Telko.id – Mobile money memang menjadi masa depan bagi industri telekomunikasi. Di mana, transaksi keuangan dapat dengan mudah dapat dilakukan melalui mobile phone. Namun, ternyata untuk menumbuhkan mobile money ini tidak mudah. Perlu edukasi yang terus menerus. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh operator sebagai pemberi layanan mobile money, tetap saja pertumbuhannya kurang signifikan.
“Aduh, nggak gampang bos,” sahut Alexander Rusli, Presiden Direktur & CEO Indosat Ooredoo ketika ditanya masalah mobile money ini. “Lebih mudah jualan pulsa,” sahutnya lagi. Indosat sendiri hingga sampai saat ini masih terus menerus melakukan promosi dan edukasi tentang mobile money ini.
Pernah, 6 bulan Indosat Ooredoo melakukan promosi tentang mobile money ini. Namun, responnya sangat minim. Pernah juga melakukan pengiriman informasi produk melalui SMS dan mendapatkan pulsa 100 ribu dengan cara melakukan registrasi ke Galeri Indosat. “Tapi itupun tidak mempan. Malah dikira hoax. Bahkan, kita sampai telepon ke mereka. Namun, tetap mereka tidak percaya. Kita juga pernah kirim ke-20 orang di Jawa Tengah, dites dengan kasih saldo Rp500 ribu, tetap enggak sukses memang susah,” ujar Alex menjelaskan betapa sulitnya mengedukasi mobile money ini.
Akhirnya dilakukan promosi per wilayah sehingga lebih fokus. Baik promosi maupun turun langsung ke lapangan. “ATM saja, sampai sekarang masih ada yang tidak paham. Apalagi mobile money,” tambahnya.
Saat ini, dalam tahap edukasi, limit atas dompetku, produk mobile money milik Indosat Ooredoo ini sebesar Rp.1 juta, Rp.5 juta dan nanti nya akan sampai Rp.10 juta. Jika memang masyarakat sudah paham tentang konsep dompetku ini.
Di sisi lain, ada beberapa tantangan lain yang dihadapi oleh operator. Yakni datang dari pemain perbankan yang sudah nyaman dengan kondisi saat ini. Ketika perbankan didorong ke level yang lebih bawah lagi, perbankan kesulitan untuk masuk. “Perbankan tidak mau dan tidak mampu masuk ke pelosok, karena biaya yang harus dikeluarkan pasti tinggi. Sikap ini persis seperti mentalitas incumbent, status quo menjadi lebih baik dibandingkan perubahan. Dan, masuknya operatator telekomunikasi melalui mobile money nya ini sudah tentu mengganggu zona nyaman mereka,” ujar Alex menjelaskan.
Bank Indonesia sebagai wasit pun, dinilai memiliki kedekatan yang sangat erat dengan perbankan. Namun, BI juga harus mengeksplorasi peluang lain dan operator telekomunikasi menjadi salah satu alternatifnya. Operator sendiri memiliki kemampuan masuk ke pelosok-pelosok, namun, begitu dilakukan, respon masyarakat pun masih sangat minim. Walau demikian, Alex tetap optimis bahwa mobile money akan tumbuh di Indonesia. (Icha)