spot_img
Latest Phone

Huawei Watch D2, Bisa Pantau Tekanan Darah 24 Jam

Telko.id - Huawei resmi menghadirkan Huawei Watch D2 di...

Yuk Bikin Galaxy Z Flip6 Jadi Stand Out dengan Flipsuit Case

Telko.id - Huawei resmi memperkenalkan Huawei MatePad Pro 12.2-inch,...

Oppo Pad Air2

Oppo Reno11 Pro (China)

Oppo Reno11 (China)

ARTIKEL TERKAIT

Ekosistem 4G Masih Jauh Dari Ideal

Telko.id – Teknologi 4G LTE memang kini sedang menjadi jualan utama operator telekomunikasi di Indonesia. Maklum, ini teknologi baru dan menawarkan kecepatan akses internet yang jauh lebih baik dibandingkan dengan 3G. Namun, 4G LTE ini akan tumbuh lebih cepat lagi jika ekosistem pendukung juga terbantuk. Sayangnya, ekosistem 4G yang harus dipenuhi yakni Device, Network dan Aplikasi, ternyata sampai saat ini masih belum bisa dibilang ideal.

Network

Dari sisi network, memang operator telekomunikasi sudah berlomba membangun jaringan. Hampir disetiap kota besar sudah dilayani oleh 4G LTE. Masyarakat tinggal pilih saja, operator mana yang sudah aktif layanan 4G LTE nya. Walaupun belum menyeluruh, tetapi sudah mulai merata, khususnya di kota besar. Dengan berjalannya waktu, akan semakin melebar jangkauannya. Artinya, dari sisi network, tidak terlalu banyak masalah. Tinggal beli perangkat, bangun dan jaringan 4G sudah bisa diberikan.

Untuk frekuensi juga tinggal menunggu aturan dari pemerintah saja. Namun, di awal, operator sudah mendapatkan frekuensi di 1800 Mhz yang dapat digunakan untuk melayani pelanggannya.

Device

Yang masih sulit untuk dibentuk ekosistemnya adalah dari sisi device. Untuk memasok smartphone yang dapat berjalan di jaringan 4G, pemerintah mengeluarkan aturan bahwa smartphone harus memenuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri sebesar 30% per Januari 2017. Bagi perangkat 4G yang tidak memenuhi 30 persen komponen lokal (TKDN) dilarang masuk ke Indonesia.

Tak heran, banyak produsen smartphone berbondong-bondong buat pabrik atau menggandeng produsen smartphone tanpa merek atau OEM atau Original Equipment Manufacturer. Walau demikian, tetap saja, untuk memenuhi aturan pemerintah ini masih sangat sulit. Pasalnya, ekosistem pendukung kandungan lokal ini, boleh dibilang sangat minim. Misalnya, tidak ada suplier lokal untuk layar, IC, main board dan lainnya. Buntutnya, tetap saja, harus impor. Jika ekosistem pendukung tidak diberikan dukungan dari pemerintah maka masalah TKDN ini nantinya akan sulit dipenuhi oleh para produsen. Jikapun dilepas ke pasar begitu saja, bisa saja akan terbentuk, tapi pasti akan membutuhkan waktu lama.

Advan misalnya, saat ini sudah memiliki pabrik dengan kapasitas 32 ribu unit/hari. Namun, untuk masalah TKDN, sampai saat ini masih belum bisa dipenuhi. “Saat ini, Advan baru bisa memenuhi TKDN 20%,” ujar Tjandra Lianto, Direktur Marketing Advan menjelaskan dalam talkshow Indonesia Technology Forum 2016. Padahal, Advan adalah merek smartphone yang mampu merangsek ke pasar sebanyak 2,8 juta unit smartphone ditahun 2015 lalu. Dari total smartphone yang beredar di Indonesia yang mencapai 19 jutaan smartphone.

Selain itu, untuk membangun ekosistem di bagian device ini ada beberapa faktor yang perlu dipenuhi oleh produsen smartphone. Pertama, harga harus terjangkau. Di mana, berdasarkan survei yang dilakukan Advan, harga terjangkau ini berkisar Rp.1 juta hingga Rp.3 juta. Kedua, fitur dan benefit dari produk. Ketiga, ditribusi channel yang merata di seluruh Indonesia. Ke empat, after sales service yang tersebar.

Jika kita disuruh untuk membangun ekosistem pendukung juga, sangat berat. Untuk bangun pabrik saja, untuk 1 line membutuhkan dana sekitar 10 triliun. Jadi memang sebaiknya ada yang membangun atau mengadakan komponen yang dibutuhkan oleh kami, produsen smatphone agar dapat memenuhi TKDN yang menjadi peraturan pemerintah,” ujar Tjandra menambahkan.

Aplikasi

Memang, pemerintah menyebutkan bahwa TKDN 30% ini tidak hanya hardware saja. Bisa dipenuhi dengan memasukan aplikasi lokal ke dalam smartphone 4G yang akan diluncurkan. Namun, ternyata developer lokal ini banyak yang belum dilirik oleh para produsen smartphone.

“Kebanyakan para produsen smartphone inginnya bekerjasama dalam hal marekting dan share biaya marketing. Lah, kita ini startup, dana kita ya tidak akan cukup untuk itu. Malah kita cari yang gratis,” ujar Calvin Kizana, Founder & CEO Picmix, menceritakan ketika akan bekerjasama dengan produsen smartphone.

Selain itu, para produsen smartphone juga selalu bertanya, “bisa dikecilin ndak aplikasinya”. Calvin juga menambahkan bahwa pertanyaan itu muncul karena memori smartphone tidak cukup untuk menampung aplikasi tersebut. Maklum saja, produsen harus secermat mungkin dalam perhitungan kemampuan smartphone yang akan diluncurkan agar dari sisi harga masih afordable atau terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Jadi, muncul lah versi light.

Sebenarnya, bagi developer lokal, embeded di smartphone tidak terlalu menyenangkan hasilnya. Pasalnya, berdasarkan pengalaman David Wayne Ika, Founder & CEO Kurio, orang Indonesia memang senang install. Tapi, pengalaman yang diperoleh harus menyenangkan. “Jika pengalamannya menyenangkan baru pelanggan itu akan awet. Fenomena itu terlihat jelas pada pelanggan yang menggunakan smartphone android. Sedangkan, pengguna iOs, tidak terlalu senang install. Tapi begitu dia install, maka akan terus menggunakan aplikasi yang diinstalnya itu,” ahut David menjelaskan. (Icha)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU