Telko.id, Jakarta – Harga mata uang kripto atau cryptocurrency Bitcoin sekarang anjlok drastis ketimbang masa awal peluncurannya. Meski demikian, transaksi Bitcoin dan nilainya diklaim masih sangat menguntungkan.
Buktinya, banyak orang masih menginginkan Bitcoin. Akan tetapi, menurut laporan terbaru Bitwise, tak sedikit oknum memanfaatkan popularitas Bitcoin dengan melakukan berbagai penipuan di sejumlah negara.
Bahkan, berdasarkan temuan mereka, mayoritas transaksi Bitcoin di pasaran saat ini adalah tipu muslihat. Temuan tersebut muncul sesuai hasil analisa terhadap 81 bursa kripto besar yang tersebar di seluruh dunia.
{Baca juga: Dash Text Integrasikan WhatsApp dan Telegram, untuk Apa?}
Dikutip Telko.id dari Ubergizmo, Selasa (26/03/2019), ada laporan bahwa volume Bitcoin yang diperdagangkan mencapai USD 6 miliar atau Rp 85,1 triliun. Dari jumlah sebanyak itu, nyatanya hanya USD 273 juta atau Rp 3,8 triliun saja yang tercatat sah.
Matthew Hougan, pemimpin penelitian di Bitwise mengatakan, orang-orang melihat bahwa bursa mata uang kripto sedang kacau balau, karena data yang ada penuh dengan manipulasi, kepalsuan dan praktek tipu-tipu.
Sebelumnya, Department of Financial Services di New York, Amerika Serikat (AS) merilis izin pertama untuk ATM Bitcoin. Izin itu memungkinkan para warga memperoleh atau menjual Bitcoin di kios serupa dengan mesin ATM.
{Baca juga: Kantongi Izin, Jual Beli Bitcoin Kini Cukup Lewat ATM}
Izin diberikan kepada Coinsource, operator ATM Bitcoin. Operator tersebut sudah memiliki sekitar 40 kios di New York. Nantinya, masyarakat cukup melakukan transaksi mata uang kripto menggunakan ponsel.
Kios Coinsource telah tersebar di sepanjang New York, Westchester, dan Nassau Counties. Setelah membeli via mesin ATM, uang digital tersebut bisa disimpan di dalam dompet digital. Warga pun bisa menggunakan mesin itu untuk menjual Bitcoin. Caranya semudah memindai atau scan dompet seluler di kios. (SN/FHP)