Telko.id – Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia khususnya operator seluler tengah menyambut tren Internet Of Things (IOT) serta digitalisasi di Indonesia.
Hal ini tak lepas dari penggunaan teknologi Network Function Virtualization (NFV) untuk membantu kinerja pelayanan setiap operator dalam negeri.
ZTE sendiri sebagai vendor telekomunikasi telah menyajikan solusi NFV untuk membantu para operator Tanah Air dalam menjawab peluang di era IOT sekaligus untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para pelanggan.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima oleh tim Telko.id (13/8), ZTE memprediksi ada tiga hal penting yang akan hadir sebagai cakupan dari peningkatan konsumsi mobile broadband.
Pertama, peningkatan konsumsi internet para individu secara mobile akan membuat pengguna internet mobile mengambil alih para pengguna tetap menjadi pengguna utama dari internet.
Kedua, peningkatan konsumsi intranet para perusahaan secara mobile akan membuat Bring Your Own Device (BYOD) menjadi popular seiring peningkatan skala pengembangan LTE.
Ketiga, berkembangnya komunikasi data dari person-to-person menjadi perso
“ZTE percaya bahwa kunci dari pengembangan jaringan telekomunikasi adalah mampu mengkonstruksikan lapisan jaringan secara horizontal, yang dapat mendukung kontrol yang terintegrasi dan manajemen yang selaras dengan memperkenalkan arsitektur Network Function Virtualization (NFV). Virtualisasi jaringan akan membuat jaringan yang dimiliki operator menjadi lebih cekatan, lebih terpercaya dan efisien,” kata Mo Li selaku Chief Architect dari ZTE CTO Group.
NFV sendiri merupakan bentuk migrasi peralatan telekomunikasi dari platform berdedikasi yang sudah ada menjadi server Commercial Off-The-Shelf (COTS). Jaringan telekomunikasi pada umumnya menggunakan perangkat keras dalam jumlah banyak, seperti router data jaringan, perangkat core network, dan server berperforma tinggi.
Saat beberapa peralatan ini tidak berinteraksi dengan baik, hal ini akan menyebabkan penurunan signifikan dalam efisiensi performa, juga biaya konstruksi yang tinggi bagi para operator telekomunikasi. Hasilnya, beberapa perangkat keras ini tidak dapat digunakan dalam beberapa pelayanan yang berbeda. Dengan demikian para operator membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengembangkan layanan yang baru. Lebih lagi, biaya operasional dan pemeliharaan akan meningkat dan menghamburkan energi dalam jumlah besar.
ZTE menjelaskan, Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara yang rawan bencana alam, NFV memiliki manfaat besar di mana para provider telekomunikasi tidak perlu mendatangkan back-up network dari luar apabila terjadi bencana karena selama jaringan tersedia, maka data dan aplikasinya masih tetap dapat diakses dari data center yang terletak di beberapa lokasi.
ZTE juga memprediksi bahwa selama beberapa tahun ke depan, level dari mobile traffic secara bertahap akan melebihi pesan suara/SMS dan akan menjadi sumber pendapatan utama bagi para operator telekomunikasi, membawa kinerja telekomunikasi memasuki tingkat pengembangan layanan digital.
Sekadar informasi, ZTE telah meneliti teknologi NFV sejak tahun 2012 dan selama bertahun–tahun, ZTE telah menciptakan langkah besar ke depan dalam mengembangkan solusi NFV dengan performa tinggi dan terpercaya, yang sesuai dengan kebutuhan bisnis telekomunikasi.
Dengan performa carrier-class, solusi NFV milik ZTE mendukung teknologi terbuka dan pemrograman aliran. Bahkan, pada tahun 2015 ZTE ditunjuk sebagai kontraktur tunggal dalam menyediakan solusi E2E berbasis NFV untuk platform RCS milik China Mobile. Platform tersebut nantinya akan menjadi platform RCS berbasis NFV terbesar di dunia yang mendukung penerapan jaringan dan peningkatan kapasitas yang lebih elastis, aman, dan stabil.