Telko.id – Untuk menjaga kedaulatan sebuah Negara, diperlukan telekomunikasi yang tidak mudah disadap oleh Negara lain atau pun kepenting lain. Itu sebabnya, dibutuhkan teknologi telekomunikasi yang dikembangkan dalam negeri menjadi penting. Seperti yang dikembangkan oleh Hariff Daya Tunggal Engineering.
Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, berkesempatan untuk melakukan peninjauan ke warehouse Hariff DTE dan menyatakan bahwa sangat mendukung teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan asal Bandung ini.
“Secepatnya, tahun depan mengaplikasikan nya, karena ini bentar lagi tahun baru. Masih harus terus diuji coba, meski sudah jalan,” sahut Ryamizard Ryacudu menjelaskan.
Jaringan telekomunikasi anti sadap yang dikembangkan oleh Hariff ini disebut dengan Jaringan Aman Mandiri atau JAM. JAM ini adalah jaringan broadband yang berbasis protocol dan enkripsi khusus yang dinamis dengan pengamanan hardware dan software serta didesain secara unik dan mandiri.
“Di lingkungan TNI, JAM dapat digunakan untuk operasi taktis TNI dan komunikasi territorial yang kami sebut dengan Battlefield Management System atau BMS. Perangkat yang kami kembangkan terjamin keamanannya, karena memiliki system enkripsi biatan sendiri dengan jaringan pita lebar yang aman dan mandiri,” ujar Budi Permana, Presiden Direktur Hariff Daya Tunggal Engineering menjelaskan.
Untuk jaringan telekomunikasi yang digunakan oleh JAM ini adalah di frekuensi 3.3 Ghz atau 3300 – 3400 Mhz yang dimiliki oleh Starcomm Solusindo sebagai anak perusahaan dari Hariff. Saat ini, alokasi yang dimiliki oleh Starcomm adalah 11 zona dari 14 zona yang ada di mana itu semua masih menggunakan 12 Mhz. “Kita berharap mendapatkan tambahan dari pemerintah untuk frekuensi ini dan memperoleh 25 Mhz lagi,” ujar Akhmad Sariwijaya, Direktur Utama Starcomm Solusindo menjelaskan.
Saat ini, BMS sudah masuk dalam kurikulum di Pusdikav TNI AD dan sudah diujicoba dengan pemasangan unit control di dalam panser Anoa, Tank Marder, serta MBT milik TNI.
BMS sendiri mampu melakukan komunikasi melalui suara, text bahkan juga video antara pimpinan di pusat dan para anggotanya di lapangan. Serta mampu melakukan identifikasi musuh maupun lawan.
Sebenarnya, JAM ini tidak hanya dapat dilakukan pada militer saja. Tetapi juga dapat dilakukan pada perusahaan komersial yang ingin memiliki komunikasi yang aman dan mandiri. Misalnya, eGov, perbankan atau digunakan untuk pemilu sehingga kemungkinan di hack maupun di sadap menjadi minim.
JAM ini sendiri akan dikembangkan juga untuk handheld yang anti sadap. Di mana untuk masalah sekuriti, Hariff akan memberikan 2 tahap enkripsi. Yang pertama adalah pihak Hariff yang melakukan enkripsi dan ke dua adalah pemilik handheld itu sendiri. Sehingga Hariff sebagai produsen pun tidak bisa menyadap apa yang menjadi bahan pembicaraan, text atau video dari handheld itu sendiri. Masalah penggunaan dari handheld itu menjadi tanggung jawab dari si pengguna. (Icha)