Telko.id – Memasuki era digital memang mengubah tatanan cara berbisnis. Termasuk juga dalam industry keuangan. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengingatkan pentingnya keamanan informasi (security) dalam pengelolaan industri keuangan dan perbankan.
“Segalanya akan runtuh tanpa sekuritas,” katanya dalam Konferensi “Mastercard Asia Pasific Risk Leadership Conference” di Nusa Dua, Bali, Selasa (31/07/2018).
Saat menyampaikan keynote speech, Menteri Rudiantara menekankan, nilai transaksi tanpa uang tunai (cashless) dalam kurun waktu sepuluh tahun (2010 s.d. 2020) diestimasikan tumbuh dua kali lipat di seluruh dunia.
Berdasarkan data, tambahnya, jika pada tahun 2010 transaksi cashless di seluruh dunia mencapai hampir USD 300 Miliar, maka pada tahun 2020 diestimasikan transaksi tersebut mencapai lebih dari USD 700 Miliar.
“Khusus untuk negara-negara berkembang di Asia —termasuk Indonesia– kenaikan itu di tahun 2020 akan mencapai sekitar USD 650 Miliar dolar AS dari sebelumnya di tahun 2010 sebesar USD 250 Miliar,” katanya.
Mengutip sumber UBS 2018, Menkominfo menyebut pertumbuhan untuk transaksi dengan uang non-cash di negara-negara berkembang Asia tumbuh 30 persen pertahun dari tahun 2015 s.d. 2020. Pertumbuhan ini sangat besar atau tiga kali lipat dibanding rata-rata pertumbuhan seluruh negara di dunia yg rata-rata hanya 10 persen atau di bawahnya.
64 Persen Pernah Dijebol Serangan Siber
Isu keamanan teknologi informasi menjadi perhatian penting untuk semua industri yang menggunakan teknologi, terutama industri keuangan.
Menurut Menteri Rudiantara, berdasarkan data yang dipaparkan oleh 2018 Security Report, Check Point, di masa lalu sebanyak 64% lembaga-lembaga keuangan di seluruh dunia pernah dijebol lewat serangan cyber. Termasuk perusahaan-perusahaan juga pernah dijebol. Bahkan menurut sumber tersebut semua bisnis pernah kena jebol lewat cyber mobile.
“Apalagi sebagian besar transaksi keuangan digital berlangsung di negara-negara Emerging Asia yang masih mengalami kerentanan serang siber,” kata Menteri Rudiantara
Menteri Kominfo mengakui saat ini sebagian besar negara Asia mengalami serangan siber.
“Dua minggu lalu di Singapura ada security breach terhadap 1,5 juta data warganya. Tak peduli dimanapun tidak ada garansi tidak ada security breach,” jelasnya seraya menunjukkan beberapa contoh serangan terhadap aplikasi play store.
“Semakin anda terkoneksi dengan jaringan internet, semakin besar pula risiko untuk terkena serangan siber. Itu risiko yang kita hadapi,” tegasnya.
Secara umum serangan lewat digital payment bisa didentifikasi sebagai berikut. Sejak 2009 tidak kurang dari tujuh miliar identitas online berisi data pelanggan telah dicuri. Tentu itu berakibat kerugian para pedagang yang harus membayar fee karena pencurian data para pelanggannya tersebut.
Menteri Rudiantara menekankan pentingnya waspada pada bahaya pencurian online karena fakta menunjukkan telah terjadi peningkatan penipuan dalam transaks (transaction laundering). Di Amerika Serikat misalnya, penjualan lewat transaksi online yang jadi korban pencucian mencapai USD 200 Miliar per tahun. Dari nilai itu USD 6 Miliar diantaranya terjadi dalam bisnis online barang kebutuhan sehari-hari. (Icha)