Telko.id – Satelit Nusantara Satu adalah satelit broadband pertama Indonesia. Di buat oleh oleh Space System Loral (SSL), Amerika Serikat dan pada Februari 2019 sudah sukses diluncurkan menggunakan roket peluncur Falcon-9 dari perusahaan Space-X. Kini, satelit Nusantara Satu sudah berada di orbitnya yakni di atas Papua dan siap melayani kebutuhan internet masyarakat Indonesia terutama daerag 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
Satelit Nusantara Satu (PSN VI) yang merupakan milik Pasifik Satelit Nusantara (PSN) adalah satelit komunikasi geo stasioner (GEO) Indonesia yang dimiliki oleh Pasifik Satelit Nusantara (PSN). Satelit ini ditempatkan pada posisi di atas equator pada 146 BT dan bergerak bersamaan dengan rotasi bumi.
Satelit Nusantara Satu merupakan Satelit Broadband pertama Indonesia yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar untuk memberikan layanan akses broadband ke seluruh wilayah Indonesia.
Satelit yang nilai sekitar US$ 230 juta ini memiliki kapasitas 26 transponder C-band dan 12 transponder Extended C-band serta 8 spot beam Ku-band dengan total kapasitas bandwidth mencapai 15 Gbps, dengan area cakupan (coverage) hingga ke seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Adi Rahman Adiwoso, Direktur Utama Pasifik SN, kondisi terakhir Satelit Nusantara Satu dinyatakan dalam performa terbaiknya karena seluruh spesifikasi teknis terpenuhi sesuai dengan rancangan dan harapan.
“Satelit Nusantara Satu telah mengemban tugasnya dengan baik hingga saat ini dan siap beroperasi agar dapat memberikan akses internet yang merata kepada seluruh masyarakat Indonesia,” ungkap Adi dalam acara Syukuran Peluncuran Nusantara di Jakarta, Senin (1/4/2019).
Satelit ini memiliki kapasitas 15Gbps, tiga kali lebih besar dibandingkan satelit konvensional yang saat ini ada. Dan harapannya dapat melayani kebutuhan internet di 25.000 desa yang tidak memiliki koneksi komunikasi internet yang memadai.
Terkait rangkaian IOT yang dijalani Satelit Nusantara, satelit asal Indonesia ini sudah memulainya sejak 8 Maret dan dijalankan melalui Payload/Transponder IOT di Cikarang, Jawa Barat.
Selain itu, Nusantara Satu juga sudah melewati Bus IOT di Mission Control Center (MCC) Palo Alto dari SSL. Sedangkan untuk Satellite Control Facility (SCF) terkonsentrasi di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Pengendalian satelit, kata Adi, sejak meluncur hingga sampai ke orbit, Nusantara Satu masih dikendalikan oleh MCC Palo Alto milik SSL, namun tetap di bawah pengawasan SCF Jatiluhur.
Namun setelah serangkaian tes pada satelit berjalan lancar dan proses administrasi diselesaikan, SSL pun akan menyerahkan kepada PSN selambat-lambatnya pada 1 April ini.
“Semua yang di bawah kendali kami seperti pusat monitor jaringan di Cikarang dan SCF Jatiluhur sudah siap beroperasi sejak 2 November tahun lalu. Kami bersyukur peluncuran satelit hingga mencapai orbitnya dan pelaksanaan seluruh proses mulai dari persiapan, peluncuran, perjalanan menuju orbit hingga serangkaian pengujian teknis telah dilakukan dengan baik,” pungkas Adi.
Uniknya, sebelum diorbitkan pun, Satelit Nusantara Satu ini, 70% kapasitas nya sudah ada yang menyewa. Ya, yang sewa pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
Langkah ini diambil karena pemerintah memang ingin menghubungkan semua wilayah Indonesia dengan internet. Dan, untuk itulah, layanan yang bisa digunakan selain dengan Palapa Ring adalah melalui satelit.
Rencananya, Satelit Nusantara Satu ini akan disewa selama lima tahun, sambil menunggu rencana BAKTI yang pada 2022 akan meluncurkan satelit Multifungsi dengan teknologi high-throughput satellite (HTS) atau satelit dengan karakteristik internet berkecepatan tinggi.
“Pemerintah (BAKTI) bikin tender namanya list capacity, dan kami salah satu pemenangnya dari lima provider satelit yang ada. Saat ini sedang dalam proses finalisasi kontrak,” ungkap Adiwoso beberapa waktu lalu di Jakarta.
“Selain BAKTI, ada beberapa UMKM, pengusaha internet cafe, operator telekomunikasi, dan beberapa perusahaan yang bakal menggunakan layanan Satelit Nusantara Satu,” terang Adiwoso.
Untuk menggunakan layanan satelit ini, pengguna individu bisa membeli VSAT atau stasiun penerima sinyal seharga USD 500. Nantinya biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 100.000 per 1 GB atau Rp 3.500 per 300 MB.
Satelit Nusantara Satu yang semula disebut Satelit PSN VI ini merupakan satelit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi HTS dan teknologi Next Generation Electric Propulsion.
Adiwoso menjelaskan, teknologi HTS tersebut akan memberikan layanan internet broadband dengan kapasitas jauh lebih besar dibandingkan dengan satelit konvensional yang saat ini ada di Indonesia, sementara Electric Propulsionmembuat satelit menjadi cost effective dan efisien karena berat satelitnya menjadi sangat ringan dan tentunya menjadikan biaya investasi lebih terjangkau. (Icha)