Telko.id – LG Electronics, raksasa teknologi asal Korea Selatan, baru saja mengumumkan ekspansi besar-besaran fasilitas produksi AC di Indonesia.
Dengan total investasi mencapai Rp374 miliar (USD22 juta), langkah ini bukan sekadar perluasan pabrik, melainkan bukti nyata kepercayaan terhadap potensi ekonomi Indonesia.
Korea Selatan telah lama menjadi salah satu mitra strategis Indonesia di sektor industri, mulai dari elektronik, baja, hingga teknologi. Namun, investasi terbaru LG ini menandai babak baru dalam kolaborasi kedua negara.
Fasilitas seluas 32.000 m² ini akan memproduksi 1,8 juta unit AC pada tahap awal, dengan rencana peningkatan kapasitas hingga dua kali lipat menjadi 3,6 juta unit di tahun berikutnya.
Baca juga : LG HVAC Academy, Siap Tingkatkan Kompetensi Tenaga Ahli Sistem AC Komersial
Lantas, apa implikasi nyata dari proyek ambisius ini bagi perekonomian Indonesia? Mari kita telusuri lebih dalam.
Dampak Langsung: Lapangan Kerja dan Peningkatan Kompetensi
LG tidak hanya membawa mesin-mesin canggih, tetapi juga komitmen untuk memberdayakan tenaga kerja lokal.
Fase awal proyek ini akan menyerap 150 pekerja, dengan rencana penambahan signifikan hingga akhir 2025.
“Yang lebih penting, setiap unit AC yang diproduksi harus memenuhi standar kualitas ketat ala Korea, yang berarti peningkatan kompetensi teknis pekerja Indonesia,” kata Ha Sang-chul – President of LG Electronics Indonesia dalam Inspeksi Perkembangan Pembangunan Pabrik LG AC di Indonesia Bekasi, Rabu (16/5).

Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produk ini mencapai 26,31%, angka yang cukup signifikan untuk industri elektronik. Namun, tantangan besar masih mengintai di balik angka tersebut.
LG sendiri, menargetkan tingkat TKDN pabrik tersebut dapat mencapai lebih dari 40 persen dengan memanfaatkan rantai pasokan lokal secara optimal sesuai kebijakan pemerintah.
Tantangan Rantai Pasok: Ketergantungan pada Impor Komponen
Meski TKDN terlihat menjanjikan, nyatanya Indonesia masih bergantung pada impor komponen utama seperti kompresor AC. Nilai impor kompresor saja diproyeksikan mencapai USD244 juta pada 2024. Pemerintah pun mendorong LG untuk tidak hanya memproduksi unit akhir, tetapi juga mengembangkan produksi komponen utama di dalam negeri.
“Ini bukan sekadar soal angka produksi, melainkan bagaimana kita membangun ekosistem industri yang mandiri,” ujar Faisol Riza, Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia dalam sambutannya.
Peluang Pasar Domestik yang Masih Terbuka Lebar
Menurut Faisol, data terbaru menunjukkan penetrasi AC rumah tangga di Indonesia baru mencapai 7,9%, jauh di bawah potensi kebutuhan 70 juta rumah.
Produksi nasional saat ini hanya 2,5 juta unit, sementara kebutuhan diperkirakan mencapai 4,5 juta unit per tahun. Artinya, masih ada celah besar yang bisa diisi oleh produk dalam negeri.
LG memproyeksikan produksinya akan menyumbang signifikan bagi pasar domestik, dengan target bisa memenuhi kebutuhan 3 juta rumah.
Selain itu, perubahan iklim dan kesadaran akan efisiensi energi menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar AC di tahun-tahun mendatang.
Mendorong Ekspor: Dari ASEAN ke Pasar Global
Menurut Faisol, Indonesia saat ini telah mengekspor AC ke beberapa negara seperti Vietnam, Papua Nugini, Yaman, Timor Leste, dan negara-negara ASEAN lainnya.
Dengan kapasitas produksi baru ini, LG menargetkan bisa meningkatkan ekspor hingga 10 juta unit per tahun.
Memang, angka tersebut masih kecil dibandingkan pasar AC global yang mencapai 2 miliar unit. Namun, langkah ini menjadi batu loncatan penting bagi industri elektronik Indonesia untuk go international.
Investasi LG ini bukan sekadar tentang produksi AC, melainkan sebuah langkah strategis dalam membangun ketahanan industri elektronik nasional.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ancaman perang dagang, penguatan basis produksi dalam negeri menjadi lebih penting dari sebelumnya. (Icha)