spot_img
Latest Phone

Garmin Instinct Crossover AMOLED Resmi Hadir di Indonesia

Telko.id - Garmin Indonesia secara resmi meluncurkan dan memperkenalkan...

Garmin Run Indonesia 2025 dan Limbah.id berhasil Kumpulkan Hampir 3 Ton Sampah

Telko.id — Garmin Indonesia sukses menggelar ajang lari tahunan...

Instagram Safety Camp: Peran Orang Tua Kunci Keamanan Digital Remaja

Telko.id - Meta menyelenggarakan Instagram Safety Camp di Indonesia...

Garmin Venu 4 Resmi Dirilis, Bawa Wellness Adaptif ke Indonesia

Telko.id - Garmin secara resmi meluncurkan Venu 4 di...

Strava Integrasikan Kacamata Oakley Meta Vanguard AI untuk Aktivitas

Telko.id - Strava, aplikasi pendukung gaya hidup aktif dengan...

ARTIKEL TERKAIT

Autentikasi AI Dinilai Penting untuk Memperkuat Keamanan Digital

Telko.id – Penyedia solusi identitas digital dan pencegahan penipuan, Vida, menilai teknologi autentikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) semakin penting untuk memperkuat kepercayaan digital. Hal ini seiring meningkatnya risiko manipulasi identitas di ruang siber.

Mengutip dari Kompas, Founder & Group CEO Vida, Niki Luhur, mengatakan ancaman penipuan saat ini tidak hanya memanfaatkan celah teknologi, tetapi juga memanipulasi perilaku dan kepercayaan pengguna. Modus tersebut antara lain phising dan pengambilalihan akun (account takeover), yang dapat menimbulkan kerugian finansial berskala luas.

“Teknologi deepfake kini sudah mencapai titik dimana sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Karena itu, peran lembaga VIDA sebagai Certificate Authority penting untuk menjaga integritas identitas digital,” ujar Niki dalam keterangan tertulis, Sabtu (8/11/2025).

Untuk menjawab tantangan tersebut, Vida mengembangkan FaceToken dan PhoneToken, solusi autentikasi biometrik yang memadukan machine learning dan enkripsi tingkat tinggi.

Baca juga:

Teknologi ini memungkinkan verifikasi identitas tanpa kata santi melalui deteksi wajah (liveness detection) dan perangkat yang sudah terdaftar, sehingga transaksi digital tetap cepat dan aman. Implementasinya di sektor keuangan disebut mampu menurunkan transaksi tidak sah hingga 90 persen.

Selain itu, Vida juga mengembangkan kerangka keamanan berbasis AI (AI-native security framework) yang menggabungkan kemampuan computer vision, fraud detection engine, serta analisis perangkat.

Langkah ini tujukan untuk mendeteksi pola serangan yang lebih kompleks seperti injection attack dan virtual camera spoofing.

“Penipuan sering memanfaatkan reverse engineering tools dan virtual camera injection untuk menipu sistem biometrik. Karena itu, kami harus memahami bagaimana serangan terjadi mulai dari perangkat hingga jaringan,” kata Niki.

Ia juga menyoroti fenomena baru di ekosistem kejahatan digital, yaitu “scan-as-a-service”, dimana jaringan penipu menyediakan akses massal ke akun digital. Salah satu temuan adalah adanya “device farm” di Latvia yang melayani sekitar 15.000 pelaku penipuan dan mengakses 48 juta akun digital.

Menurut Niki, pola operasi tersebut menunjukkan kejahatan siber kini berjalan terorganisir layaknya perusahaan, lengkap dengan infrastruktur dan berbagi data. Untuk itu, ia menekankan perlunya kolaborasi antara perbankan, fintech, asosiasi industri, dan penyedia layanan keamanan.

“sektor industri harus bekerja sama dengan skala yang sama besar untuk memperkuat ketahanan ekosistem digital nasional,” ucapnya.

Berdasarkan “Vida Fraud Intelligence Report 2025”, kasus penipuan berbasis deepfake di Asia Pasifik tercatat melonjak 1.550 persen. Di Indonesia, 97 persen pelaku bisnis menjadi target social engineering.

Sepanjang 2022-2024, kerugian perbankan akibat penipuan digital diperkirakan lebih dari Rp 2,5 tirliun, terutama akibat penggunaan autentikasi konvensional seperti SMS OTP dan kata sandi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

ARTIKEL TERBARU