Telko.id – Menyusul boikot terkoordinasi yang dilakukan oleh tiga operator seluler di negaranya, Senegal minggu ini akhirnya memutuskan untuk mengundang pendatang baru guna berpartisipasi dalam lelang 4G.
Regulator yang berwenang untuk telekomunikasi dan pos (ARTP) di negara itu meluncurkan proses tender 4G pada bulan November lalu. Saat itu, tender ini hanya terbuka untuk pemegang lisensi yang ada, yakni Orange, Tigo, dan Expresso.
Frekuensi di pita 800 MHz, 700 MHz, dan 1800 MHz tersedia untuk diperebutkan, dan ARTP menetapkan harga terendah 30 miliar franc (€ 45.7 juta) untuk lisensi selama 20 tahun. Pihak yang berkepentingan memiliki waktu sampai hari Senin untuk menyerahkan aplikasinya.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, pengawas mengungkapkan bahwa ia menerima surat pada bulan Desember yang ditandatangani oleh Orange, Tigo dan Expresso, melaporkan “kekhawatiran mereka atas harga terendah lisensi,” namun mengatakan bahwa mereka tidak menerima permintaan resmi untuk memundurkan batas waktu pendaftaran. Alhasil, ARTP pun menyebut ketiga operator bersangkutan tidak tertarik untuk mengikuti tender.
“Hari ini, negara mengakui non-partisipasi kolektif dan terkoordinasi dari operator,” kata ARTP.
Regulator mengatakan bahwa harga terendah spektrum dikembangkan dari patokan harga di lebih dari 20 negara, dengan mempertimbangkan kuantitas dan kualitas frekuensi yang tersedia, populasi, pendapatan dari pasar telekomunikasi Senegal, dan kewajiban cakupan yang melekat pada lisensi 4G.
ARTP mengatakan pihaknya berencana untuk menghidupkan kembali proses lisensi 4G dalam beberapa hari mendatang.
“Ke depannya panggilan untuk mendaftar akan terbuka untuk pendatang baru, [dan] operator telekomunikasi internasional, yang tertarik dalam pengembangan telepon dan internet mobile di Senegal,” pungkas ARTP.