Jakarta – Sistem Operasi Android tak bisa dipungkiri menjadi salah satu platform dengan tingkat kerentanan yang rendah terhadap infeksi virus ataupun malware. Pola open source yang diadopsi seolah menjadi celah tersendiri bagi para hacker untuk menyelipkan virus di dalam aplikasinya.
Kasus terdekat mengenai rentannya platform besutan Google ini adalah hadirnya bug Stagefright pada pesan teks yang ditemui pada Juli lalu dan dinilai sebagai lubang besar dalam keamanan Android. Bug Stagefright 2.0 ini konon dapat mempengaruhi kinerja smartphone, khususnya yang dirilis mulai tahun 2008 silam.
Seperti dilansir dari Telegraph (4/10), para hacker memiliki cara baru untuk membobol sistem keamanan pada Android, yakni dengan cara memasukan jenis malware yang mirip seperti lagu atau video.
Dengan menggunakan fungsi preview untuk mendengarkan atau menonton video, seperti membuat file MP3 atau MP4, hacker bisa mengakses kode perangkat Android dan membuat perubahan dari jarak jauh, dengan hanya mengirimkan sebuah MMS pada sistem smartphone dalam bentuk video. File MMS itu bahkan tidak perlu sampai dibuka oleh para pengguna untuk bisa memberikan dampak kepada smartphone. Para hacker juga bisa menghilangkan MMS yang mereka kirimkan setelah serangan dilancarkan.
Itu artinya, tanpa diketahui sebab yang jelas, semua notifikasi untuk pesan-pesan multimedia yang belum Anda baca bisa hilang dengan sendirinya. Tanpa Anda sadari, para penjahat siber tersebut akan memiliki akses menuju kamera, microphone, dan berbagai data-data penting lainnya.
Beruntung, karena kelemahan ini tidak akan sampai membeberkan keseluruhan data yang Anda miliki, meski tetap saja akan merugikan para pemilik smartphone. Terlebih, para penjahat siber ini juga bisa melacak keberadaan para korban.
Bayangkan, jika di saat yang bersamaan hacker dan korban berada di jaringan Wi-Fi publik yang sama, sebut saja di sebuah kedai kopi, maka para hacker dapat langsung meggetahui siapa pemilik ponsel Android yang dimaksud.