Telko.id – Dengan adanya program pemerintah untuk menggelar broadband seluruh Indonesia, maka ekosistem pun harus mendukung. Ekosistem ini adalah DNA atau Device, Network dan Aplikasi. Dari sisi device, tentu peran serta dari produsen smartphone menjadi penting. Namun, ternyata untuk bisa menyediakan smartphone berbasis broadband, minimal 3G dan 4G, yang berharga dibawah Rp.1 juta bukan persoalan mudah.
Untuk smartphone 3G dibawah Rp.1 juta sedikit lebih mudah. Bahkan dipasar, sudah mulai banyak beredar. Namun, untuk smartphone 4G menjadi persoalan sendiri. Ditambah ada aturan diawal 2017 nanti harus memenuhi peraturan pemerintah tentang TKDN atau tingkat kandungan dalam negeri menjadi persoalan sendiri.
“Kami akan selalu coba untuk komplai dengan peraturan pemerintah. Namun, untuk saat ini, ekosistem untuk bisa memproduksi smartphone 4G dibawah Rp.1 juta masih sangat sulit karena masih banyak komponen yang belum tersedia di Indonesia, walaupun kami sudah bekerjasama untuk memproduksi produk di dalam negeri,” ujar Aryo Meidianto, Media Engagement, Indonesia Oppo Electronics menjelaskan usai peluncuran terbarunya Oppo F1 Plus.
Aryo juga mengaku bahwa saat ini Oppo baru dapat memenuhi TKDN 20% saja. Untuk lebih dari itu masih sulit. Ditambah lagi, untuk mencari perusahaan yang ahli dibidang software, terutama yang ‘jago’ di operating system Android masih sulit. Kebanyakan, masih bermain di aplikasi. Walau begitu, terus menjajaki berbagai kemungkinan bermitra untuk memperkaya TKDN produknya.
Saat ini, Oppo mengklaim sudah menguasai pangsa pasar Indonesia, khusus untuk smartphone diangka 8.8% pada 2015. Dan akan ditingkatkan pada tahun 2016 ini menjadi dua kali lipatnya. Sedangkan, untuk produksi di dalam negeri, Oppo baru bisa mencapai 150 ribu unit setiap bulannya atau sekitar 1,8 juta unit setahun. Padahal, kapasitas produksi pabrik Oppo, diakui oleh Aryo mencapai 500 ribu unit. Jika pun sudah sampai pada angka produksi 500 ribu unit, Oppo yakin bahwa dapat diserap oleh pasar Indonesia. (Icha)