Telko.id – ATSI mengkritisi kehadiran Starlink boleh dibilang sangat mulus ke Indonesia, tidak banyak ini dan itu tetiba sudah diberikan ijin oleh Pemerintah untuk memberikan layanannya. Memang saat ini baru pada tahap kerjasama dengan Telkomsat untuk Backhaul dan untuk layanan corporate.
Namun kedepan, layanan satelit milik Elon Musk ini bakal memberikan layanan Direct to Cell, langsung pada masyarakat Indonesia. Ini bakal membuat industri telekomunikasi Indonesia pun akan terganggu.
Tentu ini membuat operator juga gundah gulana. Pasalnya, operator seluler sudah merasa melakukan investasi banyak, bahkan setiap tahunnya harus membayar regulator charging yang begitu besar pada negara.
Tapi layanan satelit LEO (Low Earth Orbit) ini dikabarkan hanya dikenakan Ijin Stasiun Radio yang notabene, ijin ini cocok nya untuk layanan satelit GEO yang memiliki satu satelit untuk coverage yang luas.
Baca juga : Starlink Masuk, Proses Merger Smartfren dan XL Axiata Jalan teruss!
Sedangkan satelit LEO, terutama Starlink, di atas Indonesia saja kini sudah ada satelit yang jumlah nya ratusan. Ini yang menjadi perhatian dari ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia) mengingat setiap teknologi harus ada aturan dan ijin tersendiri.
“Kita pengin itu diatur. Izin dia Jartup dan Vsat dan ISP, kok bisa masuk direct-to-cell? ini harus diatur kita minta diatur,” kata Sekjen ATSI Marwan O Baasir, Senin (10/6/2024).
Dia mengingatkan harus ada konsultasi publik saat membuat sebuah aturan. Semua pihak yang terlibat harus memberikan tanggapannya terkait hal tersebut.
“Kalau bikin aturan harus ada public consultation, setelah itu tanggapan semua pihak. Ini kan industri ratusan triliun bukan industri yang ecek-ecek dibangun puluhan tahun,” ungkap dia.
Sebagai informasi Direct-to-Cell memungkinkan pengguna bisa melakukan layanan langsung di HP. Mulai dari berkirim pesan, telepon, hingga berselancar internet.
Elon Musk, bos SpaceX yang memiliki layanan Starlink, menjelaskan Direct-to-Cell menyediakan konektivitas di lokasi manapun di Bumi. Dukungan bandwidth hanya 7 mb per pancaran sinyal.
Perangkat dengan dukungan jaringan 4G LTE bisa langsung terhubung Direct-to-Cell. Pengguna juga tak perlu menambahkan aksesoris tambahan, firmware, atau aplikasi khusus.
“Direct-to-Cell bisa bekerja dengan HP LTE yang ada saat ini di mana saja Anda bisa melihat langit,” tulis informasi di website resmi SpaceX.
Musk berusaha menenangkan pemain seluler jika layanannya bukan untuk mengalahkan mereka. Menurutnya Direct-to-Cell tak akan mampu bersaing dengan operator.
“Jadi walaupun ini adalah solusi luar biasa untuk lokasi tanpa konektivitas seluler, [Direct-to-Cell] tidak akan mampu bersaing dengan jaringan seluler terestrial yang sudah ada,” kata Musk.
ATSI sendiri mengusulkan, salah satunya adalah Starlink itu diberikan Ijin Pita Frekuensi Radio. Di mana, setiap satelit Leo milik Elon Musk itu, kena biaya.
“Seharusnya ijin yang diberikan adalah ijin pita Frekuensi Radio bukan Ijin Stasiun Radio,” ujar Marwan menambahkan.
“Selain itu juga masalah TKDN, dulu kita akan gelar 4G, pemerintah bisa tuh minta kita untuk semua peralatan disesuaikan dengan peraturn TKDN. Sekarang juga dong,” ujar Marwan.
Lalu, masalah kualitas service. Ini juga perlu perhatian. Ya, sekarang layanannya masih bagus karena penggunanya belum banyak. Bagaimana nanti kalau sudah banyak.
“Kita di operator ada standar kualitas layanan, plus ada juga kewajiban pembangunan dan itu semua perlu effort, bukan hanya tenaga tetapi juga investasi lho!,” sahut Marwan. (Icha)