Telko.id – Fira OS merupakan sebuah UI yang dikembangkan oleh Polytron dan PT. Fira sebagai perusahaan IT sejak tahun lalu. Adalah Roberto Setiabudi Hartono selaku founder dari Fira OS yang menyebutkan inspirasi awal dalam membuat UI ini di Indonesia.
“Pada tahun 2014, kita bertemu dengan Polytron dan melihat smartphone Xiaomi dan kita tidak menyangka jika ternyata di China terdapat smartphone yang keren banget yang kita belum pernah lihat sebelumnya dan akhirnya kita melihat bahwa kita punya kekuatan di segi programming, kita punya ke kuatan di UX dan kita paling tahu bagaimana keadaan di Indonesia,”ucap Roberto.
Melihat dari hal tersebut, itu adalah sebuah kesempatan bagi Fira untuk membuat UI ini.Berbicara mengenai fitur yang terdapat di dalam Fira OS, Roberto menyebut terdapat beberapa fitur unik seperti Fira UI dengan Smart Directory, Call Dialing yang mempermudah pengguna dalam mengangkat telepon ketika sedang bermain games atau menjalankan aplikasi lain. Kemudian hadir juga fitur Fira Store, yang akan mempermudah pengguna dalam melakukan pembayaran seperti voucher pulsa, voucher games dan token listrik secara online dengan menggunakan credit card. FiraOS juga menyediakan Fira Pay, Fira Id dan yang sedang dikembangkan adalah Fira TV.
Mengenai Fira Pay, Roberto menyebut hal ini yang menjadi salah satu senjata andalah dari Fira OS. Kepada tim Telko.id, Roberto mengungkapkan, “Kita bekerjasama dengan Veritrans untuk mendukung Fira Pay, Fira Pay sendiri merupakan dasar semua payment online yang ada di smartphone kita,” ucapnya.
Hadirnya Fira Pay, sejatinya menjadi alternatif bagus untuk para pengembang konten lokal yang tidak mendaftar di toko aplikasi google play store. Hadirnya Fira Pay mamungkinkan Polytron dapat bekerjasama secara langsung dengan pemilik aplikasi untuk langsung didaftarkan ke Fira OS dan pembayarannya bisa langsung ke Fira Pay. Hal ini berlaku untuk aplikasi apapun, sebagai contoh, apabila aplikasi yang saat ini sedang Populer seperti Gojek, bisa daftarkan ke Fira OS dan mengenai payment bisa melalui Fira Pay, mengenai pembayaran juga, kedepannya Fira Pay bisa menggunakan kartu debit, hal tersebut dikarenakan tidak semua orang di Indonesia yang menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran mereka.
Mengenai kerjasama dengan developer lokal, Roberto mengungkapkan sudah berbicara dengan pemilik konten lokal untuk bekerjasama.
“Kita sudah mulai melakukan pembicaraan dan dalam kurun waktu setengah tahun lagi seharusnya kita sudah menyediakan beberapa produk lagi untuk sektor payment,” Ucap Roberto pada acara peluncuran Polytron ZAP.
Mereka juga akan bekerjasama dengan 7Eleven untuk urusan pembayaran yang akan memungkinkan para pengguna melakukan pembayaran di perusahaan retail ini, sebagai alternatif pembayaran selain kartu kredit.
Fitur lainnya yang disediakan oleh Fira OS adalah fitur Smart directory yang tentunya akan sangat menunjang aktivitas sehari-hari pengguna. Fitur ini juga dapat melihat pulsa si pengguna dalam bentuk launcher.
Hadir juga fitur Fira Store, fitur ini juga masih termasuk kedalam fitur pembayaran dan fitur ini dapat digunakan untuk membeli pulsa, token listrik serta voucher games. Kedepannya, fitur ini juga akan tersedia untuk pemesanan tiket pesawat, kereta api serta penginapan.
Hadir juga fitur yang tak kalah seru yakni Fira TV. Sejatinya fitur ini masih dalam tahap pengembangan, namun Fira TV sudah menyediakan program acara dari Super Soccer. Fitur ini juga tersedia dalam konten berbayar dan gratis. Untuk konten gratis, sejatinya yang dapat digunakan oleh pengguna adalah acara di berbagai stasiun TV di Indonesia secara streaming.
User Interface ini juga memungkinkan digunakan pada smartphone lain selain Polytron, walaupun Polytron sebagai investor dan developer dari Fira, namun sejatinya FiraOS dan Polytron berdiri sendiri. Namun, dalam waktu dekat hal tersebut belum bisa direalisasikan karena masih belum mengantongi izin dari Polytron.
Sampai dengan saat ini, Fira OS sendiri dibangun dan berjalan di Sistem Operasi Android Kitkat dan Lollipop. Disinggung mengenai konsumsi RAM, Roberto menyebut bahwa antarmuka mereka tidak menyedot banyak RAM yang ada di smartphone, karena sifat dari Fira OS yang tidak seperti launcher biasa.
Berbicara mengenai peran Kementrian sebagai regulasi, Roberto menyebut bahwa mereka memberikan apresiasi kepada Fira. Hal tersebut tergambar dari komentar Roberto yang berbunyi, “Menurut info yang kami dengar, standar yang ada di Fira akan dijadikan sebagai contoh untuk software developer yang ada di Indonesia yang berhubungan dengan TKDN,”ucapnya.
Berbicara mengenai infrastruktur server, Roberto menjelaskan saat ini mereka sudah menggunakan Private Cloud. Ia juga mengungkapkan peran Polytron dalam hal ini.
“Kita beruntung dengan adanya Grup besar Polytron yang memiliki private cloud sendiri, yang pada akhirnya kita diperbolehkan untuk menggunakannya,” Ia menambahkan, sampai dengan saat ini belum banyak orang tahu bahwa grup Polytron memiliki private cloud sendiri dan berada di Indonesia.
Roberto melihat, kedepannya launcher ini akan memiliki potensi yang sangat besar. Pasalnya, Polytron sebagai pihak developer sangat fokus sekali dalam mengembangkan launcher ini.