spot_img
Latest Phone

Garmin Dorong Gaya Hidup Aktif di Hari Olahraga Nasional 2025

Telko.id - Garmin mendorong masyarakat Indonesia untuk menjalani gaya...

Elon Musk Gugat Apple dan OpenAI Soal Integrasi ChatGPT di iPhone

Telko.id - Elon Musk melalui perusahaan xAI dan xAI...

iPhone Lipat Apple Akan Gunakan Touch ID, Bukan Face ID

Telko.id - Apple dikabarkan akan menggunakan teknologi Touch ID,...

Apple Gagal Wujudkan iPhone Lipat Tanpa Lipatan, Rilis 2026?

Telko.id - Apple dikabarkan gagal mewujudkan iPhone lipat dengan...

Google Pixel Watch 4, Dukung Koneksi Satelit dan Baterai Lebih Besar

Telko.id - Google secara resmi meluncurkan Pixel Watch 4...

ARTIKEL TERKAIT

Dibalik Tren Penggunaan AI Generatif, Gen Z Hadapi Risiko Baru

Telko.id – Generasi Z atau Gen Z yang merupakan anak kelahiran 1997 hingga 2012 (kini berusia 12 – 27 tahun) dikenal sebagai kelompok yang paling cepat mengadopsi teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan (AI).

Mengutip dari Kompas Tekno, berbagai survey terbaru menegaskan tren ini, tetapi sekaligus memunculkan pertanyaan besar, “apakah generasi muda ini telalu percaya pada AI?”

Mengutip dari data riset Salesforce menunjukkan 70 persen dari Gen Z sudah menggunakan AI generatif dalam aktivitas sehari-hari. Lebih dari itu, 52 persen percaya bahwa AI dapat membantu mereka mengambil keputusan.

Penggunaan ini juga semakin intens. Sebanyak 52 persen pengguna AI generatif mengaku lebih sering memakai teknologi ini sekarang dibanding saat pertama kali mencobanya.

Temuan tersebut menegaskan posisi Gen Z bukan hanya sebagai pengguna awal (early adopters), melainkan juga sebagai “super-users” dimana penggunaan teknologi ini sudah secara rutin dan merasa semakin mahir, menurut Salesforce.

Ini sangat terlihat dari cara mereka menjadikan AI bagian penting dari cara berpikir dan bekerja.

Baca juga:

Namun, tetap saja tidak sesederhana itu hubungan antara anak muda sekarang ini dengan AI.

Penelitian Gallup terhadap 3.465 pekerja Gen Z menunjukkan hampir setengan (47 persen) menggunakan AI generatif setiap minggu.

Namun, 41 persen merasa cemas dengan teknologi ini. Artinya, kedekatan dengan AI tidak selalu diikuti dengan pemahaman kritis dalam menggunakannya.

Hal serupa terungkap dalam survey portal karier EY. Banyak Gen Z yang mengaku “sangat paham” dengan penggunaan AI, padahal saat diuji menulis prompt atau menilai kelemahan AI, performa mereka masih rendah.

Kondisi ini menimbulkan risiko lahirnya pekerja yang percaya diri menguasai teknologi, tetapi minim keterampilan evaluasi.

Hampir 80 persen professional Gen Z menggunakan AI untuk lebih dari separuh tugas mereka dan 38 persen mengaku bergantung setiap hari. Namun, tidak semua mampu menilai kapan AI salah atau memberikan jawaban yang menyesatkan.

Survei lain dari Udemy mencatat, 30 persen Gen Z ingin mengembangkan keterampilan AI, tetapi pada saat yang sama mereka juga menekankan pentingnya komunikasi (30 persen) dan berpikir kritis (26 persen). Lebih jauh, 84 persen responden Gen Z menganggap soft skills adalah kunci keberhasilan professional. Artinya, mereka menyadari AI memang bisa menjadi alat bantu penting, namun tidak bisa menggantikan keterampilan manusia yang mendasar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU