Telko.id – Fenomena big data tampaknya belum sepenuhnya dianggap sebagai solusi yang baik oleh kebanyakan orang. Tak terkecuali mereka yang berada di negara-negara maju. Di Eropa misalnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh TNS Infratest atas nama Vodafone Institute belum lama ini mengungkap betapa big data masih menjadi tanda tanya tersendiri bagi pengguna.
Menurut studi tersebut, kurang dari sepertiga (32 persen) orang Eropa percaya bahwa big data memiliki keuntungan. Kedua, hanya sekitar 26 persen dari pengguna digital di Eropa percaya bahwa perusahaan menghormati privasi data pribadi mereka, sementara 29 persen diantaranya merasa memiliki kontrol atas informasi yang dikumpulkan tentang mereka.
Terkait jenis perusahaan yang dipercaya orang Eropa menangani data pribadi mereka dengan benar, operator telekomunikasi dipercaya oleh hanya 18 persen responden, sedikit lebih baik di atas perusahaan media sosial, yang mengantongi angka 11 persen, serta penyedia messaging dan perusahaan mesin pencari yang masing-masing dipercaya oleh 14 persen dan 16 persen orang Eropa.
Semantara bank dan lembaga kesehatan yang terpercaya menempati posisi teratas dalam hal menjaga kepercayaan konsumen dengan masing-masing menorehkan angka 36 persen dan 33 persen. Demikian dilaporkan Telecompaper, Kamis (21/1).
Temuan lain yang ikut terungkap dalam laporan mengenai pandangan publik tentang big data dan privasi ini termasuk fakta bahwa 55 responden mengatakan bahwa mereka akan lebih memilih untuk membayar layanan daripada memberikan data pribadi mereka sebagai ganti untuk layanan internet gratis, sementara 53 persen mengatakan bahwa mereka takkan keberatan jika datanya dianalisis untuk membantu mereka ataupun orang lain meningkatkan kesehatannya.
Studi yang dilakukan atas 8000 responden di delapan negara Eropa ini menyimpulkan bahwa pengguna begitu skeptis terhadap fenomena Big Data karena organisasi publik dan swasta gagal untuk menjelaskan secara jelas bagaimana dan mengapa data mereka dianalisis, dan tidak memberi mereka kontrol yang memadai atas bagaimana data mereka sedang digunakan. Terkait hal itu, hanya 20 persen responden mengatakan bahwa mereka tahu di mana dan bagaimana data pribadi mereka dikumpulkan dan disimpan.