Telko.id – Dalam tiga tahun ke depan, Telkomtelstra optimis revenuenya bakal meningkat signifikan. Hal ini didorong oleh kemitraannya dengan Microsoft sebagai penyedia Hybrid Cloud pertama di Indonesia.
Pasalnya, dengan keberadaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik sudah berlangsung selama dua tahun. Regulasi yang merupakan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mengatur tentang kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang menyelenggarakan pelayanan publik maupun non pelayanan publik.
Di mana, salah satu kewajiban PSE adalah menempatkan Data Center dan Disaster Recovery Center (DRC) di Indonesia. Kebijakan pemerintah ini diantaranya bertujuan untuk melindungi kepentingan negara dan WNI serta implementasi Pasal 40 ayat (2) UU ITE tentang peranan pemerintah dalam melindungi kepentingan umum dari penyalahgunaan informasi elektronik dan transaksi elektronik.
Banyak perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia mencari Telkomtelstra. “Kami dicari oleh banyak perusahaan asing terutama dari industry perbankan dan perminyakan untuk memenuhi peraturan pemerintah tersebut,” ujar Ernest Vincent Hutagalung, Chief Financial Officer telkomtelstra dalam acara Telkomtelstra Digital Summit 2017 – Technology Innovation for Tomorrow’s Business di Jakarta.
Apalagi, dengan menggunakan Hybrid Cloud Microsoft, perusahaan asing dapat menyimpan data-data di server yang berada di Indonesia, tetapi untuk aplikasi yang berat-berat dapat menggunakan server Microsoft yang berada di luar atau di kantor pusat nya masing-masing. Dengan demikian, jadi lebih murah dan terkendali.
“Selain itu, dengan adanya Hybrid Cloud Microsoft ini, Telkomtelstra juga menjadi lebih dipercaya oleh pelanggannya terutama yang ingin melakukan transformasi digital. Di mana dengan menggunakan fasilitas tersebut, yang dulunya, server masuk dalam Capital expenditures (CAPEX) searang dapat dimasukan dalam Operating Expenses (OPEX) yang dapat membuat perusahaan juga lebih efisien,” kata David Gee, Director of Operations – COO Telkomtelstra menjelaskan.
Untuk memastikan layanan cloud yang baik, telkomtelstra juga mengintegrasikan jasa-jasa lain seperti: aplikasi business productivity, layanan jaringan, layanan keamanan, dan layanan profesional.”
Setidaknya, kenaikan revenue yang signifikan, menurut Ernest bisa mencapai 30%. Walaupun tidak dapat dipungkiri, layanan Telkomtelstra lain juga akan tetap meningkat, seperti produk, jasa, dan solusi (Managed Network Services, Integrated Service Management and Professional Services) dan juga managed cloud, unified communications dan integrated suite dari Managed Security Products.
Selain itu, telkomtelstra juga mengajak para pengembang aplikasi Indonesia untuk menggunakan platform Microsoft Azure melalui Indonesia Application Challenge (IAC) dengan memanfaatkan platform Microsoft Azure. Telkomtelstra menyelenggarakan IAC untuk mengajak para pengembang aplikasi di Indonesia untuk memperlihatkan kreativitas mereka dalam mengembangkan aplikasi-aplikasi menggunakan platform Microsoft Azure dan API telkomtelstra untuk menangani tantangan-tantangan di dunia nyata.
IAC memiliki tujuan untuk menggairahkan komunitas pencipta perangkat lunak di Indonesia untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi unik bagi pelanggan telkomtelstra. Kegiatan ini juga menunjukkan kesiapan telkomtelstra untuk mendukung pelaku bisnis, khususnya pengembang aplikasi.
International Data Corporation (IDC) Indonesia melaporkan bahwa anggaran belanja negara untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan meningkat 16% atau setara dengan Rp394 triliun (US$ 29.5 milyar) pada tahun 2020, dari prediksi pada tahun 2017 sebesar Rp339 triliun (US$25.4 milyar). Meskipun hardware dan devices masih mendominasi belanja TIK Indonesia, IDC juga melihat perubahan perilaku perusahaan yang akan membuat layanan TIK menjadi salah satu komponen utama pertumbuhan di tahun 2020. Sedangkan belanja layanan TIK juga diprediksi akan meningkat 61.1% pada tahun 2020 menjadi Rp29 triliun (US$2.2 milyar) dari perkiraan Rp18 triliun (US$1.3 milyar) pada tahun 2017.
“Perubahan ranah kompetisi mengharuskan penyesuaian usaha di berbagai sektor dan investasi pada transformasi digital untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, mendorong efisiensi operasional, serta mengoptimalkan tenaga kerja dari perusahaan-perusahaan di Indonesia,” lanjut David Gee.
Hal yang terpenting, untuk menghadapi tantangan-tantangan beragam di era digital, telkomtelstra menekankan rencana penyediaan solusi keamanan berkinerja tinggi yang dirancang untuk memberikan pelanggan ketenangan dalam menghadapi berbagai ancaman siber, sehingga dapat lebih fokus dan percaya diri dalam bersaing di era digital. (Icha)