Jakarta – Sementara Indonesia masih berada dalam tahap inisiasi serta perkenalan kepada publik dan pemangku kepentingan terkait, beberapa negara di Asia Tenggara – Singapura, Malaysia dan Thailand, telah lebih dulu mengaplikasikan teknologi small cell. Dan secara tidak langsung menjadi pasar baru bagi penyedia layanan. Nokia Networks salah satunya, yang belum lama ini berhasil merampungkan small cell berkemampuan 1 Gbps pertamanya dan meluncurkan layanan baru yang dirancang untuk mengoptimalkan penyebaran small cell tersebut.
Diberi nama Flexi Zone G2, small cell baru perusahaan asal Finlandia itu konon memungkinkan operator untuk menggabungkan sampai tiga gelombang radio sekaligus. Tiga slot modul frekuensi radio (RF) yang ada di sini artinya operator dapat menggabungkan frekuensi LTE berlisensi, LTE tanpa lisensi (LTE-U), dan WiFi. Demikian dilaporkan Total Telecom, Kamis (17/9).
Selain itu, Nokia juga memperkenalkan layanan baru yang diklaim akan membantu perusahaan telekomunikasi untuk menggelar small cell 30% lebih cepat, dengan biaya 20% lebih rendah, dan melayani pelanggan 10% lebih dibandingkan dengan penggelaran small cell ‘standar’.
Disebut HetNet Engine Room, layanan ini menggunakan peta permukaan jalan 3D untuk dijadikan sumber tanda untuk setiap kemungkinan lokasi small cell. Tanda ini, yang disebut Nokia ‘indeks nilai situs’, menunjukkan kemungkinan laba atas investasi (ROI) pada penyebaran small cell di lokasi tertentu.
“Menyebarkan small cell di salah satu sisi jalan menelan biaya sepuluh kali lebih besar dibanding di lokasi yang hanya beberapa meter di sisi jalan lain,” kata Randy Cox, Head of Small cell Product Nokia Networks. “Kami membawa pendekatan baru yang memungkinkan para operator untuk memilih situs terbaik dan kemudian menyebarkan small cell dan backhaul-nya dengan cepat dan dengan biaya yang jauh lebih rendah.”