Jakarta – Semakin maraknya kejahatan di dunia maya (cyber crime) tak bisa dipungkiri lagi menjadi isu penting yang harus segera diatasi. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Tak mengherankan, jika kemudian sejumlah upaya mulai digalang untuk menghadapi msalah ini. Salah satunya adalah dengan membentuk aliansi cyber global atau Global Cyber Alliance (GCA), seperti yang dilakukan Jaksa Manhattan, Cyrus Vance R. Jr., Komisaris Polisi kota London Adrian Leppard, dan Pusat Internet Security (CIS) baru-baru ini. Aliansi ini, dirancang khusus untuk menghadapi, mengatasi dan mencegah aktivitas dunia maya yang berbahaya.
Belum lama ini, seorang hacker asal Rusia yang bernama Vladimir Drinkman, dituntut di Amerika Serikat karena membobol komputer perusahaan – termasuk yang dimiliki oleh NASDAQ, 7-Eleven, JCP, JetBlue, Dow Jones, Visa Jordan, Diners Singapura dan Ingenicard. Pangadilan setempat bahkan menyebut aksi ini sebagai “skema kejahatan cyber terbesar yang pernah dituntut di Amerika Serikat.”
Adrian Leppard, Komisaris Polisi Kota London menyebut perlindungan dari serangan cyber sebagai tantangan besar untuk bisnis dan organisasi di seluruh dunia. Pasalnya, ancaman ini tidak melihat batas-batas negara atau yurisdiksi hukum dan solusi untuk tantangan ini harus tmengenali itu.
“Pengumuman hari ini (pembentukan aliansi cyber global) harusnya menjadi tanda bahwa kemitraan antar negara dapat terus melindungi kita hari ini dan di masa depan dari orang-orang yang akan menggunakan teknologi melawan kita,” ungkapnya.
Saat ini, bukan rahasia lagi bahwa ketegangan dengan keamanan cyber berada di posisi yang tinggi, dan bahkan telah menjadi masalah internasional. Pada bulan Juli lalu saja misalnya, Rusia dituduh meluncurkan serangan cyber ke Pentagon yang mempengaruhi 4.000 personil militer dan sipil yang bekerja untuk Kepala Staf Gabungan.
Hal yang tak jauh berbeda ikut dialami Rusia. Negara ini ikut menjadi korban serangan cyber belum lama ini, dengan telah diretasnya website Komisi Pemilihan Rusia. Menariknya, serangan cyber ini diduga dilakukan oleh sebuah perusahaan yang berbasis di AS.
“Kemarin seseorang mencoba untuk meretas website kami dan mengubah data di sana dengan membuat 50.000 permintaan per menit. Mereka gagal dan kami telah menetapkan pelakunya – itu adalah sebuah perusahaan yang berbasis di San Francisco,” kata Vladimir Churov.
Will Pelgrin, mantan CEO dan Presiden dari Pusat Internet Security mengatakan bahwa kejahatan cyber telah menjadi epidemi di seluruh dunia dengan perkiraan setengah miliar korban maya global yang setiap tahunnya.
“Kita harus memperlakukan ancaman keamanan dan kejahatan cyber seperti yang kita lakukan pada penyakit menular – segera, mendesak dan kolektif,” ucapnya.
Pelgrin juga menambahkan, bahwa risiko Cyber kini telah masuk ke dalam kategori bencana. Oleh karena itu tak hanya memerlukan respon publik ataupun swasta, tetapi juga transnasional yang tak tertandingi. “Perlindungan dari serangan cyber merupakan tantangan besar untuk bisnis dan organisasi,” katanya.
Menurut Telecomstechnews, Senin (21/9), Global Cyber Alliance akan berkantor pusat di kota New York dan London, dan disebut-sebut akan keamanan cyber secara tuntas ketimbang memperkeruh suasana.
Jane Holl Lute, CEO dari Pusat Internet Security mengatakan bahwa aliansi ini akan menomorsatukan tindakan efektif dan praktis serta menjangkau secara luas – terlepas dari batas-batas geografis atau sektor – untuk membangun pendekatan yang benar-benar inklusif dan kolaboratif untuk keamanan cyber.
Sejumlah pihak pun dikabarkan sangat setuju dengan pembentukan aliansi global ini, dan memutuskan untuk bergabung di dalamnya. Mitra yang telah bergabung dalam Global Cyber Alliance termasuk para pemimpin dari keamanan, pertahanan, ritel, kesehatan, asuransi, energi, penerbangan, pendidikan, penegakan hukum, pemerintah, dan lembaga keuangan, termasuk American Express, Barclays Bank, Citibank, US Bank, dan Jasa keuangan ISAC.
Tak kurang dari USD 25 juta konon telah dikeluarkan untuk mendanai organisasi ini, dengan investasi awal sebesar USD 15 juta selama tiga tahun pertama dan tambahan USD 10 juta kemudian.