Telko.id – Advan yang belum lama ini melakukan riset bersama dengan lembaga riset MARS telah merampungkan riset mereka terkait pilihan smartphone unggulan yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia.
Hasnul Suhaimi, selaku kepala project dari riset tersebut menjelaskan, “saat ini masyarakat lebih melihat kualitas, kalau kualitas bagus, maka Brand akan ikut menyusul. Tantangan kita adalah dengan permintaan yang tinggi ini sanggupkah kita menyediakan handset dengan harga yang cocok,” ujarnya pada saat jumpa media di Jakarta (6/5).
Bekerjasa dengan Samsung dan Mediatek, Advan nampaknya akan menggunakan kualitas kamera serta prosesor yang mumpuni besutan dua vendor raksasa ini.
Pada kesempatan yang sama, MARS selaku lembaga riset yang dipilih oleh Advan untuk project ini memaparkan bahwa hasil riset yang meliputi 209 responden di Jakarta dan sekitarnya ini menghadirkan beberapa hasil seperti, daya tahan baterai yang mumpuni, kapasitas RAM dan memori internal yang lega, kamera yang mendukung serta kemampuan prosesor yang mumpuni dan tambahan fitur fast charging.
Riset tersebut juga menjelaskan, sekitar 31% responden mencari smartphone untuk mendapatkan sesuatu yang baru, dan 80% pengguna mengganti smartphone mereka dalam kurun waktu dua tahun.
Lebih dalam, sekitar 86% responden lebih menginginkan OS Android, dengan 50% responden menginginkan RAM sebesar 2 GB. Sementara untuk kecepatan prosesor, sekitar 50 persen pengguna lebih menyukai smartphone dengan kecepatan 2GHz. Hasil mengejutkan terjadi pada sisi konektivitas, dengan konektivitas 4G tidak terlalu diinginkan oleh responden dan hanya 1 persen saja dari responden yang menginginkan hadirnya konektivitas 4G. Meskipun konektivitas 4G hanya 1 persen saja, namun Advan tetap akan menghadirkan layanan 4G pada smartphone terbaru mereka.
Berbicara mengenai Brand, lebih dari 50% responden menyukai brand asal Indonesia, dengan branding dan desain yang lebih Indonesia. Responden juga menginginkan aplikasi lokal sudah tertanam pada smartphone.
Secara keseluruhan, beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti daya tahan baterai, Operating System (OS), resolusi kamera (8 MP untuk belakang dan 5 MP untuk depan), sensitivitas layar serta kapasitas memori menjadi fokus dari pengembangan ini dengan diharapkan beberapa aspek tadi bisa hadir dengan spesifikasi mumpuni namun tetap memiliki harga yang bersahabat.
Andi Gusena, Brand Director Advan mengaku bahwa mereka juga melakukan riset secara internal mengenai smartphone unggulan yang harus dihadirkan oleh Advan.
“Selain riset dari MARS, kami juga sudah melakukan internal research, dengan mencoba melihat fitur-fitur yang tidak terlalu diperlukan oleh pengguna untuk tidak dibenamkan kedalam smartphone Advan agar bisa memotong cost, Advan juga akan berfokus pada kualitas dan user experience dari para pengguna,”
Andi juga tidak tanggung-tanggung untuk memperkenalkan nama dari smartphone yang digadang-gadang akan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia ini dan nama Smartphone ini adalah Advan Gold 1(G1).
Andi menuturkan, nantinya Advan G1 akan menggunakan Megapiksel kamera yang tidak terlalu besar namun optimal layaknya Iphone serta kemudahan untuk selfie, berbahan metal, full Unibody, finger print, speaker berbahan metal agar menghasilkan suara yang berkualitas, Advan juga akan menggunakan desain yang lebih Indonesia pada User Interface mereka.
Disinggung mengenai harga dan ketersediaan, Andi mengungkapkan bahwa smartphone ini rencananya akan dibanderol dengan harga 2 juta rupiah. Namun, untuk ketersediaan di market, Andi belum bisa memastikan kapan smartphone anyar ini akan selesai dibuat. Pasalnya, mereka harus menunggu kesiapan dari MediaTek sekaligus Samsung sebagai pemasok komponen.
Pajak Komponen Berpotensi Jadi Kendala
Peraturan TKDN yang diberlakukan oleh pemerintah memang cukup menjadi kendala dari setiap vendor smartphone untuk bermanuver di pasar Indonesia. Aturan TKDN juga memaksa para vendor smartphone khususnya 4G untuk setidaknya merakit smartphone mereka di Indonesia, sedangkan komponen-komponen inti masih belum tersedia disini. Selain harus impor, komponen tersebut nyatanya juga dibebankan pajak komponen. Sedangkan, untuk vendor yang mengimpor langsung produk smartphone tanpa perlu merakit disini tidak dikenakan pajak. Hal inilah yang tentu cukup menyulitkan para vendor yang ingin menaati peraturan TKDN.
Mengenai hal ini, Hasnul mengungkapkan bahwa itu merupakan sebuah tantangan lain bagi Advan. Ia mengunkapkan, “salah satu strategi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menghadirkan smartphone yang dari segi spek tidak terlalu maksimum, tapi cukup optimal sehingga bisa menekan jumlah tax yang timbul,” ujar Hasnul pada sesi doorstep.
Dengan vendor smartphone yang dituntut untuk memenuhi TKDN, akan lebih baik jika pajak komponen ikut dihapuskan, karena pajak ini akan menyulitkan para vendor untuk memenuhi TKDN, minimal untuk merakit smartphone di Indonesia.