan mudah dengan radio yang dioperasikan tanpa lisensi seperti IEEE 802.11 di frekuensi 2.4 GHz & 5-5.8Ghz, bluetooth dan selular.
Ada Apa Dibalik Teknologi 4G?
WiMAX vs LTE
Kita mengenal ada dua standar 4G yang telah dikembangkan dan digunakan di dunia saat ini, mereka adalah WiMAX dan LTE.
WiMAX, yang berdiri sebagai kependekan dari Worldwide Interoperability for Microwave Access digunakan pertama kali di Indonesia pada 2010, namun jaringan WiMAX pertama diluncurkan di Korea Selatan pada tahun 2006. Jaringan ini pada dasarnya masih memiliki hubungan keluarga dengan WiFi – dengan protocol 802.16e – yang kini mulai tergeser seiring adanya keterbatasan jarak. Konon, jangkauan WiMAX mencapai radius 30 mil. Sama seperti Wi-Fi yang bisa kita temukan pada ponsel CDMA maupun GSM, WiMAX pun bisa digunakan di kedua jaringan tersebut.
Sementara LTE – yang diluncurkan pertama kali di Swedia pada tahun 2009, merupakan sebuah standar komunikasi nirkabel berbasis jaringan GSM/EDGE dan UMTS/HSDPA untuk akses data kecepatan tinggi menggunakan telepon seluler maupun perangkat mobile lainnya.
Namun sayang, walaupun dipasarkan sebagai teknologi 4G, LTE yang dipasarkan sekarang ini konon belum dapat disebut sebagai teknologi 4G sepenuhnya. Pasalnya, LTE yang di tetapkan 3GPP pada release 8 dan 9 belum memenuhi standarisasi organisasi ITU-R, salah satu dari tiga sektor (divisi atau unit) dari International Telecommunication Union (ITU) yang bertanggung jawab untuk komunikasi radio. Lain halnya dengan teknologi LTE Advanced, yang dipastikan akan memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai teknologi 4G.
Secara teori, 4G LTE memang bisa dibilang lebih menjanjikan dibanding WiMAX. Selain kecepatannya lebih baik – disebut-sebut memiliki kecepatan download hingga 300Mbps dan upload 75 Mbps – implementasi 4G LTE juga diperkirakan akan lebih cepat mengingat operator tidak perlu lagi membangun perangkat dari awal melainkan cukup dengan mengupgrade dari teknologi yang ada sebelumnya.
TDD LTE vs FDD LTE
Dua istilah ini adalah hal lainnya yang akan sering kita dengar ketika sedang membicarakan 4G. Secara garis besar, ini adalah teknik penyampaian atau pengaliran data dalam system komunikasi. Bedanya, jika FDD yang merupakan kependekan dari Frequency Division Duplexing, mengalirkan data dengan menggunakan dua buah saluran frekuensi yang berbeda antara mengirim dan menerima, TDD kebalikannya.
Berdiri sebagai kependekan dari Time Division Duplexing, teknik ini menggunakan satu saluran frekuensi untuk mengirim dan menerima data, tapi dengan waktu yang berbeda. Keunggulan cara ini, karena pengiriman dan penerimaan data dilakukan dengan menggunakan satu saluran, maka kapasitas yang tersedia bisa menjadi lebih besar dibanding FDD. Teknik ini juga sangat cocok untuk data yang dikirimkan secara asimetris, seperti browsing internet, video surveillance atau broadcast.
Saat ini, FDD LTE digunakan di banyak Negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Beberapa nama operator seperti Telkomsel, XL, Indosat dan Tri tecatat menggunakannya. Sementara Smartfren memilih memadukan keduanya.
4G Di Indonesia
Meskipun 4G terbilang baru di Indonesia, namun teknologi 4G sendiri sebenarnya telah menjadi topik hangat di sekitar kita sejak beberapa tahun yang lalu. Diawali dari uji coba jaringan 4G LTE yang dilakukan Telkomsel dua tahun silam – lebih tepatnya ketika berlangsungnya konferensi APEC di Bali pada bulan Oktober 2013 – kemudian disusul Bolt yang menyediakan Bolt Super 4G LTE pada bulan November 2013. Bedanya, jika Telkomsel mengoperasikan layanan 4G LTE mereka di frekuensi 1800 MHz, Bolt menerapkan teknologi Time Division Duplex (TDD-LTE) pada frekuensi 2300 MHz.
Jenis teknologi yang sama juga digunakan oleh Smartfren, yang baru-baru ini resmi menggelar layanan 4G LTE-nya di tanah air. Sebagai informasi, jaringan 4G LTE-Advanced Smartfren beroperasi di frekuensi 850 MHz dan 2.300 MHz. Hal ini konon membuat Smartfren tak hanya menggunakan teknologi TDD (Time Division Duplex) semata, tetapi juga teknologi FDD (Frequency Division Duplex) pada frekuensi 850 MHz.
Ketiga operator yang tersisa, seperti XL, Indosat dan Tri juga telah lebih dulu menyusul Telkomsel untuk menyediakan layanan 4G LTE bagi pelanggannya.
Mengusung nama XL HotRod 4G LTE, XL Axiata melakukan ujicoba jaringan untuk pertama kalinya di Kota Kasablanka, Central Park, Euphoria Lounge Menara Prima, XL Xplor Senayan City dan Graha XL pada 28 Oktober 2014. Saat itu, kecepatan internet XL 4G LTE diklaim dapat mencapai 100 Mbps. Lain halnya dengan Indosat, yang datang dengan layanan bertajuk Indosat Super 4G LTE. Operator ini mengklaim dapat mencapai kecepatan 185 Mbps download dan 41 Mbps upload. Saat itu, Indosat melakukan ujicoba jaringan 4G LTE mereka di sekitar Monumen Nasional, Jakarta Pusat pada 20 November 2014 dengan menggunakan media BTS di atas Gedung kantornya.
Sementara Tri, yang baru akan mengkomersialkan layanan 4G LTE mereka akhir tahun ini, mengklaim memiliki kecepatan download 36 Mbps dan upload 8 Mbps – berkat pita lebar 5MHz yang mereka punya. Saat ini, 4G LTE yang dideklarasikan Tri di Banjarmasin masih berupa trial untuk uji kelayakan operasi (ULO). Rencananya, pengguna baru akan bisa mencobanya setelah peluncuran komersil pada 23 November 2105 mendatang, atau setelah penataan frekuensi 1.800 selesai.
Susahnya Menggelar 4G
Tak ubahnya sebuah teknologi baru, yang umumnya membutuhkan kesiapan untuk bisa diterima, penerapan teknologi 4G di Indonesia pun tak luput dari berbagai kendala. Entah itu yang berkaitan dengan investasi tambahan, upgrade peralatan dan software, hingga yang paling utama penataan ulang frekuensi.
Kembali ke awal tahun 2015, ketika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) resmi membuka layanan 4G LTE. Kala itu, ada kesan bahwa izin yang dikeluarkan Pemerrintah agak setengah hati. Pasalnya pemerintah memberikan ijin penggunaannya di spektrum 900 MHz yang hanya memberikan lebar pita maksimal 25 MHz saja untuk seluler. Penggunaan spektrum 900 MHz sebagai langkah awal penerapan 4G LTE ini sendiri mengundang banyak perdebatan, karena idealnya untuk menghadirkan layanan LTE yang optimal setidaknya operator harus memiliki 20 MHz di spektrum mana saja.
Indosat misalnya, untuk frekuensi 900 MHz ini mereka memiliki pita dengan lebar 10 MHz, sementara XL dan Telkomsel masing-masing memiliki 7,5. Itu artinya, operator hanya bisa menyediakan kapasitas sebesar 5 MHz saja. Akibatnya alokasi pita lebar masih seperempat dari lebar pita ideal dan kecepatannya baru bisa dirasakan maksimal sekitar 33-36 Mbps, itupun di tempat tertentu di saat jaringan sedang lengang.
Kabar baik, karena kemudian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) meresmikan jaringan 4G LTE tahap kedua yang beroperasi di frekuensi 1.800 MHz. Keputusan ini disambut baik semua operator di tanah air, karena dipastikan akan memberikan kecepatan akses yang lebih baik, jika tidak bisa dibilang cepat, dibanding tahap satu.
Telkomsel
Telkomsel, dalam hal ini menjadi satu-satunya operator yang telah siap menggelar layanan 4G LTE di frekuensi 1.800 MHz secara komersial. Tak kurang 150 BTS 4G mereka siapkan untuk menyambut 4G tahap kedua, dan bahkan dioperasikan di hari pertama peluncuran yang dilakukan di Makassar pada 6 Juli 2015 lalu. Operator yang memiliki lebih dari 1.000 BTS 4G ini mengklaim jaringan 4G mereka di kota Makassar memiliki kecepatan rata-rata 72 Mbps.
Indosat
Berbeda dengan Telkomsel yang memilih Makassar sebagai kota 4G pertamanya, Indosat memilih daerah Balikpapan untuk dijadikan daerah uji jaringan 4G. Selain refarming atau tata ulang frekuensi di 1.800 MHz yang telah selesai di beberapa kota di Kalimantan, alasan Indosat memilih kota Balikpapan adalah karena Indosat ingin kembali meraih kejayaan yang dulu pernah diraih di Kalimantan. Dengan sumber daya di pita lebar sebesar 20 MHz di frekuensi 1.800 MHz, Indosat mengklaim mampu menggelar jaringan 4G LTE rata-rata 90 Mbps sampai 100 Mbps. Bahkan, Indosat mengklaim bisa mencapai kecepatan hingga 185 Mbps.
XL Axiata
Perusahaan yang telah mengakuisisi Axis ini memilih Lombok untuk uji jaringan 4G pertama di Indonesia. Alasannya, terdapat lebih dari 85 persen pelanggan XL di daerah tersebut. Dengan jatah kanal 22,5 MHz di spektrum 1.800 MHz yang dimilikinya – setelah mengakuisisi Axis tahun lalu – XL memilih Lombok untuk uji jaringan 4G pertamanya di Indonesia. Alasannya sederhana, Lombok adalah kota XL, dengan lebih dari 85 persen penduduknya menjadi pelanggan operator tersebut.
Tri Indonesia
Memilih akhir tahun sebagai waktu komersialisasi layanan 4G LTE-nya, Hutchison 3 Indonesia memegang kanal seluas 10 MHz di frekuensi 1.800 MHz. Dari total kanal tersebut, setengahnya atau 5 MHz akan dialokasikan untuk implementasi 4G LTE.
Secara teori, dengan lebar 5 MHz yang dialokasikannya, pengguna bisa merasakan kecepatan download 36 Mbps dan upload 8 Mbps. Namun kecepatan asli yang diterima pengguna bisa saja bervariasi tergantung dari perangkat dan situs jaringan 4G LTE itu. Saat ini, Tri masih enggan untuk menyebutkan daerah mana saja yang akan merasakan layanan 4G LTE mereka. Tri mengaku masih menghitung-hitung harga yang terjangkau untuk jaringan 4G ini.
Smartfren
Meski agak tertinggal dibanding tiga operator GSM, yakni Telkomsel, XL, dan Indosat, yang telah lebih dulu mengkomersialkan layanan LTE mereka, namun Smartfren tampak percaya diri dengan teknologi 4G LTE-A yang diusungnya. Pasalnya, tak seperti 4G LTE yang hanya mampu menghasilkan kecepatan hingga 150 Mbps, LTE-A disebut-sebut bisa menawarkan kecepatan hingga 300 Mbps.
Selain itu, frekuensi untuk layanan Internet bergerak milik Smartfren Telecom pun berjalan di dua frekuensi berbeda, 2.300 Mhz dan 850 MHz. Pada frekuensi 2.300 MHz, Smartfren mempunyai sumber daya pita seluas 30 MHz, sementara di frekuensi 850 MHz ada pita seluas 10 MHz.
Di mana kita bisa mendapatkan jaringan 4G LTE?
Saat ini, 6 kota besar seperti Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar, tercatat telah menikmati jaringan 4G LTE dari Telkomsel. Sementara Indosat, dengan program layanan Super 4G-LTE-nya telah berhasil mengunjungi Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali dan Balikpapan. Kota lain di Kalimantan disebut-sebut akan menyusul setelahnya.
Tak jauh berbeda dengan kedua rekannya, XL dengan lebih dari 200 BTS 4G yang dimilikinya tak hanya menjangkau sejumlah area di kota kesayangannya, Lombok, XL juga berencana untuk mengoperasikan layanan 4G LTE 1.800 MHz mereka di Bandung, Surabaya, Denpasar, dan Jakarta. Itu belum termasuk beberapa kota yang sudah menggunakan frekuensi 900 MHz seperti Medan, Bogor, dan Yogyakarta.
Smartfren memilih kota Batam sebagai daerah pertama pengujian jaringan 4G miliknya. Kota tersebut dipilih karena sebelumnya Smartfren telah mempersiapkan perangkat smartphone 4G untuk pasar Sumatera terlebih dahulu.
Apa yang dibutuhkan untuk menikmati 4G?
4G LTE tahap dua telah resmi disahkan di Indonesia. Itu artinya, hanya tinggal menunggu waktu hingga Anda benar-benar bisa menikmati internet cepat ala teknologi generasi keempat. Tapi tentu saja, ada hal-hal tertentu yang harus Anda penuhi untuk mewujudkan itu. Sebuah ekosistem yang memungkinkan kita menikmati layanan 4G secara optimal.
Ya, Anda akan membutuhkan smartphone baru di sini. Jadi, kecuali Anda memiliki iPhone 6, Sony Xperia Z LTE atau smartphone lainnya yang memiliki kemampuan 4G, smartphone yang Anda miliki sekarang tidak akan bekerja di jaringan 4G.
Lalu bagaimana jika di spesifikasi smartphone Anda tertulis 4G, apakah otomatis bisa beroperasi di jaringan 4G operator seluler tanah air? Belum tentu juga, karena smartphone 4G Anda bisa jadi tidak mendukung frekuensi yang sama dengan jaringan operator 4G operator seluler di Indonesia.
Untuk itu, pastikan untuk mengecek frekuensi yang di-support oleh smartphone 4G Anda. Misal, support dual band, 2100 MHz dan 1800 MHz. Atau support Tri-band, 2100 MHz, 1800 dan 900 MHz.
Di bawah ini adalah beberapa dari smartphone yang jaringan 4G di Indonesia:
- Samsung Galaxy S5, Samsung Galaxy Alpha, Samsung Galaxy Tab S 8.4, Samsung Galaxy Tab S 10.5, Samsung Galaxy S6, Samsung Galaxy S6 Edge
- LG G3, LG G2, LG Nexus 5, LG G Pad, LG G Flex, LG G Pro, LG G4
- Sony Xperia Z3, Sony Xperia Z3 Compact, Sony Xperia Z3 Tablet, Sony Xperia M2 Aqua, Sony Xperia Z2, Sony Xperia Z1, Sony Xperia T3, Sony Xperia T2 Ultra, Sony Xperia M4 Aqua, Sony Xperia C3
- HTC One M8
- Huawei Ascend Mate 7, Huawei Ascend P7, Huwei Honor 6
- Lumia 820, Lumia 920, Lumia 930, Lumia 1520, Lumia 640, Lumia 1020, Lumia 1320
- Oppo N1 Mini, Oppo Find 7, Oppo Find 7a, Oppo N3, Oppo R5
- Apple iPhone 5, Apple iPhone 5S, Apple iPhone 5C, Apple iPhone 6, Apple iPhone 6 Plus
- BlackBerry Z10, BlackBerry Q5, BlackBerry Q10, BlackBerry Passport, BlackBerry Classic
- Xiaomi Redmi 2, Xiaomi Mi4i
- Lenovo K910, Lenovo K92, Lenovo Vibe X2
- Wiko Ridge Fab 4G, Wiko Highway 4G, Wiko Pure 4G
- Acer Liquid Z410, Acer Liquid X1
- Bolt Powerphone E1, Polytron Zap 5, Sharp AQUOS Crstal, Asus ZenFone 2
Kartu SIM
Jika Anda berpikir bahwa smartphone adalah satu-satunya hal yang akan Anda butuhkan untuk bisa menikmati koneksi internet cepat ala 4G, Anda salah. Pasalnya, teknologi ini tak hanya membutuhkan smartphone yang bisa mendukung jaringannya, tetapi juga kartu SIM. Anda harus menggantinya dengan yang sesuai.
Bolt sebagai provider baru di tanah air menyediakan kartu SIM khusus yang hanya berlaku untuk modem dan smartphone khusus dari Bolt. Sementara XL, selain mewajibkan para pelanggannya untuk mengganti kartu SIM, juga mewajibkan pelanggannya untuk menggunakan paket data khusus 4G.
Telkomsel lain lagi, untuk bisa menikmati koneksi operator ini konon ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Pertama, kartu yang bisa ditukarkan adalah kartu yang berdomisili di Jakarta dan Bali. Kedua, pastikan Anda telah teregistrasi dengan identitas yang benar pada kartu Telkomsel yang sedang digunakan, karena saat penukaran kartu pihak Telkomsel akan memeriksa kesesuaian data yang Anda daftarkan dengan data KTP/SIM. Ketiga, pastikan smartphone yang Anda miliki mendukung teknologi 4G LTE, karena apabila tidak, smartphone Anda tidak akan mendapat sinyal sama sekali. Meskipun tidak ada jaminan bahwa setelah smartphone Anda mendukung 4G LTE akan mendapat koneksi 100 persen.